Persaudaraan yang paling agung adalah jika diniatkan karena Allah dan untuk Allah, tidak untuk mendapatkan kedudukan atau manfaat, baik yang segera atau yang akan datang, tidak juga karena materi atau selainnya. Barangsiapa yang kecintaannya kepada temannya karena Allah dan persaudaraannya karena Allah, sungguh ia telah mencapai puncak tujuan. Hendaklah seseorang berhati-hati. Jangan sampai dalam kecintaannya terselip kepentingan-kepentingan dunia yang akan mengotori dan merusak persaudaraan. Barangsiapa yang kecintaannya karena Allah, hendaklah ia bergembira dengan janji Allah dan keselamatan dari dahsyatnya hari dimana seluruh makhluk dikumpulkan. Ia akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang dinaungi di bawah naungan ‘Arsy Rabb yang Mahaperkasa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّون بِجَلَالِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Sesungguhnya Allah berfirman pada Hari Kiamat, ‘Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Ku.’” (HR Muslim, Ahmad, dan Malik)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ الله عَالَى: وَجَبَت مَحَبَّتِي لِلمُتَحَابِّين فِيَّ، وَالمُتَجَالِسِينَ فِيَّ، وَالمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَالمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
“Allah berfirman, ‘Kecintaan-Ku diperuntukkan bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, yang duduk-duduk bersama karena Aku, yang saling menziarahi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.’” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Malik)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa seseorang menziarahi saudaranya karena Allah yang tinggal di desa lain. Allah mengirim malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika telah mendatanginya, malaikat bertanya, “Hendak ke mana engkau?” Orang itu menjawab, “Aku hendak ke rumah saudaraku di desa itu.” Malaikat bertanya, “Apakah engkau hendak membereskan sesuatu yang engkau jaga atas saudaramu itu?” Orang itu menjawab, “Tidak! Aku hanya mencintai dia karena Allah.” Malaikat ilu berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu (untuk mengabarkan) bahwa Allah telah mencintai kamu sebagaimana engkau mencintai dia karena-Nya.” (HR Muslim dan Ahmad)
Hendaklah orang yang mencintai saudaranya karena Allah memberitahukan dia tentang hal itu, sebagaimana hadis dari Anas bin Malik dan selainnya.
Anas bin Malik mengatakan bahwa seseorang sedang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu seorang laki-laki melintas. Orang di sebelah Nabi berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai laki-laki ini.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah kamu telah memberitahukannya?” Orang itu berkata, “Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beritahukanlah ia!” Maka orang itu pun menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintai kamu karena Allah.” Laki-laki yang melintas berkata, “Semoga Allah mencintaimu yang karena-Nya engkau mencintaiku.”
Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdirilah dan kabarkan kepadanya! Hal itu akan mengokohkan kecintaan di antara kalian.” Laki-laki yang bersama Nabi pun bangun dan menemuinya, kemudian mengabarkan kepadanya, “Sesungguhnya aku mencintaimu di jalan Allah,” atau ia berkata, “Aku mencintai kamu karena Allah.” Laki-laki yang melintas berkata, “Semoga Allah mencintaimu karena kamu mencintaiku karena-Nya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud. Syekh al-Albani berkata, “Hasan.”)
Hal-hal yang juga harus dilakukan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah hendaklah ia mengevaluasi diri dan hatinya waktu demi waktu. Hendaklah mereka menelaah, apakah kecintaan itu telah tercampur dengan sesuatu yang menghalangi dan menyulitkan serta mengeluarkan kecintaannya dari kecintaan yang hakiki? Mungkin saja awalnya kecintaan itu didasari ikhlas karena Allah, namun lambat laun salah seorang dari keduanya lalai. Akhirnya rasa cinta berubah menjadi persaudaraan dengan tujuan saling memberi manfaat.
Baca juga: CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH
Baca juga: MENCINTAI ALLAH DENGAN MENGIKUTI SUNAH RASULULLAH
Baca juga: KECINTAAN KEPADA ALLAH
Baca juga: CINTA KEPADA RASULULLAH
(Fuad bin Abdul ‘Aziz asy-Syalhub)