Setiap muslim harus beramal sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu menjaganya. Banyak orang sangat bersemangat mengerjakan amal saleh, lalu jenuh dan akhirnya berhenti. Itu terutama terjadi pada anak muda yang semangatnya tinggi tetapi tidak stabil. Oleh karena itu, hendaklah setiap muslim sederhana (seimbang) dalam beribadah dan memeliharanya.
Menjaga ketataan merupakan bukti kecintaan kepada amal saleh. Sebaik-baik amal adalah amal yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit. Jika seseorang mampu menjaga amal salehnya terus menerus, maka hal itu menjadi bukti kecintaannya kepada amal saleh.
Allah Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَّرَحْمَةً ۗوَرَهْبَانِيَّةَ ِۨابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا
“Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.” (QS al-Hadid: 27)
Yaitu mereka tidak kontinyu dan tidak menjaganya, melainkan mengabaikannya.
Allah Ta’ala berfirman:
لَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ
“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al–Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras.” (QS al-Hadid: 16)
Yakni, setelah berlalu masa yang sangat lama dengan mengerjakan suatu amal, hati mereka menjadi keras dan meninggalkan amal saleh. Na’udzubillah.
Setiap muslim harus menjaga amal saleh, tidak bermalas-malasan. Ia harus terus menerus memeliharanya hingga ajal menjemputnya.
Menjaga amal saleh bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga aktivitas lain. Hendaklah setiap orang memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, tidak berubah-ubah kecuali telah jelas bahwa amalnya salah. Selama belum jelas bahwa apa yang dikerjakannya salah atau tidak, hendaklah ia terus melakukannya. Tetapi ia harus yakin bahwa langkahnya benar. Ia tidak berhenti melangkah kecuali jelas kesalahannya.
Sebagian orang tidak memahami prinsip ini. Setiap hari tujuannya berubah sehingga waktu menggilasnya dan tidak satu aktivitas pun selesai, sebagaimana sebuah riwayat dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata, “Barangsiapa diberi anugerah sesuatu yang baik, hendaklah ia tetap komitmen kepadanya.”
Ungkapan yang penuh makna, yaitu jika seseorang mampu melakukan aktivitas yang baik, maka hendaklah ia terus melakukannya, tidak surut walau satu langkah sehingga tidak menyia-nyiakan waktu yang berlalu.
Semoga Allah menguatkan kita semua untuk selalu berpegang pada kebenaran, menunjuki kita pada jalan dakwah dan orang-orang yang mengusungnya.
Baca juga: ISTIKAMAH ADALAH KUNCI SUKSES DALAM AGAMA ISLAM
Baca juga: MENJAGA SUNAH HARUS DENGAN ILMU DAN AMAL
Baca juga: SEIMBANG DALAM BERIBADAH
(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)