KISAH ABU BAKR – ASH-SHIDDIQ

KISAH ABU BAKR – ASH-SHIDDIQ

Bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan sesuatu, Abu Bakr segera memercayai dan mengimaninya. Abu Bakr yakin bahwa kabar itu keluar dari seorang nabi yang tidak berbicara dari hawa nafsunya. Oleh karena itu, Abu Bakr dijuluki dengan ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan). Julukan ini kesohor sesudah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Ketika itu orang-orang musyrikin datang kepada Abu Bakr. Mereka berkata, “Lihatlah sahabatmu itu! Dia mengaku malam ini telah diisra’kan ke Baitul Maqdis.”

Abu Bakr balik bertanya, “Benarkah dia berkata demikian?”

Mereka menjawab, “Benar!”

Abu Bakr berkata, “Dia berkata benar! Sesungguhnya aku memercayainya lebih dari sekedar itu. Aku membenarkannya tentang berita langit yang turun di pagi dan petang hari.”

Maka dengan itu Abu Bakr disebut dengan ash-Shiddiq.

Setiap kali kedua bibir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melontarkan sesuatu, Abu Bakr selalu berkata, “Dia benar!” Siapa pun boleh mengkaji, memikirkan, meragukan dan menyangsikan beliau, tetapi tidak dengan Abu Bakr. Slogannya sejak masuk Islam adalah, “Bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, maka beliau benar.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan gelar ash-Shiddiq di antara orang-orang saat beliau naik ke bukit Uhud bersama Abu Bakr, ‘Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhuma dan bukit itu berguncang. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tenanglah wahai Uhud! Di atasmu ada seorang nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid.”

Oleh karena itu, saat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, dia menyebut nama Abu Bakr di atas mimbar dan mengucapkannya berulang-ulang, “Sesungguhnya Allah menamakan Abu Bakr melalui lisan Nabi-Nya dengan sebutan ash-Shiddiq.”

Abu Bakr mendahulukan Islam di atas selainnya. Dia masuk Islam dengan cara yang paling sempurna. Ilmunya terus meningkat. Kebaikan-kebaikannya terus bertambah hingga akhir hayat.

Abu Bakr tidak merasa cukup dengan hanya masuk Islam. Dia menjadikan kedudukan dan kehormatannya di mata kaum Quraisy sebagai sarana berdakwah. Dia mengajak siapa saja yang dipercayainya masuk Islam. Dia menjelaskan hakikat dan dasar-dasar Islam kepada mereka, mendorong mereka untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memilih orang-orang yang jika masuk Islam akan menjadi penolong dalam menyebarkan Islam dan menjaganya. Maka melalui tangan Abu Bakr masuklah ke dalam Islam Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidullah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa’ad bin Abu Waqqash dan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhuma. Mereka adalah lima dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk Surga. Esoknya Abu Bakr berhasil membawa ke dalam Islam Utsman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Abu Salamah bin Abdul Asad dan al-Arqam bin Abu al-Arqam. Dengan demikian rombongan Islam bertambah. Jamaah iman menjadi lebih kuat.

Abu Bakr mengalokasikan harta kekayaannya untuk menolong agama Allah. Dia memiliki empat puluh ribu dirham yang dia infakkan di jalan Allah sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya, “Tidak ada harta seorang pun yang bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakr.”

Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu melewati beberapa hamba sahaya yang sedang disiksa. Melihat keadaan mereka yang memprihatinkan, Abu Bakr mengeluarkan hartanya untuk membebaskan mereka. Dia memerdekakan tujuh orang. Mereka adalah Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zinnirah, an-Nahdiyah dan putrinya, dan seorang hamba sahaya perempuan milik Bani Muammil.

Abu Bakr membeli Bilal bin Rabah, muazin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seharga lima uqiyah emas. Majikannya berkata kepada Abu Bakr, “Kalau kamu mau membelinya dengan hanya satu uqiyah saja, kami akan tetap menjualnya kepadamu.” Abu Bakr menimpali, “Kalau kalian menolak menjualnya kecuali dengan seratus uqiyah, aku akan tetap membelinya.”

Dari ‘Umar Ibnul Khattab, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami bersedekah. Saat itu aku memiliki harta sehingga aku berkata, “Pada hari inilah aku akan mengungguli Abu Bakr. Semoga aku mengunggulinya pada pada hari ini.”

Maka aku pun mengambil setengah hartaku.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?

Aku menjawab, “Sejumlah yang aku sedekahkan.”

Lalu Abu Bakr datang dengan membawa seluruh hartanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Bakr, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?

Dia menjawab, “Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya.”

Aku (Umar) berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah bisa mengunggulinya dalam kebaikan selamanya.”

Baca sebelumnya: KISAH ABU BAKR – ORANG PERTAMA YANG MASUK ISLAM

Baca setelahnya: KISAH ABU BAKR – LAKI-LAKI YANG BANYAK MENANGIS

(Dr Abdul Hamid as-Suhaibani)

Kisah