KISAH NABI YUSUF – MUSIM PACEKLIK

KISAH NABI YUSUF – MUSIM PACEKLIK

Setelah tujuh tahun masa subur, tibalah musim paceklik menimpa seluruh Mesir. Orang-orang berdatangan ke pusat kerajaan untuk mendapatkan bahan makanan, termasuk saudara-saudara Nabi Yusuf yang dahulu membuangnya ke dalam sumur. Mereka datang dengan membawa barang-barang untuk ditukar dengan bahan makanan.

Setiba di Mesir mereka menghadap Nabi Yusuf. Nabi Yusuf masih mengenali mereka, sedangkan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang berada di hadapan mereka adalah Yusuf, sebab kini Yusuf telah memiliki kedudukan yang tinggi.

Nabi Yusuf memerintahkan agar mereka dihormati dan dijamu dengan baik. Setelah itu Nabi Yusuf memberi mereka bahan makanan yang mereka minta.

Nabi Yusuf bertanya, “Bagaimana keadaan kalian dan berapa jumlah seluruh saudara kalian?”

Mereka menjawab, “Kami berjumlah dua belas orang bersaudara. Tetapi salah seorang dari kami sudah tidak ada. Yang masih ada adalah saudara kandungnya yang selalu tinggal bersama ayah kami.”

Yang dimaksud mereka dengan saudara yang sudah tidak ada adalah Yusuf, dan yang dimaksud dengan saudara kandungnya yang selalu tinggal bersama ayah mereka adalah Bunyamin.

Nabi Yusuf berkata, ”Bawalah saudara seayah kalian itu kepadaku. Tidakkah kalian melihat bahwa aku menyempurnakan takaran bagi kalian dan aku memuliakan kalian dalam perjamuan? Aku adalah sebaik-baik orang yang menjamu kalian.”

Nabi Yusuf menginginkan mereka datang kembali kepadanya tahun berikutnya dengan cara menakut-nakuti mereka. Nabi Yusuf berkata, “Jika kalian tidak membawa saudara seayah kalian kepadaku, berarti pengakuan kalian bahwa kalian mempunyai saudara seayah adalah dusta. Oleh karena itu, aku tidak akan memberikan bahan makanan kepada kalian. Dan kalian jangan pernah mendekati negeriku lagi.”

Nabi Yusuf berusaha keras, baik melalui penyampaian harapan maupun pemberian ancaman agar mereka dapat menghadirkan Bunyamin sehingga ia dapat melepas rindu.

Saudara-saudara Yusuf berjanji akan membujuk sang ayah untuk mengizinkan Bunyamin ikut bersama mereka kelak. Mereka berkata, “Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya ke mari. Sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.”

Selanjutnya Nabi Yusuf memerintahkan para pegawainya untuk mengembalikan tanpa sepengetahuan mereka barang-barang yang dibawa oleh sudara-saudaranya yang dijadikan alat penukar bahan makanan. Nabi Yusuf berkata kepada para pegawainya, “Taruhlah barang-barang penukar yang mereka bawa ke dalam barang-barang bawaan mereka secara sembunyi-sembunyi. Mudah-mudahan setiba mereka di keluarganya mereka mengetahui dan menyadari bahwa kita belum mengambil barang-barang penukar tersebut. Dengan demikian, mereka terpaksa akan kembali ke sini bersama saudara mereka untuk membuktikan kebenaran ucapan mereka dan untuk menyerahkan barang-barang penukar kepadaku.”

Setiba di negerinya, mereka menemui ayah mereka, Ya’qub dan menceritakan penghormatan pembesar Mesir itu kepada mereka. Mereka berkata, “Wahai ayah kami, dia tidak akan memberikan kepada kami bahan makanan pada waktu yang akan datang, kecuali kami datang bersama saudara kami yang telah kami beritahukan kepadanya. Oleh karena itu, izinkanlah Bunyamin pergi bersama kami supaya kami dapat membawa bahan makanan dengan penuh. Kami berjanji untuk menjaganya dengan baik.”

Pada awalnya Ya’qub sangat keberatan memenuhi permintaan mereka. Ya’qub khawatir hal yang terjadi pada Yusuf dahulu terjadi pula pada Bunyamin. Setelah Yusuf tiada, Bunyamin menjadi curahan kasih sayangnya.

Ya’qub berkata, “Apakah aku akan memercayakan Bunyamin kepada kalian sebagaimana aku telah memercayakan saudara kandungnya Yusuf kepada kalian? Aku telah memercayakan Yusuf kepada kalian dan kalian telah berjanji untuk menjaganya. Akan tetapi, kalian tidak memenuhi janji kalian. Oleh karena itu, aku tidak percaya lagi dengan janji kalian untuk menjaga Bunyamin. Aku hanya percaya kepada Allah, karena Dia adalah sebaik-baik penjaga bagi orang yang hendak dijaga-Nya dan sebaik-baik penyayang bagi orang hendak disayangi-Nya.”

Ketika mereka membuka kantong bawaan mereka, mereka menemukan barang-barang penukar berada di sana. Mereka baru menyadari bahwa Nabi Yusuf telah mengembalikan barang-barang itu kepada mereka. Mereka berkata, “Wahai Ayah kami, apalagi yang kita inginkan dari pembesar itu setelah kebaikannya ini? Barang yang seharusnya ditukar dengan bahan makanan ternyata dia kembalikan. Ini menunjukkan kemurahan hatinya kepada kita. Kita telah mendapatkan bahan makanan untuk keluarga kita dengan cuma-cuma. Janganlah engkau khawatir terhadap saudara kami. Biarkanlah dia pergi bersama kami. Kami akan menjaganya dari apa yang engkau takutkan. Dengan perginya dia bersama kami, kami dapat membawa pulang tambahan bahan makanan sebanyak satu muatan unta bagi keluarga kita. Sesungguhnya tambahan bahan makanan satu muatan unta adalah perkara mudah bagi pembesar itu.”

Didesak terus-menerus oleh saudara-saudara Yusuf dan dengan mempertimbangkan kebutuhan kaumnya akan bahan makanan yang cukup, akhirnya Nabi Ya’qub mengizinkan Bunyamin ikut bersama mereka. Namun Nabi Ya’qub memberikan syarat, yaitu saudara-saudara Nabi Yusuf bersumpah kepada Allah akan membawa kembali Bunyamin kepadanya. Nabi Ya’qub berkata, “Aku tidak akan membiarkan dia pergi bersama kalian sebelum kalian memberiku janji yang kuat atas nama Allah, bahwa kalian benar-benar akan mengembalikan dia kepadaku, kecuali kalian dikepung oleh musuh dan kalian tidak sanggup melawannya sehingga kalian tidak bisa pulang ke rumah.”

Maka mereka pun menerima syarat itu dan bersumpah kepada Allah sesuai dengan yang diminta Nabi Ya’qub.

Nabi Ya’qub berkata, “Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan. Dan cukuplah kesaksian Allah bagi kita.”

Ketika waktunya tiba, dengan bertawakal kepada Allah Ta’ala dan menyandarkan segala nasib kepada-Nya, Nabi Ya’qub melepas Bunyamin pergi bersama saudara-saudara Yusuf ke Mesir untuk meminta jatah makanan kepada Nabi Yusuf.

Baca sebelumnya: KISAH NABI YUSUF – MENJADI PEJABAT NEGARA

Baca setelahnya: KISAH NABI YUSUF – KEMBALI KE MESIR

(al-Hafidz Ibnu Katsir)

Kisah