Pihak al-Aziz berusaha keras menutupi kejadian itu. Hanya saja kejadian itu menyebar sehingga muncul celaan dan cacian dari para perempuan kota, yakni istri para pejabat dan puteri para pembesar di sana terhadap istri al-Aziz. Mereka mencela tindakan istri al-Aziz yang merayu dan menggoda pemuda yang tinggal bersamanya di rumah, dan mencela perasaan cintanya yang mendalam kepada pemuda itu, padahal pemuda itu bukan orang yang sedejarat dengannya. Pemuda itu hanya seorang budak yang tidak layak diperlakukan seperti itu. Oleh karena itu, mereka berkata, “Istri al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya kepadaku. Pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Sesungguhnya kami memandang dia dalam kesesatan yang nyata.” Yaitu disebabkan perbuatannya yang menempatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Istri al-Aziz ingin membuktikan kepada mereka bahwa pemuda itu tidak seperti yang mereka bayangkan. Mereka pasti belum pernah melihat pemuda tampan sepertinya. Oleh karena itu, ia mengundang para perempuan kota ke rumahnya dalam sebuah perjamuan.
Istri al-Aziz menyediakan tempat bersandar untuk para perempuan kota dalam sebuah pertemuan kelas atas. Ia menyuguhkan buah-buahan bagi perempuan-perempuan yang hidup berlebih-lebihan. Setiap undangan diberikan sebuah pisau agar timbul kesan tersendiri bagi pertemuan itu. Semua undangan memiliki ikatan persaudaraan dengan setan untuk bertindak boros dan menebar adu-domba.
Tiba-tiba istri al-Aziz memotong percakapan mereka dengan memasukkan Yusuf ke ruang jamuan. Saat Yusuf tampak di hadapan mereka, mereka terpesona dan histeris dengan ketampanan Yusuf. Mereka tidak menyangka bahwa di antara anak keturunan Adam ada laki-laki setampan itu.
Mereka benar-benar terpesona dengan ketampanan Yusuf sehingga mereka melukai tangan mereka sendiri dengan pisau, sedangkan mereka tidak menyadari luka yang dialaminya. Mereka berkata, “Mahasempurna Allah. Ini bukan manusia. Sesungguhnya ini tidak lain malaikat yang mulia.”
Ketampanan yang sedemikian rupa, muda, syahwat pemuda, perempuan cantik yang mencintainya, rumah tertutup rapat, ia malah melalui semua itu dengan sabar dan iman. Kalau begitu, ia bukan manusia, tetapi malaikat mulia yang terjaga dari perbuatan nista.
Dengan tidak tahu malu istri al-Aziz berkata, “Inilah pemuda yang telah membuat kalian mencaci maki aku karena aku jatuh cinta kepadanya. Bukankah aku punya hak untuk melakukan itu?”
Istri al-Aziz ingin membenarkan perbuatannya di atas pengakuan para perempuan kota yang hadir akan ketampanan Yusuf. Saat itulah ia memberitahukan secara terang-terangan perbuatan maksiat yang ia lakukan. Ia berkata, “Aku memang telah merayunya. Bahkan aku telah berusaha menjebaknya. Akan tetapi dia menolak. Lalu siapa di antara kalian yang tidak bisa menerima alasanku, sementara ia sendiri telah melihat ketampanan Yusuf?”
Setelah itu istri al-Aziz mengancam Yusuf di hadapan para perempuan yang hadir, “Sungguh jika (di kemudian hari) dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya untuk berbuat keji dan zina, dia pasti akan dijebloskan ke dalam penjara. Dan dia akan menjadi orang yang hina.”
Yusuf tidak memiliki jalan keluar dari situasi yang ia hadapi selain memilih penjara. Yusuf berkata, “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung memenuhi keinginan mereka, dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”
Tidak seorang pun dari para perempuan yang hadir memahami kata-kata atau tindakan Yusuf. Hati mereka benar-benar telah mati. Mereka semua menginginkan Yusuf dan menggodanya, sementara Yusuf berlindung kepada Rabbnya hingga Allah melindunginya.
Berita tentang Yusuf menyebar. Setelah al-Aziz dan kaumnya menyaksikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Yusuf tidak bersalah, mereka memutuskan untuk menahan Yusuf di dalam penjara sampai batas waktu yang tidak ditentukan agar aib mereka tidak terbongkar.
Semua ini terjadi setelah Allah memperkenankan doa Yusuf, setelah para perempuan merasa putus asa untuk menggoda Yusuf.
“Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf. Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Mahamendengar, Mahamengetahui.” (QS Yusuf: 34)
Yusuf lebih memilih penjara daripada perilaku sesat. Dia bersikap tegar dalam menghadapi syahwat yang datang silih berganti. Orang yang tidak bersalah ini akhirnya dijebloskan ke dalam penjara, sementara para penjahat berkeliaran bebas di muka bumi sambil berbuat kerusakan.
Mereka menjeboloskan Yusuf ke penjara setelah terbukti ia tidak bersalah dan bersih. Dengan demikian, tudingan yang diarahkan kepada Yusuf adalah ia tidak bersalah dan bersih. Itulah tudingan yang dilayangkan kepada para nabi dan rasul. Namun Allah tidak menyia-nyiakan hamba-Nya yang berbuat baik dan tulus, karena Allah Mahamendengar, Mahamengetahui.
Baca sebelumnya: BERBUAT MESUM ATAU DIPENJARA?
Baca sesudahnya: DI DALAM PENJARA
(Dr Hamid Ahmad ath-Thahir)