KISAH NABI YUSUF – BERBUAT MESUM ATAU DIPENJARA?

KISAH NABI YUSUF – BERBUAT MESUM ATAU DIPENJARA?

Yusuf memiliki hal-hal yang tidak dimiliki al-Aziz Mesir. Ia masih muda, tampan, berilmu, amanat, dan menjaga diri. Sedangkan al-Aziz Mesir adalah orang yang terlalu sibuk dengan jabatannya. Laki-laki seperti ini biasanya tidak memikirkan istri dan rumah. Ketika pulang ke rumah, ia hanya ingin merebahkan tubuh di atas kasur empuk sehingga kewajiban suami-istri tidak terpikirkan, walau yang paling sederhana sekalipun.

Usia istri al-Aziz Mesir lebih muda dari suaminya, sementara Yusuf tumbuh di depan matanya sebagai laki-laki tampan, memiliki kekuatan, ilmu dan hikmah. Syahwat pun mengalir di seluruh tubuh istri al-Aziz. Ia merasa nyaman setiap kali menatap Yusuf. Ia  jatuh hati kepada Yusuf dan menjadi tawanan baginya. Namun Yusuf sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena disibukkan oleh urusan tuannya.

Istri al-Aziz menginginkan Yusuf punya perasaan yang sama seperti perasaan dirinya kepada Yusuf. Namun ia bagaikan pungguk merindukan bulan. Ketika syahwatnya tidak dapat dibendung dan semua orang di istananya lengah, ia pun melancarkan aksinya. Ia menutup rapat semua pintu istana agar tidak seorang pun di sana selain ia dan Yusuf, agar ia dapat berbuat kasar kepada Yusuf seperti yang ia inginkan.

Dengan kelembutan ia menghampiri Yusuf dan berkata, “Mendekatlah kepadaku!”

Yusuf adalah orang asing di sana. Rasa malu orang seperti dirinya tidak seperti rasa malu orang yang berada di kampung halamannya dan di tengah orang-orang yang mengenalnya. Yusuf bagai tawanan di tangan perempuan itu, sedangkan perempuan itu adalah majikannya. Kecantikan yang terpancar dari diri perempuan itu berpotensi menyeret Yusuf kepada perbuatan yang diinginkan oleh perempuan itu. Yusuf sendiri adalah seorang pemuda lajang, yang diancam oleh perempuan itu dengan hukuman penjara atau disiksa dengan siksaan yang pedih bila tidak menyambut apa yang diperintahkan perempuan itu.

Yusuf mampu bersabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah meskipun pikiran untuk memenuhi keinginan perempuan itu sempat melintas di benaknya. Ia lebih mengutamakan rida Allah daripada keinginan pribadi yang kerap memerintahkan kepada perkara yang buruk. Ia telah melihat petunjuk Rabb-nya berupa ilmu dan iman yang menumbuhkan sikap menghindari perbuatan yang diharamkan Allah, yang mewajibkannya mengambil jarak dan menahan diri dari maksiat yang besar ini.

Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”

Tapi syahwat telah menggiring dan mempermainkan istri al-Aziz. Ketika ia hendak menguasai Yusuf, Yusuf berlari ke pintu. Perempuan itu mengejarnya, menghalangi Yusuf keluar, dan merobek baju Yusuf dari belakang. Dengan kekuatan iman Yusuf berhasil membuka pintu ruang itu. Namun kejadian selanjutnya sungguh mengejutkan. Mereka mendapati suami perempuan itu berada di depan pintu.

Dengan tipu muslihat perempuan itu berkata kepada suaminya, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu selain dipenjara atau dihukum dengan siksa yang pedih?”

Perempuan itu menuduh Yusuf melakukan perbuatan tidak senonoh. Bukan hanya itu, ia pun meminta Yusuf dipenjara atau dihukum.

Yusuf membela diri dengan berkata, “Dia telah menggodaku.”

Seorang saksi dari keluarga istri al-Aziz memberikan kesaksian. Kita tidak tahu bagaimana dan dari mana saksi itu datang. Yang jelas, Allah menakdirkan saksi itu bersaksi untuk Yusuf. Saksi itu berkata, “Jika gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta. Jika gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar.”

Ternyata baju Yusuf koyak di bagian belakang, sehingga tampak jelas Yusuf tidak bersalah.

al-Aziz berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.”

Kemudian al-Aziz berpesan kepada Yusuf, “Wahai Yusuf, lupakanlah peristiwa ini.”

al-Aziz menginginkan Yusuf meninggalkan pembicaraan itu, berpura pura tidak mengingatnya, dan tidak menyinggung aib itu kepada siapapun. Tujuannya adalah supaya aib istrinya tidak terbongkar.

Lalu al-Aziz menoleh kepada istrinya dan berkata, “Dan kamu, istriku, mohonlah ampunan atas dosamu, karena kamu termasuk orang yang bersalah.”

Itulah hukuman yang diberikan al-Aziz. Ia tidak menjual Yusuf untuk memisahkan istrinya dari Yusuf. Ia juga tidak melakukan tindakan yang biasa dilakukan seorang laki-laki merdeka yang punya harga diri terhadap istrinya yang hampir saja berbuat khianat kepadanya.

Sementara itu, perasaan cinta masih bersemayam di diri istri al-Aziz. Dia meminta Yusuf dipenjara atau disiksa, bukan dijual atau diusir. Mungkin siksa atau penjara dapat membantu si perempuan untuk melakukan perbuatan keji terhadap Yusuf di kemudian hari.

Baca sebelumnya: KISAH NABI YUSUF – DARI SUMUR KE MESIR

Baca setelahnya: KISAH NABI YUSUF – MEREKA TERPESONA DENGAN KETAMPANAN YUSUF

(Dr Hamid Ahmad ath-Thahir)

Kisah