Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن يُرِدِ اللهُ بِهِ خيرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah jadikan ia fakih (paham) ilmu agama.” (Muttafaq ‘alaih)
PENJELASAN
Hadis ini merupakan hadis paling agung tentang keutamaan ilmu. Di dalamnya disebutkan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah pertanda kebahagiaan seorang hamba, dan pertanda bahwa Allah Ta’ala menghendaki kebaikan baginya.
al-Fiqhu fi ad-din (paham ilmu agama) mencakup paham pokok-pokok keimanan (ushul al-iman), syariat-syariat Islam, hukum-hukum Islam, dan hakikat-hakikat ihsan. Hal itu karena agama Islam mencakup tiga perkara tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Jibril ‘alaihissalam ketika bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman, Islam, dan ihsan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan batasan masing-masing. Beliau menafsirkan iman dengan keenam pokok iman, menafsirkan Islam dengan kelima pondasinya, dan menafsirkan ihsan dengan,
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ. فَإِنْلَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَغِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat–Nya. Jika engkau tidak melihat–Nya, maka sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” (HR Muslim)
Termasuk ke dalam ‘paham ilmu agama’ adalah memahami ilmu akidah, mengetahui mazhab salaf tentang akidah kemudian mengamalkannya secara lahir dan batin, mengetahui mazhab kelompok-kelompok yang menyelisihi akidah tersebut, serta mengetahui penyimpangannya terhadap al-Quran dan as-Sunnah.
Termasuk ke dalam ‘paham ilmu agama’ adalah memahami ilmu fikih, baik pokok-pokoknya maupun cabang-cabangnya, hukum-hukum ibadah dan muamalah, masalah jinayat (perdata dan pidana), dan lain sebagainya.
Termasuk pula ke dalam ‘paham ilmu agama’ adalah memahami hakikat-hakikat keimanan dan mengetahui ilmu as-siyar wa as-suluk ilallaah (ilmu tentang reputasi dan tingkah laku terhadap Allah) sesuai petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
Juga termasuk ke dalam makna hadis di atas adalah mempelajari semua sarana yang membantu memahami ilmu agama, seperti ilmu bahasa Arab dengan berbagai cabangnya.
Maka, barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah menjadikan dirinya paham segala perkara tersebut dan diberi taufik untuk menggapainya.
Majhum (pemahaman tersirat) hadis ini menunjukkan bahwa barangsiapa berpaling dari ilmu-ilmu tersebut secara keseluruhan, maka sesungguhnya Allah tidak menghendaki kebaikan baginya, karena ia telah dicegah dari sebab-sebab yang dapat membawanya meraih kebaikan dan kebahagiaan. Jika seseorang dicegah dari sebab-sebab tersebut, bagaimana mungkin ia mendapat kebahagiaan?
Baca juga: JALAN KE SURGA
Baca juga: TEMPUHLAH JALAN INI AGAR MEMPEROLEH KEBAIKAN
Baca juga: MEMPERBANYAK AMAL SALEH DI USIA LANJUT
(Syekh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)