KEMATIAN – SAKARATUL MAUT

KEMATIAN – SAKARATUL MAUT

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat sebuah bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tanganya ke dalam bejana tersebut lalu mengusap wajahnya seraya berkata,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ

Laa ilaha illallah. Sesungguhnya kematian diiringi dengan sekarat.”

Lalu beliau mengangkat tangannya dan berkata,

الرَّفِيقِ الْأَعْلَى

Menuju al-Rafiq al-A’la.”

Akhirnya beliau dicabut nyawanya dan tangannya pun terkulai lemas. (HR al-Bukhari)

PENJELASAN

Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi berkata dalam ad-Durar al-Muntaqha min al-Kalimat al-Mulqa Durusun Yaumiyyah:

Kematian yang dialami setiap orang disertai rasa sakit dan penderitaan. Namun terkadang kematian seseorang terasa ringan, seperti yang dialami oleh orang yang mati syahid. Bagi mereka

كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian baginya.” (HR an-Nasa-i)

Terkadang beratnya sakaratul maut bagi seseorang adalah untuk meringankan beban dosanya atau sebagai rahmat dan pengangkat derajatnya, seperti yang dialami oleh para nabi ‘alaihimus salam, terutama Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh beliau merasakan beratnya sakaratul maut, padahal beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat sebuah bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tanganya ke dalam bejana tersebut lalu mengusap wajahnya seraya berkata,  “Laa ilaha illallah. Sesungguhnya kematian diiringi sekarat.”  Lalu beliau mengangkat tangannya dan berkata,  “Menuju al-Rafiq al-A’la.” Akhirnya beliau dicabut nyawanya dan tangannya pun terkulai lemas. (HR al-Bukhari)

Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi beratnya kematian, Fatimah radhiyallahu ‘anha berkata, “Betapa beratnya apa yang engkau rasakan, wahai ayahanda.”

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

لَا كَرْبَ عَلَى أَبِيكِ بَعْدَ الْيَوْمِ

Ayahmu tidak akan merasakan sakit setelah ini.” (HR Ibnu Majah)

Karena beratnya sakaratul maut yang beliau rasakan, beliau bersabda,

هَرِيقُوا عَلَيَّ مِنْ سَبْعِ قِرَبٍ لَمْ تُحْلَلْ أَوْكِيَتُهُنَّ لَعَلِّي أَعْهَدُ إِلَى النَّاسِ

Guyuri aku dengan tujuh kantung air agar aku dapat memberi nasihat kepada orang-orang.” (HR al-Bukhari)

Aisyah berkata, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. Saat itu beliau berada di pangkuanku. Aku tidak membenci beratnya kematian yang terjadi pada seseorang untuk selamanya selain pada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR al-Bukhari)

Bagi orang-orang kafir dan orang-orang Islam yang berdosa, kematian terasa lebih berat lagi.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), Keluarkanlah nyawa kalian!’ Di hari ini kalian dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS al-An’am: 93)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا ۙ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ

Dan sekiranya kamu melihat ketika malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka, (dan berkata), ‘Rasakanlah olehmu siksa Neraka yang membakar,’ (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS al-Anfal: 50)

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ، نَزَلَ إِلَيْهِ مِنْ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمْ الْمُسُوحُ. فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ. ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنْ اللَّهِ وَغَضَبٍ. قَالَ: فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنْ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا

Dan seorang hamba kafir –dalam sebuah riwayat disebutkan hamba yang jahatketika terputus dari dunia dan memulai (kehidupan) akhirat, para malaikat berwajah hitam turun kepadanya dari langit dengan membawa kain kasar hingga mereka duduk di sekitarnya sejauh mata memandang. Kemudian Malaikat Maut datang dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata, ‘Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah!’ Maka (roh) menyebar ke seluruh jasadnya. Malaikat maut mencabutnya bagaikan mencabut tusuk panggang daging dari wol yang basah sehingga urat dan sarafnya terputus. Lalu dia mengambilnya.” (HR Ahmad dengan sanad yang perawinya dijadikan hujah dalam ash-Shahih)

Pandangan Mengikuti Roh saat Dicabut

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: Rasulullah memasuki kediaman Abu Salamah sementara padangannya telah terasa berat. Beliau memejamkan mata Abu Salamah lalu bersabda,

إِنَّ الرُّوْحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ

Sungguh pandangan mengikuti roh saat dicabut?” (HR Ahmad, AbuDawud, an-Nasai, Ibnu Majah, Hakim, Abu Awanah, dan Ibnu  Hibban. Disahihkan oleh Syekh al-Albani. Lihat Ahkamul  Janaiz dan at-Ta’liq ‘ala Syarh  ath-Thahawiyah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,

أَلَمْ تَرَوْا الْإِنْسَانَ إِذَا مَاتَ شَخَصَ بَصَرَهُ؟

Bukankah kalian melihat orang yang mati menengadahkan pandangan?

Para sahabat menjawab, “Betul.”

Beliau meneruskan,

فَذَلِكَ حِيْنَ يَتْبَعُ بَصَرُهُ نَفْسَهُ

Itu adalah saat pandangan mengikuti roh.” (HR Muslim)

Orang Mukmin Wafat dengan Keringat di Dahi

Diriwayatkan dari Buraidah bahwa Nabi bersabda,

الْمُؤْمِنُ يَمُوْتُ بِعَرَقِ الْجَبِيْنِ

Orang mukmin meninggal dengan keringat di dahi.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih al-Jami’)

Imam al-Qurthubi berkata: Abdullah berkata, “Sungguh orang mukmin meninggal dengan kesalahan-kesalahan yang masih ada yang kemudian dibalas saat mati. Oleh karena itu, dahi orang mukmin berkeringat.”

Sebagian ulama menyampaikan bahwa orang mukmin mati dengan mengeluarkan keringat di dahi karena merasa malu kepada Rabb karena perintah-Nya ia langgar. Karena bagian bawah tubuh sudah mati dan yang tersisa hanya kekuatan hidup dan gerakan tubuh bagian atas, maka rasa malu terdapat pada kedua mata. Saat berkeringat itulah orang mukmin merasa malu kepada Rabb. Sedangkan orang kafir buta dari semua itu.

Ahli tauhid yang disiksa sibuk dengan siksa yang menimpa sehingga tidak sempat melakukan semua itu. Keringat yang terlihat saat sekarat hanya terjadi pada orang yang mendapatkan rahmat saja, sebab tidak seorang wali pun, orang yang benar imannya maupun orang yang berbakti melainkan merasa malu kepada Rabb, meski mendapat berita gembira, hadiah dan beragam kemuliaan.

Baca sebelumnya: KEMATIAN – KABAR GEMBIRA KEPADA ORANG BERIMAN

Baca sesudahnya: KEMATIAN – DUA MALAIKAT PENANYA DI ALAM KUBUR

(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)

Akidah