Allah Ta’ala berfirman:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS an-Nahl: 89)
Allah Ta’ala juga berfirman:
يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Allah menerangkan (hukum ini) kepada kalian supaya kalian tidak sesat. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.” (QS an-Nisa:’ 176)
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ. فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ، وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ. أَلَا، وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى. أَلَا، وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ. أَلَا وإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً. إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. وَإذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. أَلَا، وَهيَ القَلْبُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barangsiapa melindungi dirinya dari perkara syubhat, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjerumus ke dalam perkara syubhat, ia akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan, sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan ternaknya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya. Lambat laun ia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki wilayah larangan dan wilayah larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan jika daging itu buruk, maka buruk pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)
Allah Azza wa Jalla telah menurunkan Kitab dan menjadikannya sebagai penjelas segala sesuatu. Di antara kasih sayang Allah kepada kita adalah Dia memudahkan jalan hidayah kepada kita untuk menuju kebenaran.
Hadis an-Nu’man bin Basyir menjelaskan bahwa perkara-perkara yang halal sudah jelas, seperti makan makanan yang baik dengan segala macamnya dan memperoleh harta dengan akad-akad yang sah. Perkara-perkara yang haram juga sudah jelas, seperti memakan bangkai, darah, daging babi, minum khamar, menikahi mahram, riba, judi, dan mencuri.
Ada juga perkara-perkara syubhat (samar-samar) yang kehalalan dan keharamannya banyak diperdebatkan, seperti mengenakan pakaian dari kulit binatang buas dan transaksi bisnis yang samar-samar.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa melindungi diri dari perkara syubhat, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjerumus ke dalam perkara syubhat, ia akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan.”
Di dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang keadaan orang yang berhadapan dengan perkara syubhat. Mereka terbagi menjadi dua golongan:
Golongan pertama: Orang yang memelihara diri dari perkara syubhat karena warak dan khawatir terjerumus ke dalam perkara haram. Dengan sikapnya ini ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, sehingga ia selamat dari cacian syar’i.
Golongan kedua: Orang yang mengutamakan masuk ke dalam perkara syubhat, padahal perkara itu tidak jelas baginya. Ia tidak akan aman dari terjerumus ke dalam perkara haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan tentang golongan ini bahwa mereka terjerumus ke dalam keharaman.
Tidak disebutkan golongan ketiga karena sudah jelas dan gamblang bahwa golongan yang mengetahui kesamaran suatu perkara dan mengikuti apa-apa yang ditunjukkan oleh dalil adalah golongan yang paling tinggi dan paling utama.
Baca juga: MENJAUHKAN DIRI DARI PERKARA SYUBHAT
Baca juga: MENINGGALKAN HAL-HAL YANG TIDAK BERGUNA
Baca juga: ALLAH MEMBATASI ANTARA MANUSIA DAN HATINYA
Baca juga: MENGAMBIL HARTA YANG DIHALALKAN DAN MENINGGALKAN HARTA YANG DIHARAMKAN
(Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub)