KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN ZULHIJAH

KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN ZULHIJAH

Umur umat ini paling pendek dibandingkan dengan umur umat-umat sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. Dan sedikit saja yang melampui umur tersebut.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dihasan-sahihkan oleh Syekh al-Albani)

Meskipun demikian, karena anugerah dan kemurahan-Nya, Allah Ta’ala menjadikan musim-musim tertentu sebagai musim untuk memperbanyak amal saleh dan mendapatkan banyak pahala sehingga memberikan keberkahan pada umur orang-orang yang mengerjakannya. Mereka seakan-akan diberi umur panjang. Contohnya adalah orang yang mendapatkan Lailatul Qadar, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS al-Qadr: 3)

ar-Razi berkata, “Ketahuilah bahwa orang yang beribadah pada malam tersebut seakan-akan telah melakukan ibadah kepada Allah lebih dari delapan puluh tahun. Barangsiapa beribadah pada malam tersebut setiap tahunnya, ia seakan-akan diberi umur panjang.”

Di antara waktu-waktu yang penuh berkah adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Keutamaannya disebutkan dalam banyak ayat dan hadis. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala:

وَالْفَجْرِۙ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, demi malam yang sepuluh.” (QS al-Fajr: 1-2)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan, “Yang dimaksud dalam ayat ini adalah sepuluh hari bulan Zulhijah.”

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ

“…dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan.” (QS al-Hajj: 28)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan, “Maksudnya adalah hari-hari yang sepuluh (di bulan Zulhijah)”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ، يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ

Tidak ada hari yang suatu amal saleh lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada amal saleh yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama bulan Zulhijah).”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama daripada jihad di jalan Allah?”

Beliau menjawab,

وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Termasuk lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid).” (HR al-Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan selainnya)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ، وَلَا أَحَبُّ إِلَيِهِ اَلْعَمَلُ فِيْهِنَّ  مِنْ أَيَّامِ الْعَشْرِ. فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ التَّسْبِيحَ، وَالتَكْبِيرَ، وَالتَّهْلِيْلَ  

Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak ada amal yang lebih dicintai-Nya daripada (amal) yang dilakukan pada sepuluh hari itu. Maka pada hari-hari itu perbanyaklah tasbih, takbir, dan tahlil.” (HR ath-Thabarani)

Sa’id bin Jubair rahimahullah -yang meriwayatkan hadis Ibnu Abbas sebelumnya- jika memasuki sepuluh hari bulan Zulhijah bersungguh-sungguh dalam beribadah hingga hampir saja ia tidak mampu melakukannya lagi. (HR ad-Darimi dengan sanad yang baik).

Dalam riwayat lain, ia mengatakan, “Janganlah kalian matikan lampu-lampu kalian pada malam-malam sepuluh hari bulan Zulhijah.”

Maksudnya janganlah lupa untuk membaca al-Quran dan melakukan salat malam.

Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fath al-Bari berkata, “Secara zahir, keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Zulhijah disebabkan di hari-hari itu berkumpul banyak ibadah utama yang dianjurkan untuk dilakukan, yaitu salat, puasa, sedekah, dan haji. Semua itu tidak terdapat pada bulan yang lain.”

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Lathaif al-Ma’arif berkata, “Ketika Allah Ta’ala menanamkan kerinduan ke dalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menyaksikan Baitullah -yang setiap orang tidak mampu menyaksikannya setiap tahun-, Dia mewajibkan haji atas orang yang mampu sekali seumur hidup, dan menjadikan sepuluh hari pertama bulan Zulhijah sebagai musim untuk bersama-sama melakukan amal saleh oleh orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji dan orang-orang yang tidak dapat menunaikannya.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya, “Manakah yang lebih utama, sepuluh hari pertama bulan Zulhijah atau sepuluh hari terakhir bulan Ramadan?”

Beliau menjawab, “Sepuluh hari pertama bulan Zulhijah adalah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Sepuluh malam terakhir bulan Ramadan adalah lebih utama daripada sepuluh malam pertama bulan Zulhijah.”

Oleh karena itu, bersegeralah dalam menggunakan waktu pada hal-hal yang bermanfaat. Bertobatlah kepada Allah dari perbuatan menyia-nyiakan waktu. Ketahuilah bahwa selalu berusaha untuk melakukan amal saleh pada sepuluh hari yang penuh berkah ini pada hakikatnya adalah bersegera menuju kebaikan dan sebagai bukti ketakwaan.

Allah Ta’ala berfirman:

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj: 32)

Allah Ta’ala berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian.” (QS al-Hajj: 37)

Ya Allah, tolonglah kami untuk melakukan ketaatan dan berhasil dalam mendapatkan Surga. Ya Allah, tolonglah kami agar dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan melakukan ibadah yang terbaik kepada-Mu.

Baca juga: AMAL-AMAL SALEH PADA BULAN ZULHIJAH

Baca juga: HAL-HAL YANG DISYARIATKAN PADA BULAN SYAKBAN

Baca juga: CARA MEMBAYAR FIDYAH

(Abdul Malik bin Muhammad Abdurrahman al-Qasim)

Serba-Serbi