Kebahagiaan abadi seorang hamba adalah berada di Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Dia tidak akan mampu menggapainya kecuali dengan ibadah yang dibangun di atas dasar ilmu (bashirah) sehingga dia memurnikan niat dan meluruskan amal dengan ittiba’ (mengikuti as-Sunnah). Dia senantiasa muhasabah (introspeksi) diri. Mungkin saja dia banyak melakukan amal saleh, namun jiwanya condong kepada hal-hal yang dapat membatalkan amal-amal tersebut, sementara dia tidak sadar.
Para salafush shalih sangat takut apabila amal-amal mereka terhapus, sedangkan mereka tidak sadar.
Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ؛ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ؛ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ؛ وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak menyekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (QS al-Mu’minun: 57-60)
Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) (Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut), “Apakah mereka orang-orang yang meminum khamar dan mencuri?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
لَا، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ. وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ، وَيُصَلُّونَ، وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
“Bukan, wahai putri ash-Shiddiq! Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, salat dan bersedekah, sedangkan hati mereka takut apabila amal-amal mereka tidak diterima. Mereka itu adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim. Dihasankan oleh Syekh Salim al-Hilali)
Para sahabat radhiyallahu ‘anhuma bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal saleh. Mereka takut apabila amal mereka dihapus oleh Allah Ta’ala dan khawatir tidak diterima. Sikap ini muncul karena mereka memiliki kekuatan ilmu dan kedalaman iman. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba dalam kebaikan dan bersaing dalam kebajikan.
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya aku tahu bahwa Allah menerima dariku dua rakaat saja, tentu aku lebih suka hal itu daripada dunia dan seisinya, sebab Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Maidah: 27)
Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullah, seorang tabiin, berkata, “Aku berjumpa dengan 30 sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semuanya takut apabila ada pada diri mereka kemunafikan. Tidak seorang pun dari mereka menyatakan bahwa keimanan mereka seperti keimanan Jibril dan Mika’il ‘alaihimussalam.” (HR al-Bukhari)
Setelah menyebutkan sebagian sahabat yang dijumpai oleh Ibnu Abu Mulaikah, al-Hafizh rahimahullah di dalam al-Fath berkata, “Yang demikian itu karena pada orang yang beriman terkadang muncul sesuatu yang dapat mencemari amalnya berupa perkara-perkara yang menyelisihi ikhlas.”
Mazhab salafush shalih dalam pembatal amal menetapkan bahwa pembatalan yang bersifat hakiki adalah pembatalan iman oleh kufur, syirik, riddah (murtad), dan nifak, sedangkan pembatalan nisbi adalah pembatalan yang tidak menghapus iman secara keseluruhan, seperti batalnya sebagian ibadah akibat maksiat, atau kurangnya pahala dengan sebab yang lain.
Pembatal amal ibadah sangat banyak. Ada yang membatalkan seluruh amal, seperti syirik, murtad, dan nifak akbar, dan ada yang membatalkan amal itu sendiri, seperti menyebut-nyebut sedekah dan yang lainnya. Pembatal amal ibadah yang paling pokok adalah sebagai berikut:
1. Kufur, syirik, murtad, dan nifak
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
“Barangsiapa murtad di antara kalian dari agamanya lalu mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat. Dan mereka itulah penghuni Neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah: 217)
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu. ‘Apabila kamu mempersekutukan (Allah), maka akan terhapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS az-Zumar: 65)
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَّكْفُرْ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Barangsiapa kafir sesudah beriman, maka terhapuslah amalnya. Dan di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang merugi.” (QS al-Ma’idah: 5)
Dalil-dalil yang sahih menegaskan bahwa jika orang kafir masuk Islam, maka amal saleh yang pernah mereka lakukan di masa sebelum Islam berguna baginya. Adapun orang yang mati dengan berpegang teguh pada kekufuran, amalnya tidak berguna baginya, bahkan dihapus karena kekufuran itu. Dia akan diberi balasan atas amal salehnya menurut syara’ di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَمَّا الْكَافِرُ، فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا
“Adapun orang yang kafir, dia akan diberi makan karena kebaikan-kebaikan yang dilakukannya karena Allah di dunia hingga ia menuju akhirat tanpa memiliki satu pun kebaikan yang bisa dibalas.” (HR Muslim dan Ahmad)
2. Riya
Orang riya adalah orang yang memperlihatkan kepada orang lain apa yang dengannya dia mendapatkan kerelaan dari mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ؛ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ؛ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَ؛ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (memberikan) bantuan.” (QS al-Ma’un: 4-7)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan terhadap kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab,
الرِّيَاءُ. إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Riya. Kelak pada Hari Kiamat ketika manusia telah diberi balasan dengan amal-amal mereka, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman kepada mereka, ‘Temuilah orang-orang yang dulu engkau perlihatkan amal kalian di dunia, lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan di sisi mereka?’” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Baghawi dengan isnad yang sahih sesuai syarat Muslim)
Ketahuilah bahwa orang yang riya adalah orang pertama yang dibakar dengan api Neraka, karena mereka di dunia telah menikmati buah dari amal-amal mereka.
3. Menyebut-nyebut serta menyakiti (perasaan penerima infak) setelah memberi
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan (pahala) sedekah-sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maka perumpamaannya adalah seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu diterpa hujan lebat sehingga menjadikannya bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang telah mereka usahakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS al-Baqarah: 264)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا: عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ
“Tiga golongan manusia yang pada Hari Kiamat Allah tidak akan menerima dari mereka amalan wajib (fardu) dan amalan sunah (nafilah), (yaitu) orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang menyebut-nyebut sedekahnya, dan orang yang mendustakan takdir.” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ashim. Dihasankan oleh Syekh al-Albani)
4. Meninggalkan salat Asar karena malas hingga waktunya habis
al-Bukhari berkata, “Bab Man Taraka al-Ashr (Bab Orang yang Meninggalkan Salat Asar)”. Kemudian dia membawakan hadis Abi al-Malih. Dia berkata: Kami bersama Buraidah dalam sebuah peperangan di musim hujan. Dia berkata: Bersegeralah mendirikan salat Asar di awal waktu, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
“Barangsiapa meninggalkan salat Asar, maka telah terhapus amalnya.” (HR al-Bukhari, an-Nasa-i, dan Ahmad)
5. Bersumpah atas nama Allah
Maksud ‘bersumpah atas nama Allah’ adalah bersumpah atas nama Allah Ta’ala bahwa Allah tidak mengampuni si Fulan. Padahal kita tahu bahwa rahmat Allah sangatlah luas. Di antara bentuk rahmat Allah adalah bahwa jika Allah berkehendak, Allah mengampuni dosa tanpa sebab tobat, sebagai bentuk ihsan dari diri-Nya.
Dari Jundab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: وَاللَّهِ. لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ، وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
“Sesungguhnya seorang laki-laki berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si Fulan’, sementara Allah Ta’ala berfirman, ‘Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si Fulan, ketahuilah bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni si Fulan, dan Aku telah menghapus amalmu?’” (HR Muslim)
6. Melawan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan maupun perbuatan
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan janganlah kalian merusak (pahala) amal-amal kalian.” (QS Muhammad: 33)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita: Ketika turun ayat,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ
‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalan kalian, sedangkan kalian tidak menyadari.’ (QS al-Hujurat: 2), sementara Tsabit bin Qais bin asy-Syammas adalah orang yang bersuara tinggi. Dia berkata, “Akulah orang yang pernah meninggikan suara melebihi suara Rasulullah. Amalanku terhapus. Aku termasuk ahli Neraka.”
Ia duduk (berdiam diri) di tengah keluarganya dengan kesedihan yang mendalam. Rasulullah mencarinya. Beberapa sahabat datang ke rumahnya dan berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencarimu. Ada apa denganmu?”
Tsabit berkata, “Akulah orang yang meninggikan suara melebihi suara Nabi. Aku mengeraskan suara. Amalku telah terhapus. Aku termasuk ahli Neraka.”
Mereka menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan kepada beliau apa yang dikatakan Tsabit.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلْ! هُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Tidak! Dia termasuk ahli Surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
7. Berbuat bidah dalam agama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat perkara-perkara baru dalam urusan kami yang tidak ada dasarnya dari agama ini, maka ia tertolak.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا، فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.” (HR Muslim)
8. Melanggar larangan-larangan Allah ketika sendirian
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Sungguh aku telah mengetahui bahwa beberapa kaum dari umatku akan datang pada Hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lalu Allah Ta’ala menjadikannya terbang tidak berarti.”
Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepada kami ciri-ciri mereka agar kami tidak seperti mereka, sedang kami tidak mengetahui!”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ. وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ، انْتَهَكُوهَ
“Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian. Mereka salat malam sebagaimana kalian salat malam, tetapi mereka adalah kaum yang ketika menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Disahihkan oleh al-Mundziri dan Syekh al-Albani)
9. Merasa senang dan bahagia membunuh orang mukmin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا فَاعْتَبَطَ بِقَتْلِهِ، لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا
“Barangsiapa membunuh seorang mukmin lalu merasa senang dengan membunuhnya, maka Allah tidak akan menerima darinya amalan fardu dan amalan nafilahnya.” (HR Abu Dawud dan lainnya)
10. Mendatangi dukun atau paranormal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، لَمْ يُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا
“Barangsiapa mendatangi paranormal lalu membenarkan apa yang dikatakannya, niscaya tidak akan diterima (pahala) salatnya selama empat puluh hari.” (HR Muslim dan Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa mendatangi dukun atau paranormal lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir dengan ajaran yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
11. Kecanduan khamar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa meminum khamar, niscaya tidak diterima (pahala) salatnya selama empat puluh malam.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan al-Hakim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُدْمِنُ الْخَمْرِ إِنْ مَاتَ، لَقِيَ اللَّهَ كَعَابِدِ وَثَنٍ
“Seorang pecandu khamar jika meninggal akan menjumpai Allah seperti penyembah berhala.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Nu’aim. Syekh Salim al-Hilali menyatakan hasan syawahid)
12. Memelihara anjing di rumah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا، يَنْقُصْ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ، إِلَّا كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ كَلْبَ مَاشِيَةٍ
“Barangsiapa memelihara seekor anjing, pahala amalnya akan berkurang satu qirath setiap hari, kecuali (memelihara) anjing penjaga tanaman atau anjing penjaga ternak.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
13 dan 14. Budak yang kabur dari tuannya hingga kembali, dan perempuan yang durhaka hingga kembali menaati suaminya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اثْنَانِ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمَا رُؤُوْسَهُمَا: عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيْهِ حَتىَّ يَرْجِعَ، وَامْرَأَة ٌعَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ
“Dua orang yang salat mereka tidak melampaui kepala mereka: budak yang lari dari tuannya hingga kembali ke tuannya dan perempuan yang durhaka kepada suaminya hingga kembali taat kepada suaminya.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ath-Thabran. Disahihkan oleh Syekh al-Albani)
15. Orang yang mengimami suatu kaum, sedangkan mereka benci kepadanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ: الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتىَّ يَرْجِعَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ
“Tiga orang yang salat mereka tidak melampaui telinga mereka: budak yang lari hingga kembali, perempuan yang tidur sedangkan suaminya murka kepadanya, dan imam suatu kaum yang kaumnya membencinya.” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Dihasankan oleh Syekh al-Albani)
at-Tirmidzi rahimahullah berkata di dalam Sunannya, “Sejumlah ulama membenci orang yang mengimami suatu kaum sementara kaumnya membencinya. Jika imam tidak berbuat zalim, maka dosanya bagi orang yang membencinya.”
Dinukilkan dari Manshur, “Kami menanyakan perkara imam tersebut. Dijawab, ‘Itu ditujukan kepada imam yang zalim. Adapun imam yang menegakkan as-Sunnah, maka dosanya bagi orang yang membencinya.”
16. Boikot orang muslim terhadap saudara muslim tanpa alasan syar’i
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ. فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا. أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا. أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali orang yang antara dia dan saudaranya masih ada permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan kedua orang itu hingga mereka berdamai. Tundalah pengampunan kedua orang itu hingga mereka berdamai. Tundalah pengampunan kedua orang itu hingga mereka berdamai.’” (HR Muslim)
Baca juga: TUNDUK KEPADA SUNAH DAN MENGIKUTINYA
Baca juga: PANJANG UMUR DAN BAIK AMAL
Baca juga: AMALAN YANG MEMASUKKAN KE SURGA
Baca juga: AMALAN PENGHAPUS DOSA KECIL, TIDAK DOSA BESAR
(Ibrahim ‘Abdullah bin Saif al-Mazrui)