TAFSIR SURAT AT-TIN

TAFSIR SURAT AT-TIN

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ

Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih dan Mahapenyayang.

 Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Makkah) ini yang aman, sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (Neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS at-Tin: 1-8)

TAFSIR AYAT

1-3:Demi (buah) tin,” yaitu buah tin yang lazim dikenal, dan juga “(buah) zaitun.” Allah Ta’ala bersumpah dengan kedua pohon ini karena banyaknya manfaat pohon dan buahnya, dan kerena keduanya banyak ditemukan di negeri Syam, tempat kenabian Nabi Isa putra Maryam ‘alaihissalam. “Dan demi bukit Sinai,” yaitu bukit Tursina, tempat kenabian Musa ‘alaihissalam. “Dan demi kota ini yang aman,” yaitu Makkah al-Mukarramah, tempat kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala bersumpah dengan tempat-tempat suci yang Dia pilih ini. Dari tempat-tempat ini Allah mengutus nabi-nabi yang paling mulia.

4: Yang disumpahkan adalah firman-Nya, “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” yaitu dalam bentuk ciptaan yang sempurna, bagian-bagian tubuh yang saling sesuai, tegak berdiri dan tidak kekurangan apa pun yang diperlukan secara lahir dan batin.

5-6: Tapi meski dikaruniai berbagai nikmat agung yang seharusnya disyukuri ini, kebanyakan manusia menyimpang, tidak besyukur kepada Zat yang memberi nikmat tersebut. Sebaliknya, mereka sibuk dengan senda gurau dan bermain-main. Mereka merelakan diri dengan hal-hal rendahan dan akhlak tercela, hingga Allah Ta’ala menghempaskan mereka “ke tempat yang serendah-rendahnya (Neraka),” yakni Neraka yang paling bawah, tempat para pendurhaka yang membangkang Rabb mereka, kecuali orang-orang yang diberi anugerah keimanan, amal saleh, dan akhlak mulia lagi luhur oleh Allah. “Maka bagi mereka” dengan posisi-posisi tinggi tersebut ada “pahala yang tiada putus-putusnya,” yakni tidak berhenti, kelezatan yang berlimpah, kebahagiaan yang terus menerus, dan nikmat yang amat banyak dalam keabadian yang tiada akhir, serta nikmat yang tidak berubah, buah dan naungannya kekal.

7-8:Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan, sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?” Yakni, apa yang membuatmu mendustakan adanya Hari Pembalasan amal, wahai manusia? Kalian telah melihat banyak tanda kebesaran Allah yang membuat kalian yakin. Dan kalian telah merasakan berbagai nikmat-Nya yang mengharuskan kalian tidak mengufurinya sedikit pun. “Bukankah Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya?” Lantas, patutkah hikmah-Nya mengharuskan-Nya meninggalkan manusia sia-sia, tidak diperintah, tidak dilarang, dan tidak diberi pahala atau siksa? Ataukah Yang menciptakan manusia dalam berbagai tahap, memberi mereka berbagai nikmat, kebajikan dan kebaikan yang tidak terkira, merawat mereka dengan baik pasti mengembalikan mereka ke negeri keabadian dan tujuan mereka yang mereka tuju dan ikuti?

Baca juga: TAFSIR SURAT ASY-SYARH

Baca juga: TAFSIR SURAT ADH-DHUHA

Baca juga: BERGAUL DENGAN ORANG MUNAFIK DAN ORANG FASIK

(Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)

Serba-Serbi