Menurut bahasa (etimologi), malaikat berarti utusan. Secara istilah (terminologi), malaikat berarti sosok yang lembut (halus) yang diberikan kemampuan menyerupai beragam bentuk makhluk yang berbeda yang bertempat tinggal di langit.
Bahan Penciptaan Malaikat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada kita dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, bahwa bahan yang menyusun penciptaan malaikat adalah cahaya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan dari apa-apa yang telah diterangkan kepada kalian.” (HR Muslim)
Sebagian orang yang mengaku cendekiawan menolak hadis ini dan yang semacamnya. Mereka berkeyakinan bahwa ini adalah hadis ahad, adapun hadis ahad tidak menetapkan perkara akidah.
Setelah menyebutkan hadis di atas beserta takhrijnya, Syekh al-Albani rahimahullah berkata, “Di dalam hadis ini terdapat isyarat atas batil (rusak)nya hadis yang masyhur (populer) di lisan-lisan manusia: (أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُورَ نَبِيِّكَ، يَا جَابِرْ) “Yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi-mu, wahai Jabir!” Juga hadis-hadis lain yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya.
Hadis dari Aisyah di atas adalah dalil yang jelas bahwa hanya malaikat yang diciptakan dari cahaya, bukan Adam beserta anak keturunannya. Oleh karena itu, cermatilah dan janganlah termasuk orang-orang yang lalai!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjelaskan kepada kita tentang seperti apa cahaya yang menyusun materi penciptaan malaikat. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyelami permasalahan ini untuk bisa lebih menentukan jenis cahaya tersebut, karena hal itu adalah perkara gaib yang tidak ada penjelasan yang melebihi hadis di atas.
Sedangkan apa yang diriwayatkan dari Ikrimah rahimahullah, dimana ia berkata, “Malaikat diciptakan dari cahaya kemuliaan dan iblis diciptakan dari api kehinaan,” juga apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, dimana ia berkata, “Allah menciptakan malaikat dari cahaya kedua hasta dan dada,” maka kedua riwayat tersebut tidak boleh diambil. Andai saja benar dugaan bahwa ucapan ini dari mereka (para ulama yang mulia), tetapi mereka bukan manusia yang maksum (yang terjaga dari kesalahan). Bisa jadi mereka membangun ucapan itu dari kisah-kisah israiliat (cerita-cerita yang diambil dari kaum Bani Israil).
Adapun yang disebutkan oleh Waliyullah ad-Dahlawi di dalam Hujjatul Balighah, bahwa malaikat terbagi menjadi tiga jenis: Jenis pertama adalah alam kebenaran, dimana tatanan kebenaran bergantung kepada mereka. Maka mereka diciptakan dalam bentuk jasad dari cahaya, seperti api yang pernah dilihat oleh Musa, kemudian ditiupkan padanya roh yang mulia; Jenis kedua terjadi percampuran yang tepat di dalam uap-uap tipis dari beberapa unsur yang mengakibatkan bergejolaknya jiwa mulia yang sangat menolak keburukan-keburukan sifat kehewanan; Jenis ketiga adalah jiwa-jiwa manusia yang sumbernya hampir sama dengan sumber malaikat, dimana mereka senantiasa melakukan amalan-amalan yang menyelamatkan yang menjadikan mereka disejajarkan dengan para malaikat, kemudian dihilangkanlah darinya unsur-unsur (manusia) sehingga ia berjalan di jalur para malaikat dan dianggap bagian dari malaikat, maka hal itu tidak didapati dalil (nash) yang sahih atas kebenaran pembagian ini, juga dengan perincian dan pembatasan seperti ini.
Kapan Malaikat Diciptakan?
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan para malaikat diciptakan. Allah Ta’ala tidak mengabarkan kepada kita tentangnya. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala menciptakan malaikat sebelum Dia menciptakan Adam, bapak manusia. Allah Ta’ala telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia memberitahukan kepada malaikat-malaikat-Nya bahwa Dia hendak menjadikan seorang khalifah di atas bumi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’” (QS al-Baqarah: 30)
Yang dimaksud dengan khalifah di sini adalah Nabi Adam ‘alaihissalam. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam setelah Allah Ta’ala menciptakannya.
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka kalian (wahai para malaikat) tunduklah kepadanya (Adam) dengan bersujud.” (QS al-Hijr: 29)
al-Qur’an dan as-Sunnah tidak menjelaskan secara pasti waktu penciptaan malaikat. Adapun yang disebutkan dalam hadis adalah waktu penciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam dan makhluk-makhluk lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tanganku seraya bersabda,
خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيْهَا بِيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ
“Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan bumi pada hari Sabtu, lalu darinya Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad. Dia menciptakan pepohonan pada hari Senin, kemudian Dia menciptakan keburukan pada hari Selasa. Dia menciptakan nur (cahaya) pada hari Rabu, menebar binatang di bumi pada hari Kamis, dan menciptakan Adam ‘alaihissalam pada saat terakhir di hari Jum’at, yaitu antara waktu Asar hingga malam.” (HR Muslim)
Baca juga: KISAH NABI ADAM – PENCIPTAAN ADAM
Baca juga: DUA MALAIKAT PENANYA DI ALAM KUBUR
Baca juga: LARANGAN BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
(Dr Umar Sulaiman al-Asyqar)