Diantara sifat tercela yang dicela oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah sombong. Yang dimaksud dengan sombong adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Ghazali, “Sombong adalah menganggungkan diri sendiri dan memandang dirinya lebih baik dari orang lain.”
Sebagian ulama menjelaskan pengertian sombong dengan berkata, “Sombong adalah mengagungkan diri sendiri dan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, serta merendahkan dan meremehkan orang lain ditambah membanggakan diri pada keadaan yang seharusnya tawaduk (rendah hati).”
Kalau kita cermati kedua pengertian di atas mengarah pada hakikat makna yang hampir sama.
Dalam sebuah ayat dijelaskan:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18)
Firman Allah Ta’ala “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu”, maksudnya adalah memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, sedangkan makna al-marahu ialah berjalan dengan angkuh.
Dan Allah Ta’ala berfirman tentang Musa ‘alaihissallam:
وَقَالَ مُوْسٰىٓ اِنِّيْ عُذْتُ بِرَبِّيْ وَرَبِّكُمْ مِّنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ
“Dan Musa berkata, ‘Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari penghitungan.” (QS Ghafir: 27)
Sedangkan sombong dalam pengertian syariat adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya memiliki kesombongan walau seberat zarah.”
Seorang sahabat berkata, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus. (Apakah itu termasuk kesombongan?)”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ. اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim)
Di dalam hadis ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sombong terjadi pada dua hal:
1️⃣ Menganggap diri lebih besar dari Allah atau agama-Nya atau Rasul-Nya
Contohnya adalah Fir’aun dan orang-orang yang semisal dengannya yang dengan sombong enggan menjadi hamba Allah Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ مُوْسٰىٓ اِنِّيْ عُذْتُ بِرَبِّيْ وَرَبِّكُمْ مِّنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ
“Dan Musa berkata, ‘Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari penghitungan.” (QS Ghafir: 27)
Nabi Musa ‘alaihissalam telah mengajaknya kepada petunjuk dan jalan yang lurus, namun Fir’aun congkak dan sombong. Dengan angkuh dia berkata kepada kaumnya:
فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ فَاَخَذَهُ اللّٰهُ نَكَالَ الْاٰخِرَةِ وَالْاُوْلٰى
“(Seraya) berkata, ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi.’ Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.” (QS an-Nazi’at: 24-25)
Karena kesombongan yang luar biasa Allah Ta’ala menjadikan kesombongan Fir’aun pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92)
Inilah akhir perjalanan orang-orang yang sombong dan durhaka: Fir’aun, orang-orang sebelum Fir’aun maupun orang-orang sesudahnya. Semuanya sama, yaitu mendapat siksaan yang pedih seperti halnya mereka juga sama dalam meniti jalan orang-orang yang sombong terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
فَاِنَّهُمْ يَوْمَىِٕذٍ فِى الْعَذَابِ مُشْتَرِكُوْنَ اِنَّا كَذٰلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِيْنَ اِنَّهُمْ كَانُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ يَسْتَكْبِرُوْنَ
“Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab. Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘Laa ilaaha illallah (Tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah),’ mereka menyombongkan diri.” (QS ash-Shaffat: 33-35)
Kesombongan merupakan kekhususan yang dimiliki oleh Zat yang Mahaperkasa, Allah Ta’ala, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: اَلْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي. وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي. فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Kesombongan adalah jubah-Ku. Keagungan adalah pakaian-Ku. Barangsiapa mencabut salah satunya dari-Ku, maka akan Aku lemparkan ia ke dalam Neraka.’” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwa sombong merupakan salah satu sifat penghuni Neraka, sebagaimana hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَاجَّتْ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ. فَقَالَتْ النَّارُ: أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ. وَقَالَتْ الْجَنَّةُ: مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ. قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ: أَنْتِ رَحْمَتِي. أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَقَالَ لِلنَّارِ: إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي. أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي. وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا. فَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ. فَتَقُولُ: قَطْ، قَطْ. فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ. وَلَا يَظْلِمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ خَلْقِهِ أَحَدًا. وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنْشِئُ لَهَا خَلْقًا
“Surga dan Neraka saling berbantahan. Neraka berkata, ‘Aku disiapkan untuk orang-orang yang sombong dan angkuh.’ Surga berkata, ‘Sedangkan aku, tidak ada yang memasukiku selain orang-orang lemah yang hina dalam pandangan manusia.’ Lalu Allah berfirman kepada Surga, ‘Engkau adalah rahmat-Ku. Denganmu Aku merahmati siapa saja yang Aku kehendaki dari hamba-hamba-Ku.’ Kemudian Allah berfirman kepada Neraka, ‘Sesungguhnya engkau adalah siksa-Ku. Denganmu Aku menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki.’ Dan masing-masing dari keduanya ada isinya. Adapun Neraka, ia tidak terisi penuh hingga Allah meletakkan Kaki-Nya. Kemudian Neraka berkata, ‘Cukup, cukup!’ Saat itulah Neraka penuh dan sebagiannya menindih sebagian yang lain. Allah tidak menzalimi seorang pun dari makhluk-Nya. Sedangkan Surga, Allah telah menciptakan penghuninya.” (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Dari Abu Salamah bin Abdurahman bin Auf, dia bercerita: Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amr bin Ash pernah bertemu di Marwah. Keduanya terlibat dalam sebuah pembicaraan. Setelah itu, Abdullah bin Amr pergi. Tinggallah Abdullah bin Umar menangis. Melihat hal itu, salah seorang sahabatnya bertanya keheranan, ‘Wahai Abu Abdurahman, mengapa engkau menangis?’ Dia menjawab, ‘Orang tadi -maksudnya Abdullah bin Amr- mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ، أَكَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ
“Barangsiapa dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi, maka Allah akan mencampakkan dia di wajahnya ke dalam Neraka.”‘ (HR Ahmad)
Orang-orang yang sombong adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah. Mereka akan dikumpulkan kelak pada Hari Kiamat dengan membawa kerendahan dan kehinaan di wajah-wajah mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ تَرَى الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلَى اللّٰهِ وُجُوْهُهُمْ مُّسْوَدَّةٌ ۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْمُتَكَبِّرِيْنَ
“Dan pada Hari Kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menjadi hitam. Bukankah dalam Neraka Jahanam terdapat tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS az-Zumar: 60)
Dan penjelasan Allah Ta’ala dalam ayat yang lain:
وَتَرٰىهُمْ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا خٰشِعِيْنَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُوْنَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيۗ
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke Neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina. Mereka melihat dengan pandangan yang lesu.” (QS asy-Syura: 45)
Adapun siksa yang akan mereka terima kelak pada Hari Kiamat adalah seperti yang digambarkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ. يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ. فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ. تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ. يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
“Orang-orang yang sombong akan dikumpulkan pada Hari Kiamat seperti semut dalam rupa manusia. Mereka diliputi kehinaan dari segala penjuru. Kemudian mereka digiring menuju penjara di Neraka Jahanam yang bernama Bulas. Di atas mereka terdapat Neraka Anyar. Mereka diberi minum perasan tubuh penduduk Neraka yang disebut thinatul khabal.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad. at-Tirmidzi menyatakan hadis hasan sahih)
Di antara bentuk kesombongan adalah ketika sampai kepada seseorang suatu kebenaran dari al-Qur’an atau hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia enggan menerima dan tunduk kepadanya. Ia justru bersikap congkak dan sombong. Oleh karena itu, Allah Ta’ala memperingatkan hal itu dengan firman-Nya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS an-Nur: 63)
Bagi orang yang menyalahi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, terdapat ayat yang diturunkan berkenaan dengan mereka, yaitu:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan. Dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS an-Nisa’: 65)
Terdapat sebuah hadis yang menceritakan kebenaran hal tersebut, yaitu hadis yang dikeluarkan oleh Muslim dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa ayahnya bercerita: Seseorang makan di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegurnya,
كُلْ بِيَمِينِكَ
“Makanlah dengan tangan kananmu!”
Orang itu menjawab, “Aku tidak bisa.”
Nabi menimpali,
لَا اسْتَطَعْتَ
“Engkau tidak akan bisa.”
Dan tidak ada yang mencegahnya untuk menaati perintah Rasul melainkan kesombongannya. Pada akhir hadis ayahnya mengatakan bahwa orang itu betul-betul tidak dapat makan dengan tangan kanannya. (HR Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)
2️⃣ Sombong terhadap makhluk
Pengertiannya telah dijelaskan di atas, yaitu meremehkan, merendahkan dan memandang hina orang lain. Hal ini biasanya hanya muncul dari orang-orang yang rendah martabatnya dan memiliki kekurangan, karena mereka ingin mengganti kekurangannya dengan menampakkan sesuatu yang bukan bagiannya sehingga timbul sikap sombong dalam diri mereka. Oleh karena itu, telah datang sebuah penjelasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita bersikap tawaduk (rendah diri), sebagaimana sabda beliau,
إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ: أَنْ تَوَاضَعُوا، حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, ‘Hendaklah kalian bersikap tawaduk, hingga seseorang tidak berbuat aniaya kepada orang lain, dan seseorang tidak berlaku sombong kepada orang lain.’” (HR Abu Dawud)
al-Ghazali rahimahullah berkata, “Kesombongan adalah penyakit akut yang sangat ganas, yang dapat membinasakan orang-orang terkemuka dari kalangan makhluk. Sedikit sekali yang bisa selamat darinya, baik kalangan ahli ibadah, zuhud maupun ulama, terlebih orang-orang awam.”
Bagaimana tidak, sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk Surga orang yang memiliki sikap sombong di dalam hatinya walau seberat zarah” sehingga sifat sombong yang ada pada dirinya menjadi penghalang baginya untuk masuk Surga. Kesombongan akan membelokkan seorang hamba dari akhlak kaum muslimin secara umum. Akhlak mulia adalah pintu dari pintu-pintu Surga, sedangkan kesombongan menutup pintu-pintu tersebut. Selain itu, orang yang sombong biasanya tidak dapat mencintai untuk saudaranya sesama mukmin seperti halnya dia mencintai untuk dirinya sendiri. Tidaklah mengherankan apabila tidak ada akhlak yang tercela melainkan orang yang sombong pasti berusaha keras untuk menjaga kesombongannya. Sebaliknya, tidak ada akhlak terpuji melainkan orang yang sombong tidak mampu melakukan kesombongan karena takut akan kehilangan kehormatannya. Dari sini jelaslah mengapa orang yang masih mempunyai sifat sombong walau seberat zarah tidak akan masuk Surga. Sifat sombong dan akhlak yang tercela merupakan dua hal yang saling bergandengan, yang saling mengajak satu sama lain.
Di antara jenis kesombongan yang teramat buruk adalah kesombongan yang menghalangi pelakunya untuk mengambil ilmu, menerima kebenaran dan tunduk kepada kebenaran tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa sifat sombong ini mencakup menyucikan diri dan membanggakan diri di hadapan orang lain: bangga dengan nasab, harta, kedudukan, kekuatan dan kecantikan.
Contoh: Orang dari keturunan mulia merasa sombong di hadapan orang dari keturunan rendah, walaupun kalau dilihat dari sisi amal, orang dari keturunan rendah lebih banyak amalnya. Orang kaya merasa sombong di hadapan orang miskin. Pejabat merasa sombong di hadapan karyawan biasa. Perempuan cantik merasa sombong di hadapan perempuan biasa. Ingatlah bahwa ukuran manusia dilihat dari ketakwaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kalian.” (QS al-Hujurat: 13)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا – إِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ – أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ. إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ. إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ النَّاسُ. كُلُّهُمْ بَنُو آدَمَ، وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ
“Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang telah mati –sesungguhnya nenek moyang mereka adalah arang Neraka Jahannam– atau mereka lebih hina di sisi Allah daripada hewan yang mendorong kotoran dengan hidungnya. Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian seruan jahiliah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang. (Yang ada) hanyalah mukmin yang bertakwa atau pendosa yang celaka. Setiap kalian adalah anak cucu Adam, sedangkan Adam diciptakan dari tanah.” (HR at-Tirmidzi. Dinilai sahih oleh Syekh al-Albani)
Baca juga: ORANG SOMBONG PENGHUNI NERAKA
Baca juga: TIDAK DISUKAI ALLAH ORANG MUSBIL
Baca juga: TIDAK MEMBANGGAKAN DIRI DI HADAPAN ORANG LAIN
Baca juga: UJUB YANG MEMBINASAKAN
Baca juga: HIDUP MEWAH DAN DAMPAK BURUKNYA
(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)