Islam melarang seorang anak durhaka kepada kedua orang tuanya. Bahkan durhaka kepada kedua orang tua masuk ke dalam dosa besar yang mengiringi syirik. Seorang ayah dan ibu harus mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan durhaka anak kepada orang tua disebabkan banyak faktor sehingga mereka dapat menghindari penyebab itu. Di antara penyebab itu adalah:
1. Anak tidak dididik secara Islam
Anak tidak mungkin menghormati dan berbakti kepada orang tua jika tidak dididik dengan baik, bahkan untuk mendoakan orang tua sekali pun dengan doa,
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا
“Wahai Rabbku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.” (QS al-Isra’: 24)
Apabila orang tua tidak pernah mengajarkan akhlak dan perilaku islami kepada anak ketika ia masih kecil, bagaimana mungkin ia mendoakan orang tuanya ketika sudah besar? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memperhatikan hal itu, sebagaimana riwayat dari Ayyub bin Musa, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik daripada akhlak yang baik. “(HR at-Tirmidzi)
2. Anak tidak mengetahui hak orang tua
Jahilnya anak akan hak orang tua merupakan penyebab terbesar dalam tidak terlaksananya hak orang tua. Kejahilan itu mungkin disebabkan ia tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya ketika masih kecil.
3. Perselisihan dalam keluarga
Apabila kedua orang tua sering bertengkar, saling tuduh, suami tidak menghormati istri, dan istri tidak menghormati suami, maka rasa hormat anak kepada orang tua berkurang. Karena fisik ayah kuat dan anak takut dipukul oleh ayahnya, maka anak tidak bisa menghormati ayahnya. Lain halnya dengan ibu. Karena ibu lembut dan sayang kepada anaknya, maka anak lebih berani menentang ibunya, tidak berbakti kepadanya, dan mengeraskan suara di hadapannya. Dalam keadaan keluarga yang dipenuhi dengan pertengkaran antara ayah dan ibu, seorang ayah terkadang menyuruh anaknya untuk menentang dan durhaka kepada ibunya. Naudzubillah min dzalik.
4. Teman yang berakhlak buruk
Seseorang terkadang meniru akhlak temannya. Karenanya, teman yang berakhlak buruk berperan besar dalam membentuk akhlak buruk pada anak dan durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ. فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama temannya. Oleh karena itu, hendaklah setiap kalian melihat siapa temannya.” (HR at-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadis hasan gharib.”)
5. Berlebih-lebihan dalam menuruti kemauan istri
Sebagian orang -semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka- setelah menikah menuruti kemauan istrinya secara berlebihan sehingga ia tidak melakukan sesuatu kecuali atas izin istrinya. Begitu juga, berbakti kepada kedua orang tuanya harus atas izin istrinya.
6. Berlebih-lebihan dalam memanjakan anak dan menyediakan fasilitas yang mewah dalam mendidik anak
Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anak durhaka kepada orang tua. Orang yang bijaksana tentu tidak akan mendidik anaknya seperti itu. Ia akan mendidik anaknya dengan tegas yang disertai dengan kelembutan dan kasih sayang sesuai batasannya. Ia akan memanjakan anaknya dan bersikap tegas sesuai tempatnya.
7. Terkadang anak yang tumbuh di lingkungan islami, yang selalu menghafal al-Qur’an dan hadir dalam majelis ilmu juga durhaka kepada orang tua
Jika hal ini terjadi, itu berarti terjadi kesalahan dalam mendidik anak, seperti perselisihan keluarga, keras dalam mendidik, dan orang tua tidak adil kepada anak-anaknya. Semua itu sangat berpengaruh pada perkembangan akhlak anak. Bahkan bisa saja anak durhaka kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam masalah ini. Orang tua jangan merasa tenang, karena bisa jadi hal itu menjadi sebab timbulnya perilaku buruk atau kedurhakaan anak.
8. Keutamaan dan hak ibu sangat besar, melebihi hak semua makhluk di dunia, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Meskipun demikian, ibu yang bijaksana janganlah memanfaatkan keutamaan itu dengan memberikan perintah yang menyulitkan anak dalam hal-hal yang tidak sesuai dengan pikiran jernih, seperti menceraikan istri anaknya tanpa sebab yang jelas, atau melarang melakukan safar mubah atau sunah seperti safar untuk umrah. Jika seorang guru dan dai dituntut untuk bijaksana, berdiskusi, dan berbicara baik kepada murid-muridnya, maka seorang ibu pun hendaklah dituntut untuk seperti itu dalam memenuhi kebutuhan anaknya, sebab ibu adalah guru dan pendidik pertama bagi anaknya. Ia mengajar anaknya sesuai dengan jiwa dan keadaan anaknya. Oleh karena itu, janganlah ia menyusahkan anaknya dengan perintah-perintah yang tidak sanggup dilakukan anaknya. Janganlah ia berbicara dengan nada atau gaya yang menyakiti hati anaknya.
9. Sebagian anak menganggap harta warisan melebihi hak berbakti kepada ibunya, terutama sepeninggal ayahnya
Kami ingin mengatakan kepada anak-anak itu, “Bertakwalah kalian kepada Allah terhadap ibu kalian. Janganlah kalian menyakiti ibu kalian dalam hal harta, karena harta tidak akan kekal. Hari ini harta itu milik kalian, tetapi nanti harta itu milik ahli waris kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian menyakiti ibu kalian. Ia sedang sedih ditinggal mati suaminya, lalu kalian menambah kesedihannya dengan memperebutkan harta yang dahulu milik ayah kalian. Padahal kelak harta itu dimiliki oleh ahli waris kalian. Ingatlah firman Allah Ta’ala,
اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا
“Jika salah seorang dari keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah engkau membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.” (QS al-Isra’: 23-24)
Hal itu termasuk perbuatan kejam yang menyebabkan ibu kalian berdoa dan mengadukan perkara kalian kepada Allah Ta’ala. Jika terjadi demikian, maka kehidupan dunia dan akhirat kalian kelak akan hancur.
10. Kadangkala hak psikologis anak yang tidak terpenuhi menimbulkan perilaku durhaka pada dirinya, terutama jika kedua orang tuanya sering bertengkar, atau terlalu sibuk sehingga jarang bertemu dengan anak
Ayah sibuk bekerja demi penghidupan duniawi. Ibu sibuk berkumpul dengan teman-temannya, belanja di pasar, dan mengikuti perkembangan mode. Akhirnya anak dididik dan diasuh oleh pembantu. Jika keadaannya demikian, anak tidak akan menghormati kedua orang tuanya kelak, tidak terdidik dengan akhlak yang baik, dan tidak mengetahui hak kedua orang tuanya.
11. Keadaan fakir, miskin, dan yatim
Terkadang keadaan fakir, miskin, dan yatim menimbulkan perilaku durhaka anak terhadap ibunya. Tetapi kesimpulan ini tidak selamanya benar apabila anak hidup di lingkungan yang baik, dididik dengan akhlak yang baik, diajarkan tentang hak sesama, dan tidak berteman dengan orang yang buruk akhlaknya. Banyak anak yatim dan orang miskin yang tidak menikmati fasilitas mewah lebih berbakti kepada kedua orang tuanya daripada anak yang hidup bergelimang harta.
Baca juga: DURHAKA KEPADA ORANG TUA
Baca juga: BERBAKTI KEPADA ORANG TUA SETELAH MEREKA WAFAT
Baca juga: PENDIDIKAN ANAK
(Prof Dr Falih bin Muhammad bin Falih ash-Shughayyir)