DUA ORANG YANG ALLAH ADALAH YANG KETIGANYA

DUA ORANG YANG ALLAH ADALAH YANG KETIGANYA

Dari Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, Abdullah bin Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Saad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib al-Qurasyi at-Taimi. Ia, ayahnya, dan ibunya adalah para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Ia berkata: Aku melihat kaki kaum musyrikin ketika kami berada di dalam gua (Tsur), sedangkan mereka berdiri di atas kepala kami. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya, niscaya dia akan melihat kita.”

Beliau bersabda,

مَا ظَنُّكَ، يَا أَبَا بَكْرٍ، بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا

Apa pendapatmu, wahai Abu Bakr, tentang dua orang yang Allah adalah yang ketiga di antara mereka?” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Sabda beliau, “Apa pendapatmu, wahai Abu Bakr, terhadap dua orang yang Allah adalah yang ketiganya?” Maksudnya, apakah engkau mengira seseorang mampu menguasai atau menimpakan keburukan kepada mereka?

Kisah ini terjadi ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah. Beliau hijrah karena setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara terang-terangan menyampaikan dakwah, menyeru manusia lalu mereka mengikutinya, kaum musyrikin menjadi ketakutan. Mereka bangkit menentang dakwah beliau, menyempitkan ruang gerak beliau, serta menyakiti beliau, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Maka Allah mengizinkan beliau untuk berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berhijrah pada awal tahun ke-13 dari masa kenabiannya. Beliau berhijrah dari Makkah ke Madinah. Tidak seorang pun menyertai beliau kecuali Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, seorang penunjuk jalan, dan seorang pelayan. Beliau berhijrah atas perintah Allah, dan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu menyertainya.

Ketika kaum musyrikin mendengar tentang keluarnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah, mereka menawarkan hadiah berupa dua ratus ekor unta bagi siapa saja yang dapat menangkap beliau, dan seratus ekor unta bagi siapa saja yang dapat menangkap Abu Bakr. Orang-orang pun berlomba-lomba mencari keduanya di pegunungan, lembah-lembah, gua-gua, dan di setiap tempat, hingga mereka tiba di depan gua tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr bersembunyi, yaitu Gua Tsur. Mereka berdua bersembunyi di sana selama tiga malam agar pencarian terhadap mereka mereda. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke arah kedua kakinya, niscaya dia akan melihat kita, karena kita berada di dalam gua di bawah mereka.”

Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa pendapatmu, wahai Abu Bakr, terhadap dua orang yang Allah adalah yang ketiganya?

Dalam Kitabullah disebutkan bahwa beliau juga berkata kepada Abu Bakr:

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا

Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS at-Taubah: 40)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan dua kalimat, yaitu: “Apa pendapatmu, wahai Abu Bakr, terhadap dua orang yang Allah adalah yang ketiganya?” dan “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Sabdanya, “Apa pendapatmu, wahai Abu Bakr, terhadap dua orang yang Allah adalah yang ketiganya?” Maksudnya, apakah ada orang yang mampu menyakiti mereka berdua atau melakukan hal lain yang semisal dengan itu?

Jawabannya adalah: Tidak seorang pun mampu mencelakai mereka, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Allah berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia halangi, serta tidak ada yang bisa menghinakan siapa yang Dia muliakan, dan tidak ada yang bisa memuliakan siapa yang Dia hinakan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

قُلِ اللهم مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Allah Pemilik kekuasaan, Engkau memberikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu-lah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran: 26)

Dalam kisah ini terdapat dalil akan kesempurnaan tawakal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Rabb-Nya. Beliau bersandar kepada-Nya dan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya. Inilah inti dari penempatan hadis ini dalam bab Yakin dan Tawakal.

Dalam hadis ini juga terdapat dalil bahwa sesungguhnya kisah tentang jaring laba-laba adalah tidak sahih. Apa yang disebutkan dalam sebagian catatan sejarah bahwa laba-laba membuat jaring di pintu gua, bahwa di dalamnya tumbuh sebuah pohon, bahwa di dahannya bertengger seekor burung merpati, dan bahwa ketika orang-orang musyrik tiba di gua, mereka berkata, “Tidak seorang pun berada di dalamnya, karena burung merpati bertengger di dahan pohon di pintu gua dan laba-laba telah membuat jaring di pintu gua,” semua ini tidak benar.

Yang menghalangi kaum musyrikin dari melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu bukan perkara-perkara indrawi yang bisa terjadi pada siapa pun, tetapi perkara-perkara maknawi yang merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Allah telah menghalangi penglihatan kaum musyrikin dari melihat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu.

Seandainya itu adalah perkara-perkara indrawi, seperti laba-laba yang membuat jaring, burung merpati, dan pohon, maka semua itu adalah perkara-perkara indrawi yang dapat digunakan oleh siapa pun untuk bersembunyi. Namun, perkara ini adalah salah satu tanda dari tanda-tanda kekausaan Allah ‘Azza wa Jalla.

Kesimpulannya, apa yang disebutkan dalam kitab-kitab sejarah tentang hal ini adalah tidak sahih. Kebenaran yang tidak diragukan adalah bahwa Allah Ta’ala telah membuat penglihatan kaum musyrikin buta dari melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya di dalam gua.

Allah-lah Yang Maha Memberi Taufik.

Baca juga: ALLAH MENERIMA TOBAT SIAPA SAJA YANG MAU BERTOBAT

Baca juga: KISAH ABU BAKR – NASIHAT YANG MENYENTUH DAN KETEGUHAN DALAM MENGHADAPI KESULITAN

Baca juga: KEMATIAN – TIGA PERTANYAAN DI ALAM KUBUR

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kisah Riyadhush Shalihin