RIYA’ DAN SUM’AH

RIYA’ DAN SUM’AH

Salah satu bentuk syirik kecil yang sering terjadi pada kaum muslimin adalah riya’ (memperlihatkan amal) dan sumah (memperdengarkan amal). Sebenarnya tujuan awal ia beramal adalah karena Allah Ta’ala, akan tetapi tiba-tiba muncul niat yang ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain, serta agar terkenal di kalangan mereka. Padahal, tidak ada amalan yang akan bermanfaat bagi dirinya kecuali yang dikerjakan karena ikhlas kepada Allah Ta’ala dan benar sesuai dengan syariat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik).” (QS az-Zumar: 2-3)

Maka, katakanlah kepada orang-orang yang tidak ikhlas, “Janganlah kamu memperlihatkan amalmu, karena segala amal yang ditujukan kepada selain Allah Ta’ala akan sia-sia.”

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُوْمُ  فىِ الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَ رِيَاءٍ إِلَّا  سَمَّعَ اللهُ بِهِ عَلىَ رُؤُوْسِ اْلخَلاَئِقِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum’ah dan riya kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh makhluk pada Hari Kiamat nanti.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani)

Dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ  سَمَّعَ  سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَ مَنْ يُرَاءِ يُرَاءِ اللهُ بِهِ

Barangsiapa berlaku sum’ah, maka Allah akan memperdengarkan aibnya. Dan barangsiapa berbuat riya, maka Allah akan memperlihatkan aibnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ  سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ. وَ صَغَّرَهُ وَ حَقَّرَهُ

Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada manusia, maka Allah akan memperdengarkan aibnya ke telinga para makhluk-Nya. Lalu Allah akan meremehkan dan menghinakannya.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Ahmad, dan al-Baihaqi)

Allah Ta’ala tidak akan bisa ditipu seperti anak kecil. Dia Mahamengetahui segala yang ada di dalam dada. Dia Mahamengenal segala yang ada di dalam hati. Dan Dia paling tidak membutuhkan sekutu dan para pelakunya.

Dari Abu Sa’id bin Abi Fadhalah al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ

Ketika Allah mengumpulkan manusia pada Hari Kiamat nanti, yaitu hari yang tidak akan diragukan lagi kedatangannya, maka akan ada penyeru yang berseru, ‘Barangsiapa menjadikan seseorang sebagai sekutu dalam amalan yang ia tujukan kepada Allah, maka mintalah pahalanya kepada selain Allah, karena Allah paling tidak membutuhkan sekutu.’” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari Abbad bin Tamim radhiyallahu ‘anhu, dari pamannya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الرِّيَاءُ، وَالشَّهْوَةُ اْلخَفِيَّةُ

Sesungguhnya yang paling aku takutkan akan menimpa kalian adalah penyakit riya’ dan syahwat yang tersembunyi.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, ath-Thabrani, Ahmad, Abu Nu’aim, dan Ibnu Adi)

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju tempat kami saat kami sedang membicarakan al-Masih Dajjal. Beliau bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنْ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Maukah kalian aku kabari tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan akan menimpa kalian daripada al-Masih Dajjal?’

Kami menjawab, “Tentu.”

Beliau bersabda,

الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

Syirik khafi (tersembunyi), yaitu seseorang berdiri mengerjakan salat, kemudian memperbagus salatnya karena melihat seseorang memperhatikan (salatnya).” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Seorang hamba yang berakal pasti mengerti bahwa manusia tidak mungkin mampu memberi manfaat kepada Allah Ta’ala sedikit pun. Mereka tidak memiliki Surga sehingga bisa menghalangi dirinya mendapatkan kenikmatan Surga. Mereka juga tidak memiliki Neraka sehingga bisa membentenginya dari azab Neraka. Oleh karena itu, mestinya ia menjadikan kemauannya satu saja, yaitu mencapai rida Allah Ta’ala, kemudian mendapatkan -dengan rahmat Allah Ta’ala– Surga-Nya.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi kalian shallalahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ، كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ. وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا، لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ

Barangsiapa menjadikan kemauannya satu saja, yaitu kemauan terhadap akhiratnya, maka Allah akan mencukupkan kemauan terhadap dunianya. Dan barangsiapa kemauannya bercabang-cabang dalam permasalahan dunia, maka Allah tidak akan menolongnya di lembah mana pun ia binasa.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Baca juga: PENGARUH RIYA’ DALAM IBADAH

Baca juga: SYIRIK ADALAH DOSA YANG MEMBINASAKAN

Baca juga: IBADAH ADALAH HAK ALLAH

Baca juga: DI ANTARA KESYIRIKAN DAN BAHAYA SYIRIK KEPADA ALLAH

(Abdul Lathif bin Hajis al-Ghamidi)

Akidah