Sesungguhnya kedudukan kerasulan dan kenabian adalah agung. Kedudukan tersebut merupakan pilihan khusus dari Allah dan karunia besar bagi manusia. Allah mengutus seorang rasul di tengah-tengah mereka yang mereka kenal nasab dan keturunannya, agar ia memberi kabar gembira kepada mereka dengan rahmat dan keridhaan Allah jika mereka menaatinya, serta memperingatkan mereka dari azab Allah yang dahsyat dan siksaan-Nya yang pedih jika mereka mendurhakainya.
Kedudukan kenabian dan kerasulan tersebut adalah keutamaan besar yang Allah anugerahkan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
“Dan adalah karunia Allah atasmu sangat besar.” (QS an-Nisa: 113)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang agung dan kehormatan yang mulia di sisi Allah. Baginya terdapat pertolongan dan penghormatan yang layak baginya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mencintainya lebih diutamakan daripada mencintai diri sendiri, harta, keluarga, anak-anak, dan seluruh manusia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّىٰ أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada ayah dan anaknya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari)
Dalam riwayat lain:
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Dan seluruh manusia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari)
Dalam riwayat lain:
أَهْلِهِ وَمَالِهِ
“Keluarga dan hartanya.” (Diriwayatkan oleh Muslim)
Namun, hal itu tidak berarti mengangkatnya dari kedudukannya yang telah Allah tempatkan baginya, sebab beliau adalah manusia seperti kita.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Kami tidak menjadikan seorang manusia pun sebelum engkau hidup kekal. Maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?” (QS Al-Anbiya: 34).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ketika beliau lupa dalam shalatnya,
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَىٰ كَمَا تَنْسَوْنَ
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa.” (Diriwayatkan oleh Muslim)
Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah, ‘Aku tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudarat bagi diriku sendiri, kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak akan ditimpa keburukan. Aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira bagi kaum yang beriman.” (QS al-A’raf: 188)
Dengan ini, jelaslah sikap berlebihan (ghuluw) dari orang-orang yang berlebih-lebihan dalam (memuliakan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara mereka ada yang mengklaim bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya Allah. Ada pula yang menduga-duga bahwa beliau mengetahui hal yang ghaib. Ada yang berdusta dengan mengatakan bahwa benda-benda langit, bumi, dan langit-langit diciptakan demi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga ada pendusta besar yang mengklaim bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seruan orang-orang yang hidup, doa mereka, serta permohonan tolong mereka, bahwa beliau memenuhi kebutuhan, menghilangkan kesusahan, serta memberi manfaat dan mudarat. Semua itu hanyalah prasangka dusta, ucapan tanpa ilmu, serta kedustaan terhadap Allah, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan manusia.
Seandainya klaim mereka itu benar, niscaya beliau tidak akan terluka, gigi serinya tidak akan patah, dan wajahnya tidak akan terluka dalam Perang Uhud. Niscaya beliau juga tidak akan terkepung di Lembah Abu Thalib selama tiga tahun hingga mereka terpaksa memakan dedaunan.
Begitu banyak peristiwa lainnya yang meneguhkan keyakinan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia seperti kita, hanya saja Allah mengutamakannya atas kita dengan kerasulan dan memuliakannya dengannya.
Baginya dari kami ketaatan dan kepatuhan, kecintaan di atas segala cinta, pertolongan, penghormatan, dan pemuliaan. Baginya dari kami pengorbanan dengan ayah, ibu, diri, dan segala yang berharga. Namun, kami tidak berlebih-lebihan dalam mengagungkannya dan tidak memberi kepadanya sifat-sifat yang menyerupai sifat Sang Pencipta.
Dengan ini, hati menjadi tenang, dada menjadi lapang, dan kita bersandar kepada tempat yang kokoh.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan kami termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ya Allah, berilah kami minum dari telaganya dengan satu tegukan yang nikmat, yang setelahnya kami tidak akan pernah merasa haus selamanya.
Ya Allah, kumpulkanlah kami di bawah panjinya, dan pertemukanlah kami dengannya di surga-surga yang penuh kenikmatan.
Aamiin.
Semoga shalawat, salam, dan keberkahan tercurah kepada Nabi kami Muhammad, keluarganya, serta para sahabatnya. Dan limpahkanlah salam yang banyak hingga hari pembalasan.
Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.
Baca juga: RUKUN ISLAM – MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT
Baca juga: MAKNA ‘MUHAMMAD RASULULLAH’
Baca juga: HUKUM MAKAN DENGAN MENGGUNAKAN WADAH KAUM AHLI KITAB
(Fuad bin Abdul Aziz asy-Syalhub)