FITNAH MANUSIA

FITNAH MANUSIA

Allah Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ

Dan Kami jadikan sebahagian kalian cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kalian bersabar?” (QS al-Furqaan: 20)

Allah menguji manusia satu sama lain. Orang mukmin diuji dengan orang kafir dan orang munafik.

Allah Ta’ala berfirman:

ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebahagian kalian dengan sebahagian yang lain.” (QS Muhammad: 4)

Seorang mukmin dan muslim diuji dengan musuhnya agar tampak jelas sikap mereka terhadap musuhnya, apakah ia mendakwahi mereka ke jalan Allah, memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, berjihad, atau sebaliknya menyerah dan cenderung memilih kenyamanan. Bila pilihannya adalah berdakwah, memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, dan jihad, maka ia berada di atas kebaikan dan lulus ujian. Akan tetapi, jika ia memilih menyerah dan cenderung memilih kenyamanan, maka ia mendapatkan kerugian dan gagal ujian.

Demikian pula, orang kaya diuji dengan orang miskin.

Allah Ta’ala berfirman:

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin) supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, ‘Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?’ (Allah berfirman), ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?’” (QS al-An’am: 53)

Orang-orang kafir menghina orang-orang miskin dari kalangan muslimin. Mereka berkata, “Apakah mereka orang-orang yang telah Allah beri anugerah di antara kita? Mereka adalah orang-orang miskin yang tidak punya apa-apa. Bagaimana mungkin mereka berada di atas petunjuk, sedangkan kita berada di atas kesesatan? Padahal kita memiliki harta dan dunia. Kita memegang kekuasaan dan memiliki pikiran yang cemerlang. Kita adalah para ahlul halli wal aqd (para pemegang keputusan dalam urusan kelembagaan dan pemerintahan), sedangkan mereka adalah orang-orang miskin. Meski demikian, mereka mengaku bahwa mereka lebih baik dari kita.”

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (QS al-An’am: 53)

Allah Ta’ala tidak melihat fisik dan harta manusia. Dia hanya melihat hati dan amal manusia. Orang miskin yang bersyukur, beriman kepada Allah Ta’ala, dan mencintai kebaikan adalah wali Allah. Adapun orang yang besar diri, merasa tinggi, enggan menerima kebenaran, takjub dengan harta, diri dan kedudukannya tidak bernilai sedikit pun di sisi Allah Ta’ala. Walaupun menurutnya ia memiliki bobot yang besar, namun di sisi Allah ia tidak berbobot sama sekali.

Firman Allah Ta’ala,Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” Maksudnya, mereka mendapatkan petunjuk, sementara kami tidak. Padahal mereka didera kemiskinan dan kebutuhan. Kami ini lebih mulia dan lebih hebat dari mereka.

Itu semua sangkaan mereka saja. Tolak ukur mereka adalah kekayaan, harta dan kedudukan, bukan hati dan amal. Padahal tolak ukur di sisi Allah adalah hati dan amal.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat hati dan amal kalian.” (HR Muslim)

Baca juga: HEMAT DALAM KEADAAN FAKIR DAN KAYA

Baca juga: TIDAK MENYEKUTUKAN ALLAH DAN WASIAT LAINNYA

(Syekh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan)

Akidah