بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالضُّحٰىۙ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih dan Mahapenyayang
Demi waktu ketika matahari naik sepenggalah (1), dan demi malam apabila telah sunyi (2), Rabbmu tiada meninggalkanmu, dan tiada (pula) membencimu (3). Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan (4). Dan kelak pasti Rabbmu memberikan karunia–Nya kepadamu, lalu (hati)mu menjadi puas (5). Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu (6)? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk (7)? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan (8)? Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah engkau sewenang-wenang (9). Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah engkau menghardiknya (10). Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (11).” (QS adh-Dhuha: 1-11)
TAFSIR AYAT
1-3: Allah Ta’ala bersumpah dengan siang apabila cahayanya mulai tersebar, yaitu waktu duha, dan dengan malam apabila telah sunyi dan gelap gulita, atas perhatian Dia Ta’ala terhadap Rasul-Nya seraya berfirman, “Rabbmu tiada meninggalkanmu.” Yakni, Dia tidak meninggalkan beliau sejak Dia memperhatikannya, dan Dia tidak menelantarkan beliau sejak Dia memelihara dan merawatnya. Dia senantiasa mendidik beliau dengan pendidikan yang paling sempurna dan mengangkat beliau satu derajat demi satu derajat.
“Dan tiada (pula) membencimu.” Yakni, Dia tidak membenci beliau sejak Dia mencintainya, karena menafikan kebalikan sesuatu menunjukkan penegasan atas kebalikannya. Penafian semata bukanlah pujian, kecuali penafian tersebut mengandung penegasan kesempurnaan. Inilah keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum dan sesudahnya, keadaan yang paling sempurna.
4: Tentang keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.” Yakni, setiap keadaan terakhir beliau adalah lebih baik daripada keadaan sebelumnya, dan beliau terus menapaki derajat yang tinggi. Allah Ta’ala mengukuhkan agama-Nya bagi beliau, menolong beliau dari musuh-musuhnya, dan meluruskan keadaan-keadaannya, hingga tatkala beliau wafat, beliau mencapai keadaan yang tidak bisa dicapai oleh orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir, yaitu kemuliaan, kenikmatan, penyejuk mata, dan kebahagiaan hati.
5: Setelah itu, janganlah kamu tanyakan keadaan beliau di akhirat yang berupa berbagai macam kemuliaan dan kenikmatan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Dan kelak pasti Rabbmu memberikan karunia–Nya kepadamu, lalu (hati)mu menjadi puas.” Ini tidak mungkin bisa diungkapkan, kecuali dengan kata-kata menyeluruh ini.
6-8: Selanjutnya Allah Ta’ala menganugerahkan keadaan-keadaan khusus yang Dia ketahui seraya berfirman, “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” Yakni, Allah Ta’ala mendapati beliau tidak beribu dan tidak berayah. Ayah dan ibu beliau telah meninggal dunia sedangkan beliau belum bisa mengurus diri sendiri. Lalu Allah Ta’ala memberinya perlindungan. Beliau dirawat oleh kakeknya, Abu Thalib, hingga Allah Ta’ala menguatkan dengan pertolongan-Nya dan dengan kaum mukminin.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk?” Yakni, Allah Ta’ala mendapati beliau dalam keadaan tidak mengetahui apa itu al-Qur’an dan apa itu iman. Lalu Allah Ta’ala mengajarkan beliau apa yang tidak beliau ketahui dan memberi beliau pertolongan untuk amal dan akhlak yang baik.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?” Yakni, beliau awalnya dalam keadaan fakir, lalu Allah memberi beliau kecukupan melalui penaklukan-penaklukan di berbagai negeri untuk beliau. Beliau dapat melakukan pemungutan harta dan upeti. Rabb yang menghilangkan berbagai kekurangan dari beliau menghilangkan semua kekurangan dari beliau. Terhadap Rabb yang telah memberimu kecukupan, perlindungan, pertolongan dan petunjuk, balaslah nikmat-nikmat-Nya itu dengan bersyukur.
9-11: Karena itu Allah Ta’ala berfirman, “Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah engkau sewenang-wenang.” Yakni, jangan memperlakukan anak yatim dengan buruk, menekannya, dan membentaknya. Tetapi, muliakanlah mereka. Berilah mereka pertolongan semampumu. Perlakukanlah mereka sebagaimana engkau ingin anakmu diperlakukan serupa sepeninggalmu.
“Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah engkau menghardiknya.” Yakni, jangan sampai engkau menghardik orang yang meminta-minta dan berperangai buruk terhadap mereka untuk menolak permintaan mereka. Tetapi, berikanlah mereka semampumu atau tolaklah dengan cara yang baik. Termasuk dalam hal ini adalah orang yang meminta uang dan ilmu. Oleh karena itu, seorang guru diperintahkan untuk berakhlak baik terhadap murid-muridnya, memperlakukan mereka dengan baik dan kasih sayang, karena hal itu bisa menjadi penolong bagi mereka untuk mencapai maksudnya, dan sebagai pemuliaan bagi orang-orang yang ingin memberi manfaat pada manusia dan negara.
“Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” Ini mencakup nikmat agama dan nikmat dunia. Yakni, pujilah Allah Ta’ala karena nikmat-nikmat itu. Sebutlah nikmat-nikmat itu secara khusus, jika mengandung maslahat. Jika tidak, sebutlah nikmat-nikmat itu secara umum, sebab menyebut nikmat Allah Ta’ala dapat mendorong seseorang untk mensyukurinya.
Baca juga: BEBERAPA KEUTAMAAN PARA SAHABAT RADHIYALLAHU ANHUM
Baca juga: ATURAN-ATURAN DALAM PERSUSUAN
Baca juga: MINYAK WANGI YANG MENGANDUNG ALKOHOL
(Syekh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)