MINTALAH MAKAN KEPADA ALLAH, NISCAYA ALLAH MEMBERI MAKAN

MINTALAH MAKAN KEPADA ALLAH, NISCAYA ALLAH MEMBERI MAKAN

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-Nya: “Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian makan. Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian pakaian.”

Dua kalimat ini, yang berkaitan dengan kelaparan dan ketelanjangan, disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla setelah menyebutkan hidayah, karena hidayah adalah makanan bagi hati berupa ilmu dan iman dan makanan bagi anggota tubuh berupa amal saleh.

Adapun makanan, minuman, dan pakaian adalah nutrisi dan penutup bagi tubuh, karena tubuh tidak akan tegak (berfungsi baik) kecuali dengan makanan dan tidak akan tertutup (auratnya) kecuali dengan pakaian. Oleh karena itu, Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian makan.”

Benar apa yang disabdakan oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla: Kita semua pada dasarnya lapar kecuali yang Allah beri makan. Kalau bukan karena Allah memudahkan untuk kita sebab-sebab makanan kita, niscaya kita akan binasa.

Allah menjelaskan hal ini dalam surat al-Waqi’ah:

أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ ءَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلزَّٰرِعُونَ

Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kalian tanam, kamukah yang menumbuhkannya atau Kami-kah yang menumbuhkannya?” (QS al-Waqi’ah: 63–64)

Jawabannya adalah: Bahkan Engkau-lah –wahai Rabb kami– yang menumbuhkan tanaman itu, karena Allah berfirman:

لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَاماً فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ إِنَّا لَمُغْرَمُونَ بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ

Kalau Kami kehendaki, pasti Kami jadikan tanaman itu hancur dan kering, lalu kalian pun heran (menyesal) dan tercengang seraya berkata, ‘Sesungguhnya kami benar-benar merugi. Bahkan kami benar-benar tidak memperoleh apa-apa.’” (QS al-Waqi’ah: 65–67)

Perhatikanlah, bagaimana Allah berfirman: “Kalau Kami kehendaki, pasti Kami jadikan tanaman itu hancur dan kering,” dan tidak mengatakan: “Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tidak menumbuhkannya.”

Mengapa? Karena jika tanaman itu sudah tumbuh dan dilihat manusia, maka hati mereka akan terpaut padanya. Jika tanaman itu dihancurkan setelah hati terpaut padanya, maka hal itu akan menjadi musibah yang lebih menyakitkan. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan bentuk azab yang lebih mengguncang: “Kalau Kami kehendaki, pasti Kami jadikan tanaman itu hancur dan kering,” bukan berfirman: “Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tidak menumbuhkannya.”

Allah Ta’ala berfirman:

أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ

Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kalian minum, kamukah yang  menurunkannya atau Kami-kah yang menurunkannya?” (QS al-Waqi’ah: 68–69)

Artinya, air itu berasal dari awan, dan Allah-lah yang menurunkannya ke bumi. Lalu Dia menjadikannya mengalir sebagai mata air, memasukkannya ke dalam tanah dan mengalirkannya di bawah permukaan tanah seperti sungai-sungai. Kemudian air tersebut dikeluarkan dengan menggunakan alat-alat yang Allah mudahkan, sesuai zaman dan kebutuhan.

Itu semua merupakan bagian dari hikmah Allah ‘Azza wa Jalla, bahwa Dia menyimpan air di dalam perut bumi. Kalau air itu tetap berada di permukaan bumi, niscaya ia akan rusak, dan ia akan merusak udara serta membinasakan hewan ternak, bahkan manusia, karena bau dan busuknya. Namun Allah ‘Azza wa Jalla dengan hikmah dan rahmat-Nya menjadikan bumi menyerap air tersebut dan menyimpannya sebagai mata air. Saat manusia membutuhkannya, mereka dapat menggali dan menjangkaunya.

Dan yang menurunkan air itu adalah Allah ‘Azza wa Jalla. Seandainya seluruh manusia bersatu untuk menurunkan satu tetes air saja dari langit, mereka tidak akan mampu melakukannya sama sekali. Akan tetapi Allah ‘Azza wa Jalla, Dia-lah yang menurunkannya dengan kekuasaan dan rahmat-Nya. Maka dari itu, kita tidak dapat berharap mendapatkan makanan atau minuman apa pun kecuali dengan izin dan pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itu, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Setiap kalian lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian makan.”

Meminta makanan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dapat dilakukan dengan ucapan maupun perbuatan. Dengan ucapan, yaitu berdoa memohon kepada Allah agar Dia memberi makan dan rezeki kepada kita. Adapun dengan perbuatan, terdapat dua sisi.

Sisi pertama adalah amal saleh, karena amal saleh merupakan sebab datangnya dan melimpahnya rezeki.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS al-A’raf: 96)

Dia juga berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْكِتٰبِ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاَدْخَلْنٰهُمْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ

Seandainya ahli kitab beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan hapuskan kesalahan mereka dan memasukkan mereka ke dalam Surga yang penuh kenikmatan. Seandainya mereka menegakkan Taurat, Injil, dan apa yang diturunkan kepada mereka dari Rabb mereka, niscaya mereka akan makan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (QS al-Ma’idah: 65–66)

Dari atas mereka maksudnya adalah buah-buahan dari pohon, dan dari bawah kaki mereka maksudnya adalah hasil tanaman pertanian.

Kesimpulannya: amal saleh adalah salah satu sebab Allah memberi makan dan melimpahkan rezeki.

Sisi kedua dari bentuk meminta makan kepada Allah secara perbuatan adalah dengan membajak tanah, menggali sumur, mengeluarkan air, menanam biji-bijian, menanam pohon-pohon, dan hal-hal lain yang semacam itu.

Maka, meminta makan kepada Allah dapat dilakukan dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Perbuatan terbagi menjadi dua sisi: Pertama, amal saleh, karena amal saleh adalah sebab turunnya rezeki dan keberkahan; Kedua, usaha fisik dan material, seperti membajak tanah, menggali sumur, dan sejenisnya.

Firman Allah Jalla Dzikruhu: “Mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian makan” adalah jawaban dari suatu syarat yang tersirat, atau jawaban dari perintah yang terkandung dalam bentuk syarat. Artinya, jika kamu meminta makan kepada Allah, maka Dia akan memberimu makan.

Akan tetapi, meminta makan kepada Allah memerlukan hal yang penting, yaitu berbaik sangka kepada Allah Jalla wa ‘Alla, yaitu kamu berbaik sangka bahwa jika kamu meminta makan kepada-Nya, maka Dia akan memberimu makan. Adapun jika kamu berdoa kepada Allah dalam keadaan lalai dan berpaling, atau kamu berikhtiar tetapi hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri tanpa bergantung kepada Rabb-mu, maka kamu bisa saja tercegah dari pertolongan dan keberkahan, wal’iyadzu billah.

Karena itu, mintalah makan hanya kepada Allah semata, dan ikhlaskan permintaan itu hanya kepada-Nya.

Baca juga: MEMBACA BASMILLAH SEBELUM MAKAN DAN MINUM, DAN HAMDALAH SESUDAHNYA

Baca juga: TAWAKAL KEPADA ALLAH DALAM SETIAP URUSAN

Baca juga: ALLAH MEMBENTANGKAN TANGAN-NYA UNTUK MENERIMA TOBAT HAMBANYA

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati Riyadhush Shalihin