STRATEGI PENEMPATAN PASUKAN DI MATA AIR BADAR

STRATEGI PENEMPATAN PASUKAN DI MATA AIR BADAR

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahului orang-orang kafir untuk tiba di mata air Badar dengan tujuan menghalangi mereka dari memperoleh air. Pada saat itu, al-Hubab bin al-Mundzir menyampaikan pendapatnya, “Wahai Rasulullah, apakah tempat ini merupakan perintah dari Allah sehingga kita tidak boleh memajukannya atau memundurkannya, ataukah ini sekadar pendapat, strategi perang, dan siasat?”

Beliau menjawab, “Tempat ini hanya pendapat, strategi perang dan siasat.”

al-Hubab berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu mari kita bergerak bersama seluruh pasukan menuju sumber air yang paling dekat dengan orang-orang Quraisy. Kita menetap di sana, lalu menutup akses air yang mengarah kepada mereka. Setelah itu kita bangun sebuah kolam dan mengisinya dengan air. Dengan begitu, kita akan memerangi mereka dalam keadaan kita dapat minum, sementara mereka tidak bisa meminumnya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, engkau telah mengemukakan pendapat yang tepat.” Maka beliau pun melaksanakan apa yang disarankan oleh al-Hubab bin al-Mundzir.

Ketika pasukan telah tiba di tempat yang dimaksud oleh al-Hubab, Sa‘ad bin Mu‘adz mengajukan usulan, “Wahai Nabi Allah, bagaimana jika kita membangun sebuah bangsal untukmu dan menyiapkan kendaraanmu. Kemudian kami maju berperang melawan musuh-musuh kami. Jika Allah memuliakan kita dengan kemenangan atas mereka, maka itulah yang kita harapkan. Namun, jika terjadi sebaliknya, engkau dapat tetap berada di atas kendaraanmu dan bergabung dengan kaum kami yang berada di belakang (kaum muslimin Madinah yang tidak ikut serta saat ini). Sesungguhnya ada kaum yang tidak bersama engkau sekarang, tetapi mereka tidaklah kurang mencintaimu dibandingkan kami. Jika mereka mengetahui bahwa engkau akan berperang, niscaya mereka tidak akan meninggalkanmu. Allah akan melindungimu bersama mereka, dan mereka akan memberikan nasihat serta berjihad bersamamu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetujui usulan tersebut.

Dari riwayat-riwayat yang membicarakan perang Badar dapat dipahami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta dalam pertempuran. Beliau tidak menghabiskan seluruh waktunya di bangsal atau hanya berdoa, sebagaimana dipahami sebagian penulis sirah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku menyaksikan bagaimana kami berlindung kepada Rasulullah pada perang Badar. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh. Beliau pula yang paling besar keberaniannya pada saat itu.”

Dalam riwayat lain dengan sanad yang sama disebutkan: “Ketika perang Badar tengah berkecamuk, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah orang yang paling berani. Tidak seorang pun lebih dekat dengan kaum musyrikin selain beliau.”

Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabat saat perang Badar, “Jangan ada di antara kalian yang maju sebelum aku mendahuluinya.”

Ibnu Katsir menuturkan, “Beliau telah bertempur dengan gagah berani, demikian pula Abu Bakar ash-Shiddiq. Keduanya sebelumnya berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam bangsal, kemudian turun langsung menyeru untuk berperang, dan akhirnya berdua bertempur dengan tubuh mereka sendiri di medan laga, berada di antara dua kedudukan yang mulia.”

Setelah menempuh berbagai langkah yang diperlukan untuk meraih kemenangan sesuai batas kemampuan, pada malam itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah agar Dia memberinya pertolongan. Di antara doa beliau adalah, “Ya Allah, berikanlah apa yang telah engkau janjikan. Ya Allah, jika engkau binasakan pasukan ini (orang-orang Islam), niscaya engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bermunajat kepada Rabb-nya hingga sorbannya terjatuh dari kedua pundaknya. Lalu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu datang, mengambil sorban itu, meletakkannya kembali di atas pundak beliau, kemudian duduk di belakang beliau.

Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, cukuplah munajatmu kepada Rabb-mu. Sesungguhnya Dia akan membuktikan janji-Nya kepadamu.”

Maka Allah menurunkan firman-Nya: “(lngatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sungguh aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.’” (QS al-Anfal: 9)

Dan Allah pun memberikan bantuan malaikat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari itu adalah: “Ya Allah, sesungguhnya aku menuntut janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau berkehendak, maka setelah hari ini Engkau tidak akan disembah lagi.”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu lalu memegang tangan beliau dan berkata, “Cukuplah, wahai Rasulullah. Engkau telah begitu mendesak Rabb-mu.”

Beliau bangkit dengan mengenakan baju perangnya dan berkata, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS al-Qamar: 45)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ikrimah, bahwa ia berkata: Ketika turun ayat (QS al-Qamar: 45), Umar bertanya, “Golongan mana yang akan dikalahkan? Golongan manakah yang akan menang?”

Umar menuturkan: Pada perang Badar, aku menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dengan baju perangnya, lalu beliau bersabda, ‘Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.’ (QS al-Qamar: 45). Maka pada hari itu aku pun mengetahui maksud dari ayat tersebut.”

Baca sebelumnya: PENYELIDIKAN PERGERAKAN MUSUH DAN PERKIRAAN KEKUATAN PASUKAN

Baca setelahnya: DOA RASULULLAH DAN SEMANGAT PASUKAN MUSLIM

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah Sirah Nabawiyah