LANGIT ADALAH BENDA YANG MEMILIKI WUJUD FISIK

LANGIT ADALAH BENDA YANG MEMILIKI WUJUD FISIK

Kaum muslimin, bertakwalah dan taatlah kepada Allah Ta’ala. Percayalah kepada semua yang dikabarkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya tentang persoalan gaib. Yakinilah hal itu, tolak dan buanglah jauh-jauh semua ucapan manusia yang bertentangan dengan al-Kitab dan as-Sunnah. Sesungguhnya apa saja yang menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah adalah batil dan dusta, tidak mengandung hakikat kebenaran. Sedangkan segala yang bersesuaian dengan al-Kitab dan as-Sunnah adalah benar, karena adanya dalil dan alasan yang kuat tentang hal itu. Sesungguhnya firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ucapan yang paling benar, paling jelas, dan paling nyata bagi manusia.

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis nan kokoh di atas kalian. Semua langit yang tujuh itu merupakan benda yang memiliki wujud fisik dan nyata sehingga tidak perlu diragukan atau diperdebatkan lagi.

Allah Ta’ala berfirman, sedangkan firman-Nya adalah Mahabenar:

الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.” (QS al-Mulk: 3)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَاۤىِٕقَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh jalan (tujuh langit).” (QS al-Mu’minun: 17)

Allah Ta’ala berfirman:

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا

Dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh.” (QS an-Naba’: 12)

Syidad artinya “kokoh” atau “kuat”.

Allah Ta’ala berfirman:

ءَاَنْتُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمِ السَّمَاۤءُ ۚ بَنٰىهَاۗ رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوّٰىهَا

Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya.” (QS an-Nazi’at: 27 -28)

Allah Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا السَّمَاۤءَ سَقْفًا مَّحْفُوْظًا

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara.” (QS al-Anbiya’: 32)

Allah Ta’ala berfirman:

اَفَلَمْ يَنْظُرُوْٓا اِلَى السَّمَاۤءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنٰهَا وَزَيَّنّٰهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوْجٍ

Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?” (QS Qaaf: 6)

Furuj artinya “retak-retak”.

Allah Ta’ala berfirman:

اَللّٰهُ الَّذِيْ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا

Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat.” (QS ar-Ra’d: 2)

Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagaimana menggulung lembaran-lembaran kertas pada buku.” (QS al-Anbiya’: 104)

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖۖ وَالْاَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَالسَّمٰوٰتُ مَطْوِيّٰتٌۢ بِيَمِيْنِهٖ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat, dan langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya.” (QS az-Zumar: 67)

Allah Ta’ala berfirman:

 اِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit.” (QS al-A’raf: 40)

Allah Ta’ala berfirman:

 وَيُمْسِكُ السَّمَاۤءَ اَنْ تَقَعَ عَلَى الْاَرْضِ اِلَّا بِاِذْنِهٖ

Dan Dia menahan langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya.” (QS al-Hajj: 65)

Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat semisalnya menunjukkan secara tegas dan tanpa ragu bahwa semua langit merupakan benda yang memiliki wujud fisik yang hakiki. Istilah thara’iq (jalan-jalan), tibaq (tingkatan-tingkatan), ar-raf’u (ketinggian), samk (bangunan), saf (atap), thayy (lipatan) menunjukkan secara gamblang dan tegas bahwa semua langit merupakan benda yang memiliki wujud fisik. Kemudian pernyataan adanya pintu-pintu langit, tidak ada keretakan, dan tidak mungkin jatuh ke bumi menunjukkan bahwa tujuh langit memiliki wujud fisik yang nyata.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dimi’rajkan dinaikkan ke seluruh langit itu, langit demi langit. Di setiap langit beliau mengucapkan salam kepada satu nabi yang bebeda. Hal tersebut telah mutawatir bagi kaum muslimin. Mereka telah menyepakatinya. Barangsiapa menolak atau meragukan sebagian hal tersebut, maka ia kafir, karena ia telah mendustakan Allah, Rasul-Nya, dan ijmak kaum mukminin.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا

Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam. Dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS an-Nisaa’: 115)

Aku perlu menegaskan dan menekankan hal ini, karena ada beberapa ahli falak zindik dan ateis yang menolak anggapan bahwa langit merupakan benda yang memiliki wujud fisik. Dikhawatirkan, anggapan-anggapan batil itu akan laris manis di kalangan orang-orang yang tidak mengetahui ilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah. Semua teori yang dikemukakan oleh ahli falak mengenai persoalan ini jangan sampai kalian yakini, kecuali setelah kalian menilainya dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika dalam al-Qur’an dan as-Sunnah terdapat dalil mengenainya, berarti teori tersebut benar dan bisa diterima. Jika dalam al-Qur’an dan as-Sunnah terdapat dalil yang menyalahi teori tersebut, berarti teori tersebut batil dan tertolak. Jika dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tidak terdapat dalil yang membenarkan ataupun menolak teori tersebut, maka kita harus menahan sikap mengenainya, sampai datang dalil ilmiah atau rasional yang menunjukkan kebenarannya.

Saya mengatakan ‘kita wajib menahan sikap sampai datang dalil ilmiah yang menunjukkan kebenarannya’ semata-mata karena kita tidak bisa mengambil begitu saja pendapat mereka, sementara di antara mereka sendiri kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat, karena pendapat-pendapat mereka bisa benar dan bisa salah. Tidak mungkin seorang bisa menembus atau melampaui semua langit, baik dengan kekuatan teknologi maupun sarana lainnya, kecuali dengan izin Allah. Manusia terbaik, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah dimi’rajkan dengan ditemani Jibril ‘alaihissalam yang telah disifati oleh Allah Ta’ala sebagai memiliki kekuatan besar dan kedudukan terhormat. Keduanya tidak mendatangi satu pun dari tujuh langit itu kecuali selalu minta dibukakan, sampai pintu-pintu langit tersebut dibukakan untuk mereka.

Baca juga: LAA ILAAHA ILLALLAAH’ LEBIH BERAT DALAM TIMBANGAN DARIPADA LANGIT DAN BUMI BESERTA ISINYA

Baca juga: ISRA’ DAN MI’RAJ

Baca juga: SENGSARA ATAU BAHAGIAKAH BAYI YANG MENINGGAL?

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah