Islam tidak hanya menganjurkan kaum muslimin menyambung silaturahmi dengan kerabat yang muslim, tetapi juga dengan kerabat yang kafir, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ؛ وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu. Maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Luqman: 14-15)
Dari Asma’ bin tu Abi Bakar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Ibuku datang kepadaku sedangkan ia seorang musyrik yang berada di pihak Quraisy. Aku pun meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku, sedangkan ia membenci agamamu. Apakah aku tetap harus menyambung silaturahmi dengannya ibuku?”
Beliau menjawab,
نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ
“Ya, sambunglah silaturahmi dengan ibumu.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar, bahwasanya Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu melihat sehelai jubah Siyara di dekat pintu masjid. Dia pun berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya engkau membeli jubah itu untuk dikenakan pada hari Jumat dan ketika menyambut utusan yang datang menemuimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang yang memakai jubah seperti itu tidak akan mendapatkan bagian dari akhirat.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi hadiah berupa beberapa jubah. Beliau lalu memberi sebuah jubah kepada Umar. Umar radhiyallahu ‘anha berkata, “Wahai Rasulullah, engkau memberiku jubah ini padahal engkau sendiri pernah mengatakan apa yang engkau katakan tentang jubah Atharid?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي لَمْ أَكْسُكَهَا لِتَلْبَسَهَا
“Sesungguhnya aku tidak memberi jubah itu kepadamu untuk dipakai.”
Maka Umar radhiyallahu ‘anhu segera memberikan jubah tersebut kepada saudaranya yang musyrik di kota Makkah.” (Muttafaq ‘alaih)
Baca juga: HAKIKAT MENYAMBUNG SILATURAHMI
Baca juga: KEUTAMAAN MENYAMBUNG SILATURAHMI
Baca juga: PENGERTIAN RAHIM ATAU KEKERABATAN
(Dr Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi)