KISAH ABU BAKR – ORANG PERTAMA YANG MASUK ISLAM

KISAH ABU BAKR – ORANG PERTAMA YANG MASUK ISLAM

Dia adalah orang pertama yang membenarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang dipayungi taufik dari Allah Ta’ala, sahabat yang selalu menyertai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan mukim dan safar, serta teman karib Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala keadaan.

Dia lahir dua tahun dan beberapa bulan sesudah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkulit putih, bertubuh kurus, kedua pipinya tipis, sedikit bungkuk, dan bermata cekung.

Dia adalah ‘Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amru al-Qurasy yang tumbuh dalam pengasuhan bapaknya, Abu Quhafah yang masuk Islam di tahun Fathu Makkah, dan ibunya, Ummul Khair Salma binti Shakhr bin Amir, sepupu Abu Quhafah, yang masuk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama anaknya.

Anak muda yang suci ini jauh dari noda dan kotoran jahiliah dan memiliki akhlak Arab asli. Dia berakhlak baik, dicintai oleh teman-temannya, toleran, jujur dalam berkata, baik dalam pergaulan, dan santun dalam berinteraksi. Dia mengharamkan khamar atas dirinya di masa jahiliah. Ketika dia ditanya, “Pernahkah kamu minum khamar di zaman jahiliah,” dia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah.” Dia ditanya lagi, “Mengapa?” Dia menjawab, “Aku menjaga kehormatanku dan melindungi nama baikku. Barangsiapa minum khamar, maka dia telah menyia-nyiakan kehormatan dan nama baiknya.”

Dia adalah orang Arab yang paling jelas nasabnya dan orang Quraisy yang paling jelas nasab Quraisynya, paling mengetahui kebaikan dan keburukan yang ada pada mereka, menduduki anak tangga tertinggi dalam perkara menafsirkan mimpi, dan yang terdepan di bidang ini. Ditunjang oleh kapasitas besarnya sebagai seorang saudagar berpengalaman, cerdik dan jeli, ia dicintai dan dipercaya kaumnya, serta diakui kedudukannya, hingga dia menjadi salah satu tokoh mereka di zaman jahiliah dan orang yang diminta pendapatnya di kalangan mereka. Dia adalah satu dari sepuluh tokoh Quraisy yang kemuliaannya tak terputus sejak zaman jahiliah hingga masa Islam. Orang-orang menyerahkan urusan diyat kepadanya. Bila dia memikul sesuatu dari mereka, mereka memercayai dan mendukungnya. Bila selain dia yang memikulnya, mereka membiarkannya.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya masuk Islam, dia beriman saat itu juga tanpa berpikir panjang, karena dia mengetahui kejujuran dan amanah sahabat karibnya itu. Kebaikan sifat dan kemuliaan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat beliau tidak mungkin berdusta kepada orang-orang, lalu bagaimana beliau berdusta atas Nama Allah Ta’ala?

Dia menjadi sahabat karib Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama hampir empat puluh tahun. Selama itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tak pernah berkhianat, tidak pernah merekayasa perkataan, tidak pernah berdusta sekali pun dalam bergurau, dan tidak memiliki kecenderungan kepada keburukan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak terlihat kecuali sebagai orang besar. Orang-orang Quraisy tidak sedang mencari muka, bergurau atau main-main ketika mereka menjuluki beliau dengan al-Amin (orang yang terpercaya) yang akhirnya beliau terkenal dengan julukan itu di antara mereka.

Apakah sesudah semua ini Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berdusta atas nama Rabbnya? Apakah kehidupan orang jujur lagi dipercaya, orang suci lagi bersih, orang yang tunduk lagi banyak berdoa, orang yang rendah hati lagi khusyuk, orang yang bertauhid lagi banyak beribadah itu sekarang berubah hingga berani berdusta atas Nama Allah dalam urusan risalah? Itu selamanya tidak akan pernah terjadi. Perkaranya tidak seperti yang diklaim oleh orang-orang Quraisy. Oleh karena itu, Abu Bakr bersegera hingga dia merupakan orang pertama yang masuk Islam, paling terkenal pembenarannya kepada beliau dan dakwahnya.

asy-Sya’bi bertanya kepada Ibnu Abbas rhadiyallahu ‘anhu, “Siapakah orang yang pertama masuk Islam?”

Ibnu Abbas menjawab, “Abu Bakr ash-Shiddiq. Tidakkah kamu mendengar ucapan Hassan,

“Bila kamu teringat akan kesedihan karena kehilangan orang yang terpercaya

maka ingatlah saudaramu Abu Bakr terkait dengan apa yang dia lakukan

Sebaik-baik manusia, paling bertakwa dan paling adil sesudah Nabi

dan paling setia dalam memikul beban

Orang kedua sesudah manusia yang kehidupannya terpuji

Orang pertama di antara mereka yang membenarkan para rasul

Dia hidup terpuji dengan ketentuan Allah

Mengikuti agama sahabatnya yang telah pergi, dan tidak bergeser.”

Baca setelahnya: KISAH ABU BAKR – ASH-SHIDDIQ

Baca juga: ISLAM ADALAH PERATURAN HIDUP YANG SEMPURNA

(Dr Abdul Hamid as-Suhaibani)

Kisah