PENDIDIKAN ANAK

PENDIDIKAN ANAK

Sungguh nikmat Allah Ta’ala tak terbilang, karunia-Nya tak terhingga.

Di antara nikmat yang agung dan yang paling mulia adalah nikmat anak.

Allah Ta’ala berfirman:

اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS al-Kahfi: 46)

Tidak ada yang mengetahui keagungan nikmat ini kecuali orang yang terhalang mendapatkannya sehingga ia membelanjakan harta dan meluangkan banyak waktu demi mencari solusi masalah ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ. وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالْأَمِيرُ رَاعٍ، والرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أهْلِ بَيتِهِ، وَالْمَرْأةُ رَاعِيةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ. فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ  رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas orang-orang yang dipimpinnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Orang-orang yang dipimpin merupakan amanah dari Allah. Dia memperingatkan agar tidak menyia-siakan mereka dan lalai dalam memenuhi hak mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu. Mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat). Lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS al-Ahzab: 72)

Firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka.” (QS at-Tahrim: 6)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa lalai dalam mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagi anak-anaknya, membiarkannya begitu saja, maka ia telah berlaku buruk dengan seburuk-buruknya. Mayoritas kerusakan pada diri anak-anak disebabkan oleh ayah, karena ayah mengabaikan mereka, tidak mengajari mereka hal-hal yang wajib dan sunah dalam agama. Ayah menelantarkan mereka ketika masih kecil sehingga anak-anak tidak bisa mengambil manfaat untuk diri sendiri, tidak juga memberi manfaat untuk ayahnya ketika ia telah dewasa.”

Untuk setiap ayah, ibu dan pendidik beberapa poin berikut adalah penting. Semoga Allah memberi manfaat dengannya:

Pertama. Dasar dalam pendidikan anak adalah menegakkan peribadahan kepada Allah Ta’ala di dalam hati mereka, dan menanamkannya di dalam jiwa mereka. Merupakan nikmat Allah bagi kita adalah anak yang terlahir dalam kondisi beragama Islam. Anak yang terlahir dalam agama fitrah hanya membutuhkan pengasuhan dan perhatian secara terus menerus agar ia tidak menyimpang dan tersesat.

Kedua. Ayah dan ibu senantiasa dalam nuansa peribadahan kepada Allah Ta’ala selama mendidik anak-anak, memberi mereka nafkah, begadang dalam rangka menjaga mereka, dan memberi mereka pengajaran, bahkan sekalipun hanya memberikan kegembiraan dan mencandai mereka, jika ayah dan ibu meniatkannya untuk ibadah. Oleh karena itu, pada prinsipnya semuanya adalah peribadahan kepada Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya Ta’ala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzaariyaat: 56)

Memberi nafkah kepada anak merupakan bentuk ibadah, seperti disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ في سبيلِ اللَّه، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ في رقَبَةٍ، ودِينَارٌ تصدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ علَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذي أَنْفَقْتَهُ علَى أَهْلِكَ

Dinar yang kamu belanjakan di jalan Allah, dinar yang kamu belanjakan untuk membebaskan budak, dinar yang kamu sedekahkan kepada seorang miskin, dan dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِذَا أنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً يَحْتَسِبُهَا، فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ

Apabila seseorang memberikan suatu nafkah kepada keluarganya dan ia mengharap pahala dari nafkah tersebut, maka ia menjadi sedekah baginya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga. Harus mengedepankan sikap ikhlas mengharapkan rida Allah dalam mendidik anak-anak. Apabila seorang pendidik menginginkan tujuan dunia, maka ia telah menodai keikhlasannya. Anda bisa menyaksikan, sebagian orang memberikan pendidikan kepada anak-anaknya untuk mendapatkan jabatan atau ijazah.

Tidak disangsikan lagi bahwa kebaikan dalam pengajaran mereka ada dalam sikap mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Jika diniatkan untuk selain itu, berarti itulah yang diharapkannya. Karenanya, orang yang menginginkan dunia memfokuskan diri pada pendidikan duniawi, dan tidak ikut andil dalam melayani Islam dan kaum muslimin. Sedangkan yang lain, yaitu orang yang mendapat petunjuk berusaha mendapatkan gelar dokter, misalnya untuk mengobati kaum muslimin dan agar umat Islam tidak bergantung kepada dokter-dokter kafir. Orang kedua mendapatkan pahala, sedangkan orang pertama tidak mendapatkannya. Niat dalam hal ini memiliki kedudukan yang penting. Ia menjadi sebab kemaslahatan anak-anak dan kebaikan pendidikannya. Apabila niatnya ikhlas karena Allah, maka maslahat tersebut berkembang dan membesar. Apabila niatnya adalah dunia, maka maslahat menjadi surut dan berkurang.

Sebagian ayah berbuat baik kepada kedua orang tuanya agar dilihat oleh anak-anaknya, sehingga ketika kelak ia telah tua, ia akan mendapatkan perlakuan yang sama dari anak-anaknya. Tindakan ini masih mengandung kecintaan terhadap dunia dan syahwat jiwa. Seorang mukmin sejati harus bersikap ikhlas ketika berbuat baik kepada orang tuanya, hanya mengharap apa yang ada di sisi Allah, dan sebagai bentuk ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya, bukan untuk tujuan duniawi semata dengan harapan mendapat perlakuan yang sama dari anak-anaknya.

Keempat. Anda mesti menyertakan niat pada setiap aktivitas pendidikan agar Anda mendapatkan pahala. Anda harus selalu menghadirkan niat ketika memberi nafkah kepada mereka serta berinteraksi, bercanda dan menyenangkan hati mereka. Biasakan diri Anda melakukannya.

Kelima. Doa merupakan ibadah. Dikisahkan bahwa para nabi dan rasul selalu memanjatkan doa untuk anak dan istri-istri mereka.

Firman Allah Ta’ala:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami).” (QS al-Furqaan: 74)

Firman Allah Ta’ala:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, Ya Rabb, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlalt aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (QS Ibrahim: 35)

Selain itu, banyak lagi ayat lain di dalam al-Qur’an al-Karim yang menerangkan hal ini.

Betapa banyak doa menjadi penyebab hidayah bagi orang yang sesat. Betapa banyak doa mempercepat masa pendidikan. Carilah waktu-waktu dikabulkannya doa dan jauhilah penghalang-penghalang diterimanya doa. Tundukkanlah diri Anda di hadapan Allah Ta’ala dan memohonlah di hadapan-Nya. Semoga Dia memberi petunjuk kepada anak keturunan Anda dan menjauhkan mereka dari setan. Anda adalah makhluk yang lemah betapapun jerih payah telah Anda persembahkan. Dan amal Anda masih terbilang sedikit betapa pun banyak amal telah Anda laksanakan.

Keenam. Hendaklah pendapatan Anda hanya yang halal. Jauhilah harta yang syubhat. Janganlah sekali-kali mengusahakan yang haram.

Disebutkan di dalam hadits sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda kepada Ka’ab bin Ajrah,

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ. النَّارُ أَولَى بِهِ

Wahai Ka’ab bin Ajrah, sesungguhnya tidak akan masuk Surga daging yang tumbuh dari harta haram. Api neraka lebih utama untuk menjadi tempat tinggalnya.” (HR Ahmad. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Sahih at-Targhib wa at-Tarhib)

Hendaklah ayah atau ibu tidak mempersepsikan bahwa harta haram adalah harta hasil riba, curian atau suap saja. Termasuk harta haram adalah menyia-siakan waktu dalam bekerja sehingga ia mengambil harta yang bukan seharusnya dia ambil.

Banyak sekali pegawai atau pengajar menyepelekan pekerjaan mereka. Ia terlambat tiba di tempat kerja beberapa menit. Sekiranya dihimpun waktu-waktu itu akan mencapai bilangan jam yang tidak sedikit. Waktu-waktu itu hilang percuma untuk bercakap-cakap dengan teman, membaca koran atau majalah atau berbicara via telepon. Gaji yang diambil sebagai imbalan waktu-waktu yang hilang itu merupakan harta haram, sebab merupakan tindakan mengambil harta tanpa alasan yang benar. Oleh karena itu, berhati-hatilah saudaraku. Jangan sampai harta yang haram masuk ke dalam perut Anda dan perut anak keturunan Anda. Upayakanlah harta yang halal meski hanya sedikit, sebab di dalamnya terkandung keberkahan yang agung.

Ketujuh. Teladan yang baik merupakan kebutuhan pokok dalam bidang pendidikan. Bagaimana mungkin anak Anda komitmen melaksanakan salat sedangkan ia melihat Anda menyepelekan pelaksanaannya. Bagaimana mungkin ia menjauhi lagu dan nyanyian, sedangkan ia melihat ibunya gemar mendengarkannya. Kemudian, kesalehan pribadi Anda menjamin perlindungan untuk mereka selagi Anda hidup dan setelah Anda meninggal. Renungkanlah firman Allah Ta’ala:

وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ

Dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Rabbmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Rabbmu.” (QS al-Kahfi: 82)

Kesalehan sang ayah di dalam ayat tersebut berdampak positif kepada anak-anaknya, bahkan beberapa tahun setelah ia meninggal.

Selain itu, hendaklah Anda mempunyai bagian pahala dari tindakan menanamkan Islam ke dalam diri anak-anak Anda, dan dari komitmen mereka yang selalu melaksanakan ajaran agama Islam. Sebab, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ

“Barangsiapa memberi contoh (memulai) sunah (perbuatan) yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya setelah itu.” (HR Muslim)

Kedelapan. Sisihkan sebagian perhatian Anda untuk memahami urusan dunia, untuk mengetahui metode terbaik dalam pendidikan. Mintalah pendapat orang yang Anda anggap mampu. Carilah kaset-kaset dan buku-buku yang membahas masalah pendidikan islami untuk anak-anak muslim. Jangan sampai membeli mobil atau alat-alat elektronik lebih penting daripada pendidikan anak-anak Anda. Anda mencari informasi tentang mobil dan alat-alat elektronik kepada siapa saja yang Anda temui, tetapi Anda mengabaikan anak-anak Anda sendiri, tidak mengupayakan pendidikan terbaik untuk mereka.

Kesembilan. Sabar. Sebagian orang mengabaikannya, padahal kesabaran adalah faktor terpenting dalam kesuksesan pendidikan. Hendaklah Anda selalu memegang prinsip kesabaran. Bersabarlah menghadapi teriakan anak kecil. Jangan marah. Bersabarlah jika penyakit menimpanya dan harapkan pahala darinya. Bersabarlah dalam membimbingnya. Jangan merasa jemu. Bersabarlah menempuh jarak yang jauh untuk mengantar anak berangkat ke sekolah berkualitas dengan guru-guru profesional. Bersabarlah menunggu anak Anda dan mengajaknya ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah. Bersabarlah duduk di masjid setelah salat Ashar untuk menemani anak Anda menghafal al-Qur’an. Bergembiralah. Sesungguhnya Anda tengah berada di jalan jihad.

Firman Allah Ta’ala:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS al-’Ankabuut: 69)

Anda diperintahkan untuk memberi pendidikan. Adapun hidayah berada di Tangan Allah Ta’ala. Kerahkanlah tenaga untuk mewujudkannya dan bersabarlah, niscaya Anda akan melihat kebaikan yang akan menggembirakan Anda dan semakin melapangkan jalan Anda.

Kesepuluh. Salat dan salat. Salat adalah kewajiban agung dan rukun Islam kedua setelah dua kalimat syahadat. Komitmenlah untuk menjaganya. Tanamkanlah pada diri anak Anda perasaan pentingnya salat dan kedudukannya yang tinggi. Salat sangat ringan dilakukan bagi orang yang dimudahkan Allah untuk melaksanakannya. Kemudian komitmenlah pada norma-norma luhur dalam mendidik anak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَبْنَاءكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِسِنِينَ  

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka agar melaksanakannya pada usia sepuluh tahun.” (HR Ahmad dan Abu Dawud. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Sahih al-Jami’)

Barangsiapa menerapkan hadis ini, ia tidak akan menemui kesulitan dalam pengajaran salat, sebab anak-anak antara usia tujuh hingga sepuluh tahun senang keluar menuju masjid. Bayangkan dalam fase usia ini ada 5.000 kali Anda mengajaknya salat, dan si anak akan pergi ke masjid dengan gembira layaknya anak kecil. Apakah ketika mencapai usia sepuluh tahun si anak yang telah melaksanakan salat 5.000 kali akan meninggalkan salat begitu saja?

Wahai ayah yang bijak, jangan meniru tindakan ayah bodoh yang tidak membangunkan anaknya untuk salat karena kasihan akan kedinginan di cuaca yang dingin. Jadilah ayah yang cerdas. Kasihani anak Anda jika harus masuk Neraka Jahanam. Taatilah perintah Allah dan Rasul-Nya, kemudian bersabarlah ketika membangunkannya dan memotivasinya untuk mengerjakan salat, agar Anda terbebas dari beban tanggungan pada Hari Kiamat. Di samping itu, agar terwujud perlindungan Allah untuk anak-anak Anda sepanjang hari yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan,

مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ، فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ

Barangsiapa menunaikan salat Subuh, maka ia berada di dalam tanggungan Allah.” (HR Muslim)

Hadirkanlah perasaan bahwa anak Anda berada di dalam perlindungan Allah sepanjang hari tersebut.

Kesebelas. Harus memperhatikan bakat khusus dan perbedaan individu antara masing-masing anak, serta sikap adil dalam memperlakukan mereka. Sebagian ayah mengabaikan bakat besar yang dimiliki anak kecil, sehingga bakat itu hilang begitu saja. Kita sering melihat anak kecil menghafal lagu dan iklan yang tidak bermanfaat, tetapi ia tidak hafal al-Qur’an al-Karim dan tidak dibimbing untuk menghafalnya.

Apabila Anda merenungkan kisah hidup ulama umat ini, tentu Anda akan menjumpai banyak orang yang memiliki kemampuan dan kekuatan hafalan seperti mereka. Bedanya dengan para ulama, mereka mengarahkan sumber daya ini untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Yang pertama menjadi ulama dan mufti rujukan umat, yang kedua sekadar penghafal puisi dan cerita.

Keduabelas. Komitmenlah menahan amarah dan ledakan emosi. Berlindunglah kepada Allah dari setan yang berusaha mengganggu Anda. Islam telah menjadikan hukuman dalam ketetapan tertentu. Untuk pukulan kepada anak ditetapkan tidak boleh lebih dari sepuluh kali, usia si anak lebih dari sepuluh tahun, menggunakan siwak atau tongkat kecil, dan menghindari memukul wajah dan bagian aurat. Berusahalah untuk membaca basmalah ketika memukul. Jangan memukul dalam puncak kemarahan. Apabila Anda bisa mengganti pukulan dengan motivasi atau boikot pemberian kepada mereka, maka hal tersebut lebih baik bagi Anda dan anak Anda.

Ketigabelas. Waktu Anda masih lapang. Anda masih memiliki beberapa jam setelah selesai bekerja, lantas berapa porsi untuk anak Anda dari sisa waktu tersebut? Apabila selama ini Anda lalai dalam memenuhi hak mereka, maka sekaranglah saatnya Anda mengejar ketinggalan. Sisihkan porsi waktu terbesar untuk mereka. Apabila Anda telah mengelola waktu dengan baik dan menyisihkan sebagiannya untuk mereka, maka aku ucapkan selamat kepada Anda! Jangan lupa untuk menjadikan rumah Anda sebagai kerajaan kecil Anda, sebagai oase keimanan.

Anda bacakan untuk mereka sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anda adakan kuis ilmiah kecil-kecilan dengan materi keislaman dan wawasan umum. Sediakan hadiah istimewa bagi siapa saja yang berhasil menghafal al-Qur’an. Bersungguh-sungguhlah untuk meneladani sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana beliau berinteraksi, bersikap tawaduk (rendah hati), bercanda dengan anak-anak kecil, dan seterusnya.

Semoga Allah mengaruniakan keturunan yang saleh kepada kita semua. Semoga Dia jadikan pemandangan mata kita sejuk dengan kesalehan dan kesuksesan mereka, dan semoga Dia kumpulkan kita bersama mereka, juga orang tua kita di surga Adn kelak. Semoga selawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita, Muhammad, serta kepada keluarga dan para sahabatnya.

Baca juga: BESARNYA HAK KEDUA ORANG TUA

Baca juga: CARA BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Baca juga: FITNAH ANAK, HARTA, DAN ISTRI

(Abu Malik bin Muhammad Abdurrahman al-Qasim)

Adab