Sesungguhnya kebutuhan seorang muslim terhadap kiat-kiat untuk berpegang teguh dan berkomitmen dengan ajaran agama adalah sangat besar. Hal ini disebabkan banyaknya fitnah dan sedikitnya manusia yang dapat membantu dalam hal keterasingan agama.
Di antara kiat berpegang teguh dengan agama adalah sebagai berikut:
1. Kembali kepada al-Qur’an
Di antara kiat berpegang teguh dengan agama Allah adalah sadar untuk kembali kepada al-Qur’an, baik dengan membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkannya. al-Qur’an adalah tali Allah Ta’ala yang kuat dan jalan yang lurus. Barangsiapa berpegang pada tali Allah, maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa berpaling darinya, maka dia akan tersesat dan menyimpang.
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa tujuan utama diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah untuk mengokohkan keberadaannya di dalam hati.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا
“Orang-orang yang kufur berkata, ‘Mengapa al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS al-Furqan: 32)
2. Beriman kepada Allah Ta’ala dan Beramal Saleh
Allah Ta’ala berfirman:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim. Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim: 27)
Qatadah berkata, “Di dunia mereka diberi ketetapan dengan berbuat baik dan beramal saleh. Di akhirat mereka akan diberi keteguhan di dalam kubur.”
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ ۖ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka, ‘Bunuhlah diri kalian atau keluarlah kalian dari kampung kalian’, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).” (QS an-Nisa’: 66)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beramal saleh secara berkesinambungan. Beliau sangat menyukai amal yang berkesinambungan walaupun sedikit. Ketika ingin melakukan suatu amal saleh, para sahabat radhiyallahu ‘anhuma menetapkannya.
3. Membaca Kisah Para Nabi dan Mempelajarinya untuk Diteladani dan Diamalkan
Allah Ta’ala berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah rasul-rasul telah Kami ceritakan kepadamu. Itu adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Dan dalamnya telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran, dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS Hud: 120)
Banyak ayat diturunkan untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman bersama beliau, seperti kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan seorang keluarga Fir’aun yang beriman.
4. Berdoa
Sesungguhnya di antara sifat orang yang beriman adalah menghadap Allah dengan berdoa kepada-Nya agar diteguhkan, sebagaimana yang diajarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka berdoa), ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri kami petunjuk. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu karena sesungguhnya Engkau adalah Mahapemberi (karunia).’” (QS Ali Imran: 8)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ، كَقَلْبٍ وَاحِدٍ. يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ
“Sesungguhnya hati seluruh anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah yang Maharahman bagaikan satu hati. Allah membolak-balikkannya sekehendak-Nya.” (HR Muslim dan Ahmad)
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berdoa dengan doa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Zat yang Mahamembolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR Ahmad)
5. Berzikir kepada Allah Ta’ala
Zikir adalah sebab yang paling agung untuk berpegang teguh dengan agama Allah. Renungkanlah ayat berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh-hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung.” (QS al-Anfal: 45)
Allah menjadikan zikir sebagai sebab utama dalam berpegang teguh saat berjihad.
6. Berdakwah kepada Allah Azza Wa Jalla
Ini adalah tugas para rasul dan para pengikut mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yusuf: 108)
Allah Ta’ala akan memberikan balasan kepada hamba yang benar-benar berusaha memberi petunjuk kebenaran kepada orang lain dengan balasan yang sejenis dengan amal yang dikerjakan sehingga dia semakin mendapatkan petunjuk dan berpegang teguh dengan kebenaran, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَ
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (QS al-Kahfi: 28)
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا. فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ. فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ. فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لَا. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً. ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ. فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ. فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ. وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟
“Pada zaman dahulu ada seorang laki-laki (dari kalangan Bani Israil) yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Laki-laki itu bertanya tentang orang yang paling alim di dunia. Dia ditunjukkan kepada seorang rahib yang ahli ibadah. Laki-laki itu mendatangi sang rahib dan berkata bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Apakah ada tobat baginya? Sang rahib menjawab ‘Tidak’. Maka sang rahib pun dibunuh sehingga dia telah membunuh seratus jiwa. Kemudian dia kembali bertanya tentang penghuni bumi yang paling berilmu. Dia ditunjukkan kepada seorang yang berilmu. Laki-laki itu mendatanginya dan berkata bahwa dia telah membunuh seratus jiwa. Apakah ada tobat baginya? Orang alim berkata, ‘Ya! Siapakah yang menghalangi dirinya dari bertobat? Pergilah ke daerah ini, sebab di sana terdapat masyarakat yang menyembah Allah Ta’ala. Dan sembahlah Dia bersama mereka. Dan janganlah kembali mendatangi kampung halamanmu, karena kampung halamanmu adalah lingkungan yang buruk.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita tentang keteguhan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah saat dipenjara: “Tatkala rasa khawatir kami memuncak, prasangka buruk menguasai kami, dan dunia menyempit, kami pun mengunjungi beliau. Tidaklah kami melihatnya dan mendengar ucapannya melainkan keburukan yang kami rasakan sebelumnya sirna seketika. Bahkan dada kami berbalik merasakan kelapangan, kekuatan, keyakinan, dan ketenangan. Mahasuci Allah yang telah memperlihatkan kepada mereka Surga-Nya sebelum bertemu dengan-Nya, membukakan bagi mereka pintu-pintu Surga pada waktu beramal, memberikan kepada mereka keharuman, kesejukan, dan kebaikan-Nya selama mereka memusatkan usaha untuk menuntutnya dan berlomba-lomba mendapatkannya.”
7. Yakin dengan Kedatangan Pertolongan Allah dan Masa Depan Milik Islam
Ini adalah cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meneguhkan para sahabat di awal dakwah Islam pada saat mereka tersiksa dengan berbagai intimidasi dan siksaan.
Dari Khabbab bin Arit radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang siksaan yang dihadapinya. Dia meminta didoakan agar terhindar dari siksa. Beliau bersabda,
وَاللَّهِ، لَيُتِمَّنَّ اللَّهُ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنَ الْمَدِينَةِ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ. وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
“Demi Allah, sungguh Allah akan menyempurnakan perkara ini sehingga seorang penunggang akan berjalan seorang diri dari Madinah ke Hadramaut sementara ia tidak takut kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak khawatir kambingnya dimakan serigala. Akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa.” (HR al-Bukhari dan Ahmad)
8. Sabar
Ini termasuk sebab yang paling besar untuk berpegang teguh dengan agama.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah: 153)
Dari Abi Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ يَصْبِرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ. وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ
“Barangsiapa bersabar, maka Allah akan memberinya kesabaran. Tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Abu Dawud, dan Ahmad)
Dari Abi Tsa’labah al-Khusyani radhiyallahu ‘anhu, ia pernah ditanya tentang Surat al-Maidah ayat 105. Ia menjawab: Demi Allah, engkau telah menanyakan hal itu kepada orang yang tepat. Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab,
بَلِ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً، وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ، فَعَلَيْكَ – يَعْنِي – بِنَفْسِكَ، وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ. فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ، الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ. لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ
“Tetap perintahkanlah kepada perkara yang makruf dan cegahlah dari perkara yang mungkar sehingga ketika engkau melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia lebih diutamakan (daripada agama), dan setiap orang bangga dengan pendapatnya sendiri, maka hendaklah engkau menjaga dirimu sendiri, dan jauhilah orang-orang awam (bodoh). Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar, dimana sabar pada saat itu seperti seseorang yang memegang bara api. Orang yang beramal pada saat itu pahalanya lima puluh kali pahala orang yang beramal seperti amalnya.”
Abu Tsa’labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka?”
Beliau menjawab,
أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“(Tidak, melainkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.” (HR at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
9. Merenungkan Kenikmatan Surga dan Kepedihan Siksa Neraka, serta Mengingat Kematian
Kiat lain untuk berpegang teguh dengan agama Allah adalah merenungkan kenikmatan Surga dan kepedihan siksa Neraka, serta mengingat kematian. Setiap orang yang beriman wajib merenungkan firman Allah Ta’ala:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb-mu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133)
Allah Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran: 185)
Dengan merenungakan ayat-ayat ini maka segala kesulitan akan sirna, hidupnya zuhud di dunia, jiwanya rindu akhirat dan derajat yang tinggi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan para sahabatnya dengan kenikmatan Surga agar mereka tatap berpegang teguh dengan agama Allah dan bersabar atasnya. Beliau melewati Yasir, anaknya Amar, dan istrinya Sumayyah ketika mereka disiksa demi mempertahankan keimanannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَبۡرًا يَا آلَ يَاسِرٍ، فَإِنَّ مَوۡعِدَكُمُ الۡجَنَّةُ
“Bersabarlah, wahai keluarga Yasir! Sungguh janji bagi kalian adalah Surga.” (Shahih. HR al-Hakim)
Baca juga: WASPADA AGAR TIDAK TERPENGARUH OLEH FITNAH HARTA
Baca juga: BERHATI-HATI TERHADAP FITNAH YANG DISEBARKAN SETAN
Baca juga: ISLAM ADALAH SISTEM YANG SEMPURNA
(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)