Ini adalah kisah karamah sepasang suami istri saleh yang sedang kelaparan. Sang istri memohon kepada Allah Ta’ala rezeki yang dapat menghilangkan rasa laparnya dan mencukupi kebutuhannya. Allah pun memberi mereka rezeki sebagaimana disebutkan pada hadis berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seorang laki-laki tertimpa kelaparan. Ia pergi ke tengah padang pasir. Istrinya berdoa, “Ya Allah, berilah kami sesuatu untuk kami olah menjadi adonan dan sesuatu untuk kami olah menjadi roti!” Laki-laki itu kemudian pulang sementara piring besar sudah penuh berisi adonan, di tungku terdapat daging panggang, dan batu penggiling menumbuk (biji-bijian). Ia bertanya kepada istrinya, “Semua ini dari mana?” Istrinya menjawab, “Ini rezeki dari Allah.” Ia kemudian menyapu (serpihan biji-bijian) di sekitar batu penggiling.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya ia membiarkan (batu penggiling itu), tentu batu itu akan terus berputar atau menumbuk hingga Hari Kiamat.” (Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, al-Baihaqi, al-Bazzar, dan Ahmad. Lihat Silsilatul Ahadits ash-Shahihah)
PENJELASAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita kisah sepasang suami istri yang saleh yang sedang tertimpa kelaparan. Sang suami tidak bisa terus bertahan di rumah karena sangat lapar. Ia keluar ke tengah-tengah padang pasir. Istrinya berdoa agar ia diberi sesuatu untuk diolah menjadi adonan dan roti. Allah Ta’ala pun mengabulkan doanya. Ketika sang suami pulang, ternyata piring besar di rumahnya sudah dipenuhi adonan, batu penggiling yang biasa mereka gunakan untuk menumbuk biji-bijian berputar menumbuk biji-bijian, dan tungku dipenuhi daging yang siap dipanggang.
Sang suami bertanya kepada istrinya, “Semua ini dari mana?”
Sang istri menjawab, “Ini rezeki dari Allah.”
Sang suami kemudian menyapu (serpihan biji-bijian) di sekitar batu penggiling.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita bahwa seandainya ia membiarkan batu penggiling itu (berputar menumbuk), tentu batu itu akan tetap seperti itu hingga Hari Kiamat.
Sebagian orang mengingkari kisah-kisah seperti ini dengan dalih tidak bisa diterima akal sehat. Mereka lupa bahwa makanan dalam kisah ini adalah rezeki yang Allah berikan kepada sebagian hamba-hamba-Nya yang saleh sebagai bentuk karamah bagi mereka. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhuma juga sering mengalami kejadian serupa. Allah Ta’ala memperbanyak makanan dan minuman bagi mereka hingga mereka memakan dan meminumnya. Padahal jumlah mereka sangat banyak, dan makanan dan minuman yang sebenarnya hanya cukup untuk beberapa orang saja.
Faedah Hadis
Pertama. Penetapan karamah bagi hamba-hamba Allah yang saleh, seperti ditunjukkan oleh banyak nash yang mencapai tingkat mutawatir.
Mengimani karamah para wali termasuk bagian dari akidah ahli sunah wal jamaah. Namun, karamah hanya dimiliki oleh wali-wali yang bertakwa. Kejadian yang luar biasa terkadang terjadi pula pada manusia yang paling perusak seperti Dajjal.
Kita tidak boleh menceritakan kisah karamah seorang hamba melainkan dengan kabar yang benar atau kesaksian yang benar. Tidak sedikit terjadi kebohongan tentang karamah yang dihembuskan oleh para pendusta yang mempermainkan akal sehat banyak orang. Mereka secara dusta mengaku bahwa mereka dan guru-guru mereka memiliki karamah.
Kedua. Besarnya keutamaan doa. Allah Ta’ala mengabulkan doa wanita dalam kisah ini.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabb kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku memperkenankannya bagi kalian.’” (QS Ghafir: 60)
Ketiga. Adanya orang-orang saleh di kalangan umat-umat sebelum kita.
Keempat. Melalui hadis ini kita tahu bahwa manusia sejak dulu sudah mengenal adonan dan roti. Mereka juga mengenal batu penggiling untuk menumbuk biji-bijian, wadah untuk membuat adonan, dan tungku untuk membuat roti dan memanggang daging.
Baca juga: CEMBURU
Baca juga: KERA YANG MEMBUANG SEPARUH HARTA TUANNYA KE LAUT
(Dr Umar Sulaiman al-Asyqar)