Kelima: Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Seorang nabi dahulu diutus hanya kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.”
Ini termasuk kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para rasul terdahulu diutus hanya kepada kaum mereka sendiri. Para nabi Bani Israil diutus untuk Bani Israil, Nuh ‘alaihissalam diutus kepada kaumnya, Hud ‘alaihissalam diutus kepada kaumnya, yaitu kaum ‘Ad, Shalih ‘alaihissalam diutus kepada kaumnya, yaitu kaum Tsamud. Demikian pula para rasul lainnya; masing-masing diutus kepada kaumnya saja.
Syariat mereka berbeda-beda dalam hal selain pokok-pokok syariat, sebab setiap rasul diutus dengan syariat yang sesuai dengan keadaan kaumnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk setiap umat di antara kalian, Kami jadikan syariat dan jalan hidup.” (QS al-Ma’idah: 48).
Adapun Muhammad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, penutup para nabi, maka beliau adalah rasul kepada seluruh manusia, bahkan kepada jin dan manusia hingga Hari Kiamat.
Karena itu, ayat-ayat al-Qur’an yang agung merupakan ayat yang abadi dan kekal, yang maknanya tidak mungkin habis dan hukum-hukumnya tidak akan berkurang. Bahkan ia sempurna dari segala sisi, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (al-Qur’an) sebagai penjelas atas segala sesuatu.” (QS an-Nahl: 89)
al-Qur’an yang ada di tangan kita sekarang ini, kita membacanya sebagaimana dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagaimana dibaca oleh Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas’ud, dan sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum; tidak mengalami perubahan dan tidak mengalami penggantian. Ia terjaga dari sisi Allah ‘Azza wa Jalla hingga Allah mewarisi bumi dan siapa yang ada di atasnya.
Selama al-Qur’an tetap ada, maka syariat pun tetap ada. Ia cocok untuk setiap waktu dan tempat. Syariat Islam tidak mungkin datang dengan sesuatu yang bertentangan dengan kemaslahatan, atau dengan sesuatu yang mengandung kerusakan. Bahkan ia adalah syariat yang cocok untuk setiap masa dan tempat, serta untuk setiap umat di timur dan barat bumi.
Karena itu, wajib atas seluruh manusia untuk beriman kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau diutus kepada mereka. Wajib atas umat Muhammad yang telah sampai kepada mereka dakwah ini untuk menyebarkannya ke seluruh dunia agar hujah tegak atas seluruh manusia.
Wajib atas orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk beriman kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau disebut dalam kitab-kitab mereka dan telah dijelaskan serta diterangkan. Bahkan mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, tidak tersembunyi dari mereka.
Akan tetapi mereka –semoga Allah memerangi dan melaknat mereka hingga Hari Kiamat– dengki kepada bangsa Arab karena rasul ini ada di tengah-tengah mereka, padahal beliau adalah rasul yang telah disebutkan dalam kitab-kitab terdahulu dan telah diberi kabar gembira tentangnya oleh para nabi, dan Allah telah mengambil janji dan ikatan dari para nabi bahwa jika beliau datang kepada mereka, mereka harus beriman kepadanya.
Seluruh nabi telah memberikan kepada Allah janji dan perjanjian yang kuat, bahwa jika Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, mereka akan mengikutinya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ ۚ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَٰلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا
“Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: ‘Sesungguhnya apa yang Aku berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian benar-benar akan beriman kepadanya dan menolongnya.’ Allah berfirman: ‘Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku itu?’ Mereka menjawab: ‘Kami mengakui.’”
Artinya, kami mengakui hal ini dan bahwa kami akan beriman kepadanya dan menolongnya.
قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ
“Allah berfirman: ‘Maka bersaksilah kalian, dan Aku bersama kalian termasuk saksi.’” (QS Ali ‘Imran: 81)
Demikian pula umat-umat mereka, wajib atas mereka untuk mengikuti Rasul ‘alaihshsalatu wassalam. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumpah,
لاَ يَسْمَعُ بِي يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لاَ يُؤْمِنُ بِي، وَلاَ يَتَّبِعُنِي، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Tidaklah seorang Yahudi atau Nasrani mendengar tentang aku, lalu tidak beriman kepadaku dan tidak mengikutiku, melainkan ia akan menjadi penghuni Neraka.” (Dirawayatkan oleh Muslim)
Dengan ini kita mengetahui bahwa agama Nasrani yang mereka anut sekarang adalah agama yang batil, karena telah dihapus. Bahwa mereka, kaum komunis, dan yang lainnya —semuanya berada di Neraka. Tidak ada perbedaan antara seorang Nasrani, Yahudi, komunis, Budha, majusi, dan selain mereka. Semuanya berada di Neraka —wal’iyadzu billah — kekal selama-lamanya.
Tidak bermanfaat bagi ahli kitab apa yang ada di tangan mereka dari kitab-kitab yang mereka klaim sebagai kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, padahal telah terjadi penyimpangan dan perubahan di dalamnya. Sebab, seluruh kitab itu telah dihapuskan oleh al-Qur’an al-Karim dan seluruh risalah pun telah dihapuskan dengan risalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka wajib atas seluruh manusia untuk beriman kepada beliau. Karena itulah, seorang Yahudi dan Nasrani yang telah mendengar tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tidak beriman kepadanya termasuk penghuni Neraka.
Bahkan jika ia mengaku bahwa ia mengikuti kitab —Taurat atau Injil— maka kami katakan: Jika kamu mengikuti kitab tersebut dan jujur dalam pengakuanmu, maka kamu tidak mungkin tidak beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika ia mendustakan Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mengatakan bahwa beliau hanya rasul untuk bangsa Arab saja, maka ia adalah seorang kafir terhadap ‘Isa jika ia Nasrani, kafir terhadap Musa jika ia Yahudi, dan tentu saja kafir terhadap Muhammad, sebagaimana mereka mengumumkan kekufuran terhadap beliau sekarang ini. Bahkan mereka mengajak orang lain kepada kekufuran terhadap beliau.
Propaganda Nasrani dapat ditemukan di setiap waktu dan kesempatan, begitu pula dengan Yahudi. Kalau bukan karena peperangan antara mereka dan bangsa Arab, niscaya kamu akan melihat penyebaran ajaran Yahudi di mana-mana.
Mereka adalah orang-orang licik, menyeru (kepada kekufuran) dari arah yang tersembunyi. Aku sendiri pernah melihat sebuah buku yang dijual di pasar –sangat disayangkan– namun karena ketidaktahuan masyarakat terhadap isi sebenarnya, buku itu menyebut bahwa buah tin dan zaitun memiliki khasiat penyembuhan dan menjadikan dalil dari Taurat dan Injil. Padahal mereka tidak akan kesulitan untuk mendalilkan dari ucapan para dokter terkenal. Namun mereka sengaja menyebut Taurat dan Injil agar orang-orang menyerap dan menerima (isi) keduanya. Bahkan agar anak-anak kecil pun jika sembuh akan berkata, “Ini sesuai dengan Taurat dan Injil.” Lalu penyebutan Taurat dan Injil di tengah generasi muslim menjadi sesuatu yang dianggap ringan, dan akhirnya masuk ke dalam hati kaum muslimin pengagungan terhadap dua kitab itu dan meneladani isinya.
Karena itu, wajib waspada terhadap apa yang disangka oleh sebagian orang bodoh dan dungu, yaitu sangkaan bahwa agama Nasrani hari ini dan agama Yahudi hari ini adalah agama yang diterima di sisi Allah. Barang siapa meyakini hal tersebut, maka ia adalah kafir murtad dan wajib diminta bertobat. Jika ia bertobat, maka diterima, jika tidak, maka ia dibunuh.
Hal ini karena Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ
“Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya.” (QS Ali ‘Imran: 85)
Dia juga berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam.” (QS Ali ‘Imran: 19)
Siapa pun yang berkata bahwa ada agama selain Islam yang hari ini masih diterima di sisi Allah, maka ia telah mendustakan Kitab Allah Ta’ala.
Hendaklah orang-orang awam dan polos berhati-hati dari ucapan seperti ini yang mungkin mereka sendiri atau sebagian dari mereka lontarkan, baik karena ingin bersikap lunak kepada Nasrani atau Yahudi, atau karena berpura-pura manis kepada mereka, atau karena takut kepada mereka. Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ، فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya itu hanyalah setan yang menakut-nakuti kalian terhadap wali-walinya, maka janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang beriman.” (QS Ali ‘Imran: 175)
Kesimpulannya: Musuh-musuh Islam memiliki propaganda besar yang terencana dan terstruktur, bukan dilakukan secara spontan. Mereka datang kepada kaum muslimin dan menyerang mereka dengan segala cara.
Jika kamu melihat dari sisi akhlak, sebagaimana yang sering kita dengar dan saksikan dalam film-film cabul yang disiarkan melalui saluran televisi satelit, juga dalam majalah, surat kabar, dan lainnya —semua itu merupakan serangan moral. Hingga akhirnya perkara tersebut sampai pada hal-hal yang merusak akidah. Sebab, jika dalam hati seseorang tertanam pengagungan terhadap Taurat dan Injil —padahal keduanya telah dipalsukan— maka ini merupakan bahaya besar yang bisa membuat seseorang mengikuti kitab-kitab tersebut dan meninggalkan al-Qur’an.
Kami tidak mengingkari Taurat dan Injil. Sekali-kali tidak. Kami beriman kepada Taurat dan Injil. Jika kami tidak beriman kepada keduanya, maka kami bukan orang-orang yang beriman. Namun, kami beriman kepada Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa, dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, sebelum keduanya dipalsukan dan diubah.
Kami juga meyakini bahwa syariat dalam kitab-kitab tersebut telah dihapus. Syariat-syariat di dalamnya yang bertentangan dengan syariat Islam tidak diridhai di sisi Allah dan tidak diterima. Pelakunya hanya akan semakin jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi, mereka ingin menyusupkan ke dalam kaum muslimin sesuatu yang merusak akidah mereka, meskipun melalui jalan seperti ini.
Apakah dunia ini sedemikian sempit, hingga kita tidak lagi menemukan petunjuk kesembuhan pada makhluk-makhluk ini selain melalui Taurat dan Injil? Ini tidak lain adalah makar terhadap agama ini dan para pemeluknya. Namun aku katakan —dengan pertolongan Allah— bahwa sesungguhnya mereka merencanakan makar, dan Allah pun membalas makar mereka. Maka beri tangguhlah orang-orang kafir itu, beri mereka tangguh sejenak saja.
Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memuliakan Islam dan kaum muslimin, menghinakan kesyirikan dan orang-orang musyrik, serta membinasakan musuh-musuh agama, orang-orang ateis, dan orang-orang munafik.
Inilah lima perkara yang dikhususkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis ini dari antara seluruh nabi. Beliau memiliki kekhususan-kekhususan lain, karena beliau adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala.
Baca juga: SYAHADAT, KEPEMIMPINAN, DAN KETEGASAN ISLAM: PELAJARAN DARI KHAIBAR
Baca juga: SETIAP ZAMAN LEBIH BURUK DARI SEBELUMNYA
Baca juga: RUKUN IMAN – BERIMAN KEPADA ALLAH
(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

