TAFSIR SURAT ASY-SYARH

TAFSIR SURAT ASY-SYARH

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih dan Mahapenyayang

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Rabbmulah semata hendaklah engkau berharap. (QS asy-Syahr: 1-8)

TAFSIR AYAT

1-4: Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” Yakni, Allah Ta’ala melapangkan dada beliau akan syariat-syariat agama dan dakwah kepada Allah Ta’ala, untuk bersifat dengan akhlak mulia, mengedepankan akhirat, dan mempermudah melakukan kebajikan sehingga beliau tidak merasa sempit dan tertekan lagi. “Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu.” Yakni, kesalahan-kesalahanmu “yang memberatkan punggungmu,” dan ini senada dengan firman Allah Ta’ala:

لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ

Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang.” (QS al-Fath: 2)

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.” Yakni, Kami tinggikan derajatmu dan Kami berikan pujian baik lagi luhur untukmu yang tidak pernah diberikan kepada siapa pun sehingga tidaklah Allah disebut melainkan Rasul-Nya juga disebut, seperti kalimat syahadat, azan, ikamah, dan khotbah. Begitu juga di hati umatnya dimana beliau dicintai, diagungkan, dan dimuliakan, yang tidak dimiliki oleh seorang pun selain beliau setelah Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memberi beliau balasan atas jerih payahnya dengan balasan terbaik.

5-6: Allah Ta’ala berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” Ini adalah berita gembira yang besar. Setiap kali kesulitan dan kesusahan muncul, kemudahan selalu menyertai, hingga meski terjebak di lubang biawak sekalipun, niscaya kemudahan akan datang dan mengeluarkannya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا

Allah kelak memberi kemudahan setelah kesulitan.” (QS ath-Thalaq: 7)

Dan seperti yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَإِنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Dan sesungguhnya kelapangan itu ada bersama kesulitan, dan bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad dan at-Tirmidzi. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam ash-Shahihah)

Penyebutan kata “kesulitan” pada kedua ayat secara definit menunjukkan bahwa keduanya sama. Penyebutan kata “kemudahan” secara indefinit menunjukkan berulangnya. Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Penyebutan kata “kesulitan” secara definit dengan alif dan lam menunjukkan generalisasi, dan generalisasi menunjukkan bahwa semua kesulitan, berapa pun tingkatannya, akhirnya kemudahan menyertainya.

7-8: Selanjutnya Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam pada asalnya dan kaum mukminin setelahnya untuk bersyukur kepada-Nya dan menunaikan kewajiban atas nikmat yang diberikan seraya berfirman, “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” Artinya, bila engkau telah usai mengerjakan urusanmu dan tidak tersisa satu pun yang memberatkan hatimu, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan berdoa. “Dan hanya kepada Rabbmulah,” semata, “hendaklah engkau berharap.” Yakni, besarkanlah harapanmu agar doamu dikabulkan. Janganlah seperti orang yang bermain-main seusai bekerja dan berpaling dari Rabb mereka serta berpaling dari mengingat-Nya sehingga engkau menjadi orang yang merugi. Ada yang menafsirkan sebagai berikut: Makna ayat ini adalah, bila engkau selesai salat dan telah menyempurnakannya, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa. Hanya kepada Rabbmulah hendaklah engkau berharap dalam meminta apa yang engkau inginkan. Orang yang berpendapat demikian berdalil dengannya atas disyariatkannya berdoa dan berzikir setelah salat wajib. Wallahu a‘lam.

Baca juga: TAFSIR SURAT ADH-DHUHA

Baca juga: SUNGGUH MENAKJUBKAN URUSAN ORANG BERIMAN

baca juga: BERTAWASUL DENGAN AMAL SALEH

(Syekh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)

Serba-Serbi