Dari ‘lyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ الله أوْحَى إِلَيَّ أنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أحَدٌ عَلَى أحَدٍ وَلَا يَبْغِي أحَدٌ عَلَى أحَدٍ
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawaduk hingga tidak seorang pun membanggakan diri di hadapan orang lain dan tidak seorang pun berlaku aniaya terhadap orang lain.” (HR Muslim)
PENJELASAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawaduk,” yakni merendah hati terhadap sesama manusia, tidak merasa lebih tinggi dari yang lain.
Di antara kebiasaan kaum salaf rahimahumullahu adalah bahwa mereka menganggap orang yang lebih kecil dari mereka anak sendiri, orang yang lebih tua orang tua sendiri, dan orang yang sebaya saudara sendiri. Mereka memandang orang yang lebih tua dengan pandangan hormat, orang yang lebih muda dengan pandangan sayang, dan orang yang sebaya dengan pandangan setara. Hendaklah seseorang tidak berbuat aniaya terhadap orang lain. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang, yakni tawaduk karena Allah Ta’ala terhadap saudara seislam.
Adapun terhadap orang kafir, Allah memerintahkan agar kita memeranginya, berlaku keras kepadanya, dan menghinakan mereka sebisa mungkin. Apabila orang kafir memiliki ikatan perjanjian dengan kaum muslimin dan mereka dalam jaminan kaum muslimin, maka kaum muslimin wajib memenuhi jaminannya. Kaum muslimin tidak boleh melepas jaminan tersebut dan tidak boleh menganggunya selama dalam ikatan perjanjian.
Baca juga: KEUTAMAAN TIDAK DIKENAL DAN JAUH DARI AMBISI KEPEMIMPINAN
Baca juga: ORANG SOMBONG TIDAK MASUK SURGA
Baca juga: HARTA ITU HIJAU DAN MANIS
(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)