Memutus silaturahmi termasuk perbuatan yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala, menghalangi diterimanya amal, mendatangkan laknat, penghalang masuk Surga, dan disegerakan hukumannya di dunia.
Janganlah kalian memutus silaturahmi karena memutus silaturahmi termasuk perbuatan yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala.
Diriwayatkan dari seseorang dari suku Khats’am radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dibenci oleh Allah Ta’ala?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbuat syirik kepada Allah.”
Aku bertanya, “Lalu apa lagi?”
Beliau menjawab, “Memutus silaturahmi.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apa?”
Beliau menjawab, “Amar munkar (memerintahkan kepada kemungkaran) dan nahi makruf (mencegah kebaikan).” (Hadis sahih. Sahih at-Targhib wa at-Tarhib)
Janganlah kalian memutus silaturahmi karena memutus silaturahmi dapat menghalangi diterimanya amal.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَعْمَالُ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاتِعِ رَحِمٍ
“Sesungguhnya amal anak Adam dipaparkan setiap hari Kamis malam Jumat. Dan amal orang yang memutus silaturahmi tidak akan diterima.” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad. Lihat Sahih at-Targhib wa at-Tarhib)
Janganlah kalian memutus silaturahmi karena perbuatan itu dapat mendatangkan laknat. Jika kalian berkenan, maka bacalah ayat berikut:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ تَوَلَّيْتُمْ اَنْ تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَتُقَطِّعُوْٓا اَرْحَامَكُمْ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ فَاَصَمَّهُمْ وَاَعْمٰٓى اَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” (QS Muhammad: 22-23)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَالَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْ ۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۙ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْۤءُ الدَّارِ
“Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi, mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (QS ar-Ra’d: 25)
Janganlah kalian memutus silaturahmi karena perbuatan itu dapat menjadi penghalang masuk Surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk Surga orang yang memutus silaturahmi.” (Muttafaq ‘alaih)
Maksudnya pemutus silaturahmi.
Janganlah kalian memutus silaturahmi karena hukuman memutus silaturahmi akan disegerakan di dunia sebelum di akhirat.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدَّ خِرُلَهُ فِي الْآ خِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ، وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas Allah segerakan hukuman bagi pelakunya di dunia beserta hukuman yang Dia siapkan baginya di akhirat daripada dosa kezaliman dan memutus silaturahmi.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir)
Wahai hamba-hamba Allah yang mengaku beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, lihatlah keadaan kalian. Perhatikanlah kerabat kalian. Apakah kalian telah melaksanakan kewajiban kalian atas mereka, yaitu mencintai, memuliakan, dan menghormati mereka? Apakah kalian telah bersikap tawaduk kepada mereka? Apakah kalian telah bersikap ramah terhadap mereka? Apakah kalian telah melapangkan dada kalian ketika berjumpa dengan mereka? Apakah kalian telah menunaikan kewajiban menafkahi mereka dan menutup hajat mereka?
Sebagian orang tidak memerhatikan kerabatnya dengan selayaknya dan tidak bermuamalah dengan mereka dengan sepantasnya. Bahkan, mereka selalu bertengkar dan berselisih dengan kerabatnya meskipun dalam perkara yang sangat sepele. Mereka juga tidak menunaikan kewajiban silaturahmi, baik dengan perkataan, perbuatan, maupun harta. Mereka kaya raya sedangkan kerabatnya miskin dan mereka tidak menyambung silaturahmi dengan kerabatnya. Mereka tahu bahwa sebagian kerabatnya sakit, tetapi mereka tidak menjenguknya. Mereka juga tahu bahwa sebagian kerabatnya berbahagia, tetapi mereka tidak mau menyapanya.
Wahai hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah Ta’ala sebagaimana yang telah Dia perintahkan kepada kalian.
Allah Ta’ala telah berfirman:
وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
“Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.” (QS an-Nisa’: 1)
al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Bertakwalah kalian kepada Allah Ta’ala dengan cara tidak bermaksiat kepada-Nya. Peliharalah hubungan kekerabatan kalian dengan cara tidak memutus silaturahmi.”
Jika ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan memutus silaturahmi?”
Jawaban: Sebagaimana menyambung silaturahmi yang tidak ada batasannya, maka memutus silaturahmi pun tidak ada batasannya. Jika kamu mendengar kerabatmu berkata, “Kamu telah menyambung silaturahmi dengan kami,” maka kamu telah menyambung silaturahmi. Jika kamu mendengar kerabatmu berkata, “Kamu telah memutus silaturahmi dengan kami,” maka kamu telah memutusnya. Itu sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis dari Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bagaimana cara aku mengetahui bahwa aku telah berbuat baik atau berbuat buruk?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتَ جِيرَانَكَ يَقُولُونَ أَنْ قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا سَمِعْتَهُمْ يَقُولُونَ قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ
“Apabila kamu mendengar tetanggamu mengatakan bahwa kamu telah berbuat baik, maka kamu telah berbuat baik. Apabila kamu mendengar mereka mengatakan bahwa kamu telah berbuat buruk, maka kamu telah berbuat buruk.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad)
Ya Allah, bantulah kami agar dapat selalu menyambung silaturahmi, dan selamatkanlah kami dari perbuatan memutus silaturahmi.
Baca juga: HAKIKAT MENYAMBUNG SILATURAHMI
Baca juga: KEUTAMAAN MENYAMBUNG SILATURAHMI
Baca juga: ANJURAN UNTUK MENYAMBUNG SILATURAHMI DENGAN KERABAT YANG KAFIR
(Dr Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi)