FAEDAH TAUHID

FAEDAH TAUHID

Di antara faedah tauhid adalah:

Pertama. Tauhid adalah penopang terbesar dalam memotivasi ketaatan. Yang demikian itu karena ahli tauhid melakukan amalan semata-mata untuk Allah Ta’ala karena Allah mengetahui segala yang rahasia dan yang nyata. Berbeda dengan selain ahli tauhid, seperti orang yang riya’, ia hanya bersedakah, salat dan berzikir kepada Allah ketika di dekatnya ada orang yang melihat. Karena itulah sebagian salaf berkata, “Sungguh, aku ingin melakukan suatu ketaatan untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa diketahui oleh siapa pun selain Dia.”

Kedua. Ahli tauhid mendapatkan rasa aman dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, seperti yang Allah sampaikan dalam firman-Nya:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rasa aman, dan mereka mendapat petunjuk.” (QS al-An’ am: 82)

Firman-Nya “Dengan kezaliman.” Zalim di sini adalah lawan dari iman, yaitu syirik.

Ketika ayat ini turun, para sahabat sangat keberatan karenanya. Mereka berkata, ‘Siapa gerangan di antara kami yang tidak berbuat zalim terhadap diri sendiri?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْأَمْرُ كَمَا تَظُنُّونْ. إِنَّمَا الْمُرَادُ بِهِ الشِّرْكُ. أَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَولِ الرَّجُلِ الصَّالِحِ ـ يَعْنِي لُقْمَانُ ـ: {إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}

Perkaranya tidak seperti yang kalian kira. Sesungguhnya yang dimaksud dengannya adalah syirik. Apakah kalian tidak pernah mendengar perkataan seorang laki-laki yang saleh -yakni Luqman-, ‘Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS Luqman: 13) (HR al-Bukhari)

Kezaliman ada beberapa macam:

    1. Kezaliman yang paling zalim, yaitu mempersekutukan Allah dalam hak-hak-Nya.
    2. Kezaliman pada diri sendiri, yaitu tidak memberikan hak kepada diri sendiri, seperti berpuasa tanpa berbuka dan salat malam tanpa tidur.
    3. Kezaliman terhadap orang lain, seperti berlaku semena-mena kepada orang lain dengan memukulnya atau membunuhnya atau mengambil hartanya atau perbuatan-perbuatan yang semisalnya.

Ketika kezaliman lenyap, maka rasa aman muncul. Tetapi, apakah rasa aman tersebut sempurna?

Jawab: Jika imannya sempurna tanpa dicampuri oleh kemaksiatan apa pun, berarti rasa amannya bersifat mutlak, maksudnya sempurna. Jika imannya tidak sempurna, maka ia hanya mendapatkan kemutlakan rasa aman saja. Contoh: Pelaku dosa besar mendapatkan rasa aman dari kekal selama-lamanya di dalam Neraka. Hanya saja ia tidak merasa aman dari azab. Bahkan ia berada dalam kehendak Allah (Jika berkendak Allah akan menyiksanya, dan jika berkehendak, Allah akan mengampuninya).

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ

Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS an-Nisa ‘: 116)

Ayat ini disampaikan Allah sebagai putusan perkara antara Ibrahim dan kaumnya ketika Ibrahim berkata kepada mereka:

وَكَيْفَ اَخَافُ مَآ اَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُوْنَ اَنَّكُمْ اَشْرَكْتُمْ بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا ۗفَاَيُّ الْفَرِيْقَيْنِ اَحَقُّ بِالْاَمْنِۚ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۘ

Bagaimana aku takut kepada apa yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepada kalian untuk mempersekutukan-Nya. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kalian mengetahui?” (QS al-An’am: 81)

Setelah itu Allah Ta’ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rasa aman, dan mereka mendapat petunjuk.” (QS al-An’am: 82)

Mungkin ada yang berkata, “Perkataan ini adalah perkataan Ibrahim untuk memberikan penjelasan kepada kaumnya. Karena itulah Allah Ta’ala berfirman setelahnya,

وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ اٰتَيْنٰهَآ اِبْرٰهِيْمَ عَلٰى قَوْمِهٖ

Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya…” (QS al-An’am: 83)

Firman-Nya “Rasa aman.” Yakni, rasa aman yang mutlak (sempurna) atau kemutlakan rasa aman sesuai dengan kezaliman yang mencampurinya.

Firman-Nya “Dan mereka mendapat petunjuk.” Maksudnya, mereka mendapat petunjuk (hidayah) di dunia menuju syariat Allah dengan ilmu dan amal. Memperoleh petunjuk dengan ilmu adalah hidayah irsyad, dan memperoleh petunjuk dengan amal adalah hidayah taufik. Mereka juga mendapat petunjuk di akhirat menuju Surga, seperti yang Allah firmankan tentang para penghuni Neraka:

اُحْشُرُوا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا وَاَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوْا يَعْبُدُوْنَ؛ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَاهْدُوْهُمْ اِلٰى صِرَاطِ الْجَحِيْمِ

(Diperintahkan kepada malaikat), ‘Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah,’ lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke Neraka jahim.” (QS ash-Shaffat: 22-23)

Inilah petunjuk di akhirat untuk orang-orang yang berbuat zalim. Mereka ditunjukkan kepada jalan menuju Neraka. Maka kebalikannya adalah orang-orang yang beriman dan tidak berbuat zalim, mereka ditunjukkan kepada jalan ke Surga.

Sebagian besar mufassir (ulama ahli tafsir) berkata tentang firman Allah Ta’alaMereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman.” Maksudnya, rasa aman di akhirat dan petunjuk di dunia.

Yang benar, petunjuk ini berlaku secara umum untuk rasa aman dan petunjuk baik di dunia maupun di akhirat.

Baca juga: PAHALA YANG BESAR BAGI MEREKA YANG MEREALISASIKAN TAUHID

Baca juga: TAUHID ASMA DAN SIFAT

Baca juga: URGENSI DAN PEMBAGIAN TAUHID

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah