BERSIAP MELAKSANAKAN SALAT DAN MENANTI KEHADIRANNYA

BERSIAP MELAKSANAKAN SALAT DAN MENANTI KEHADIRANNYA

Seorang mukmin hendaklah bersiap dan menanti kehadiran salat fardu. Ia berwudu di rumah, kemudian mendatangi masjid dengan tenang dan berwibawa. Lalu salat sebisanya.

Bila salat dilakukan secara berjamaah, cara terbaik adalah berwudu di rumah secara sempurna, kemudian keluar rumah dengan niat salat berjamaah. Bila hal itu dilakukan, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya akan diangkat satu derajat dan kesalahannya akan dihapus satu kesalahan. (HR al-Bukhari dan Muslim) Sama saja, apakah jarak rumah ke masjid dekat atau jauh. Hal itu tidak berarti bahwa seorang muslim dianjurkan untuk sengaja mencari masjid yang jauh. Hal itu menunjukkan bahwa apabila jarak masjid ke rumah cukup jauh, engkau jangan merasa terlalu jauh, sehingga mengeluh, “Bikin capek saja,” akan tetapi hendaklah engkau berusaha untuk tetap datang ke masjid, karena setiap langkahmu ke masjid dapat mengangkat derajatmu satu derajat dan menghapus dosamu satu dosa, asalkan sebelumnya engkau berwudu secara sempurna di rumah.

Hendaklah seseorang datang ke masjid dengan tenang dan penuh wibawa. Tenang dalam kata-kata dan gerakan, serta wibawa dalam penampilan. Janganlah engkau datang ke masjid dengan hati rusuh, atau berjalan tanpa aturan. Jagalah wibawamu, karena saat itu engkau sedang menuju suatu tempat untuk berhadapan dengan Allah Ta’ala.

Kita menyadari bahwa jika seseorang hendak ke istana raja, ia pasti akan bersiap-siap dan memperhatikan penampilannya. Ia memperhatikan bentuk sorbannya,  wajahnya, dan pakaiannya. Ia akan datang dengan tenang dan penuh wibawa. Jika kepada raja dunia saja ia menampakkan hal itu dengan jelas, lalu bagaimana bila ia pergi ke rumah Allah Ta’ala untuk menghadap-Nya?

Janganlah engkau tergesa-gesa, walaupun engkau khawatir ketinggalan salat, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ، فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ. وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ. وَلَا تُسْرِعُوا

Jika kalian mendengar ikamah, berjalanlah menuju salat. Hendaklah kalian berjalan dengan tenang dan penuh wibawa. Janganlah tergesa-gesa.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Janganlah engkau tergesa-gesa. Posisi apa pun yang engkau dapatkan dari salat berjamaah nanti, maka salatlah. Apa yang tertinggal dari salatmu, maka sempurnakanlah. Inilah hakikat adab kepada Allah Ta’ala.

Sesampai engkau di masjid, hendaklah engkau salat sebisanya. Bila sudah azan, lakukanlah salat sunah rawatib, jika kebetulan salat wajib itu memiliki salat sunah rawatib yang dikerjakan sebelum salat wajib. Jika tidak memiliki salat sunah sebelumnya, engkau cukup melakukan salat sunah biasa yang dilakukan antara azan dan ikamah, karena di antara azan dan ikamah terdapat salat. Salat sunah antara azan dan ikamah atau salat sunah rawatib sudah dapat menggantikan salat sunah tahiatul masjid, karena makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ

Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah ia duduk sebelum salat dua rakaat.” (HR al-Bukhari dan Muslim) adalah termasuk salat rawatib atau salat sunah antara azan dan ikamah.

Kemudian duduklah dengan niat menunggu waktu salat. Ketahuilah bahwa ketika engkau menunggu salat, engkau terhitung masih berada dalam salat. Meskipun imam datang terlambat lima atau sepuluh menit, engkau tetap mendapatkan kebaikan, karena terhitung tetap dalam salat, selama engkau menunggu salat tersebut. Selain itu, para malaikat juga terus membacakan selawat untukmu selama engkau masih di tempat salat. Orang yang dibacakan selawat oleh para malaikat, doanya tentu saja lebih pantas dikabulkan dengan doa para malaikat itu.

Baca juga: KAPAN MAKMUM MULAI BANGKIT BERDIRI UNTUK SALAT?

Baca juga: WAKTU SALAT ISYA

Baca juga: JARAK ANTARA AZAN DAN IKAMAH

Baca juga: ANTARA SALAT TAHIATUL MASJID DAN MENJAWAB AZAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Fikih