Cinta kepada Allah Azza wa Jalla merupakan dorongan menuju ketaatan. Ibadah terikat dengan cinta tersebut. Jika cinta hilang, maka hilanglah ibadah. Ibadah berdiri di atas cinta yang sempurna, disertai dengan penghambaan dan ketundukan yang sempurna. Jika rasa cinta hilang dari ibadah, maka ibadah itu menjadi seperti jasad tanpa roh. Oleh karena itu, seorang mukmin seharusnya selalu berusaha untuk mewujudkan rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Rasa cinta bukan hanya pengakuan yang diucapkan oleh setiap orang, tetapi harus ada bukti dan tanda yang menunjukkan kebenaran dan kejujuran pengakuan tersebut. Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa ada suatu kaum yang mengklaim mencintai Allah, sehingga Allah menurunkan ayat tentang pengujian:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kamu.’” (QS Ali Imran: 31)
Maka, siapa saja yang mengaku dirinya mencintai Allah, harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika cinta disertai dengan penolakan terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan larangan beliau, maka itu bukanlah cinta, melainkan pengakuan yang dusta belaka.
Mendapatkan rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla memiliki banyak sebab. Sepuluh sebab di antaranya disebutkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah:
1. Tilawah al-Qur’an dengan menadaburi dan memahami makna-maknanya serta apa yang dikehendakinya.
2. Taqarub, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengamalkan berbagai macam ibadah nafilah (tambahan) setelah melaksanakan berbagai macam ibadah fardhu. Semua itu akan menyampaikan seseorang kepada derajat kecintaan setelah cinta.
3. Selalu berdzikir kepada-Nya dalam setiap kondisi, baik dengan lisan, hati, amal, maupun kenyataan. Kesempatan mendapatkan rasa cinta sama dengan kesempatan mendapatkannya melalui dzikir.
4. Mengutamakan cinta kepada-Nya daripada cinta kepada diri sendiri ketika hawa-nafsu mendominasi. Juga harus selalu menuju kecintaan kepada-Nya meskipun jalan menuju ke sana sulit.
5. Hati selalu menelaah asma dan sifat-sifat-Nya, mengamati dan mengenalnya, serta terus berlatih untuk mengamati dan mengetahui semuanya. Maka, barangsiapa mengenal Allah dengan segala asma, sifat, dan perbuatan-Nya, tidak mustahil orang tersebut akan mencintai-Nya.
6. Menyaksikan kebaikan, ihsan, berbagai anugerah, dan berbagai nikmat batin maupun lahir. Semua itu adalah penyebab kecintaan kepada-Nya.
7. (Inilah yang paling menakjubkan), hati yang luluh di hadapan Allah Ta’ala. Dalam pengungkapan makna-makna ini, tidak ada kata-kata atau ungkapan yang layak.
8. Berdua dengan-Nya di waktu Dia turun untuk bermunajat kepada-Nya dan membaca kalam-Nya, serta bersimpuh dengan sepenuh hati dan beradab dengan adab ibadah di hadapan-Nya. Kemudian, mengakhiri semua itu dengan istighfar dan tobat.
9. Bergaul dengan para pencinta Allah yang jujur dan memetik buah dari kata-kata dan ungkapan mereka yang indah, seperti seseorang yang memilih buah-buahan yang bagus.
10. Menjauhi setiap hal yang menjadi penghalang antara hati dan Allah Azza wa Jalla.
Rasa cinta di sini ada dua macam: 1) Kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya dan cara mendapatkannya; 2) Kecintaan Rabb kepada hamba-Nya yang merupakan maqam tertinggi. Kepada macam kedua itu, semua orang menuju. Maka, siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta melakukan berbagai sebab untuk mendapatkan kecintaan Allah, pasti akan mendapatkan hasil dari usahanya. Dia juga akan mendapatkan kecintaan yang lebih kecil. Dengan istiqamah dan konsisten dalam ketaatan, akan didapat kecintaan yang besar. Bukan sesuatu yang menakjubkan jika kamu mencintai Allah, karena banyak orang mengaku memiliki cinta demikian. Namun, yang menakjubkan adalah jika Allah mencintai kamu.
Rasa cinta memiliki berbagai macam pengaruh bagi para ahli ibadah, orang-orang yang mengamalkan agama, dan bersungguh-sungguh dalam semua itu. Di antaranya adalah:
🏀 Akan mendapatkan manisnya iman, di mana orang yang mencicipi rasanya akan rela menjadi hina di jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, (2) mencintai seseorang yang tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan (3) benci kembali kepada kekufuran seperti ia benci dilemparkan ke dalam api Neraka.” (Muttafaq ‘alaih)
🏀 Bahwasanya Allah mencintai-Nya dan menetapkan penerimaan baginya di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril mencintainya, lalu Jibril menyerukan kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit mencintainya, kemudian diberikan penerimaan baginya di bumi.” (Muttafaq ‘alaihi)
🏀 Bahwasanya Allah meluruskan orang yang Dia cintai, memberinya apa yang dia minta, melindunginya dari apa yang dia minta perlindungan darinya, dan memberinya taufik untuk selalu berbuat baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّذي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّذي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
“Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang terhadapnya. Dan hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya, dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang ia gunakan untuk memukul, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi. Aku tidak ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku lakukan, seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin. Ia membenci kematian dan Aku tidak suka menyakitinya.’” (HR al-Bukhari)
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada Engkau cinta kepada-Mu, cinta kepada orang yang cinta kepada-Mu, dan amal yang menyampaikan kami kepada kecintaan kepada-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu sesuatu yang lebih kami cintai daripada diri kami sendiri, keluarga kami, dan daripada air yang dingin. Amin.
Baca juga: CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH
Baca juga: CINTA KEPADA ALLAH
Baca juga: AGAR DICINTAI ALLAH DAN MANUSIA
(Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub)