KEBOHONGAN MEMBAWA KEPADA KEMAKSIATAN

KEBOHONGAN MEMBAWA KEPADA KEMAKSIATAN

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهدِي إِلَى النَّارِ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Sesungguhnya kebohongan membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke Neraka. Sesungguhnya seseorang terus-menerus berbohong hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat at-Tirmidzi,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ. فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Hendaklah kalian menjauhi bohong, karena kebohongan membawa kepada kemaksiatan, sedangkan kemaksiatan membawa ke Neraka. Tidaklah seseorang senantiasa berbohong dan memilih berbohong hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”

PENJELASAN

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian menjauhi bohong.” Ini adalah peringatan agar orang-orang tidak berbohong.

Berbohong adalah mengabarkan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Seseorang dikatakan berbohong dengan ucapan jika tidak terdapat kesesuaian antara ucapan dan kenyataan. Jika seseorang ditanya, “Ini hari apa?” lalu dia menjawab, “Ini hari Kamis,” padahal hari ini hari Rabu, maka dia dikatakan berbohong dengan ucapan.

Seseorang dikatakan berbohong dengan perbuatan jika dia melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan hatinya. Orang-orang munafik dikatakan berbohong dengan perbuatan karena mereka menampakkan kepada orang-orang bahwa mereka beriman, mengerjakan salat berjamaah, berpuasa, bersedekah, haji dan kesalehan lain, padahal batin mereka kafir.

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya kebohongan membawa kepada kemaksiatan.”

Kata al-fujur berarti keluar dari ketaatan kepada Allah Ta’ala menuju kemaksiatan sehingga dia menjadi fasik.

Kekafiran masuk ke dalam kemaksiatan, bahkan merupakan kemaksiatan yang paling besar, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ

Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka.” (QS ‘Abasa: 42)

Juga firman Allah Ta’ala:

كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍۗ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌۗ كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۗ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ

Sekali-kali janganlah bergitu! Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Ia adalah) kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.” (QS al-Muthaffifin: 7-11)

Juga firman Allah Ta’ala:

وَّاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ

Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam Neraka.” (QS al-Infithar: 14)

Berbohong membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke Neraka.

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya seseorang terus-menerus berbohong hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”

Dalam riwayat lain, “Tidaklah seseorang senantiasa berbohong dan memilih berbohong hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”

Berbohong merupakan perbuatan yang diharamkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa berbohong termasuk dosa besar karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa pelakunya akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.

Di antara kebohongan yang sangat besar pada saat ini adalah berbicara macam-macam dengan disertai bohong agar orang lain tertawa. Dalam sebuah hadis dijelaskan tentang ancaman bagi orang yang melakukan kebohongan jenis ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلٌ لِمَنْ حَدَّثَ فَكَذَبَ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ. وَيْلٌ لَهُ. ثُمَّ وَيْلٌ لَهُ

Celakalah orang yang berbicara lalu berbohong agar orang-orang menertawainya! Celakalah dia! Celakalah dia!” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)

Ini merupakan peringatan yang sangat keras atas sesuatu yang sering dilakukan dengan mudah.

Apapun bentuknya, berbohong adalah haram dan membawa kepada kemaksiatan, kecuali dalam tiga hal, yaitu di saat perang, untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan ucapan suami kepada istrinya atau ucapan istri kepada suaminya. (HR al-Bukhari dan Muslim)

Sebagian ulama berkata, “Tetapi, yang dimaksud berbohong dalam hadis ini adalah berbohong demi kebaikan yang disebut tauriyyah, bukan berbohong yang sesungguhnya.” Namun, kadang-kadang tauriyyah juga disebut bohong, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَمْ يَكْذِبْ إِبْرَاهِيمُ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَام قَطُّ إِلَّا ثَلَاثَ كَذَبَاتٍ: ثِنْتَيْنِ فِي ذَاتِ اللَّهِ قَوْلُهُ {إِنِّي سَقِيمٌ} وَقَوْلُهُ {بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا}. وَوَاحِدَةٌ فِي شَأْنِ سَارَةَ

Ibrahim ‘alaihissalam tidak berbohong kecuali dalam tiga hal. Dua di antaranya berkaitan dengan zat Allah, yaitu perkataannya, ‘Sesungguhnya aku sakit,’ dan perkataannya, ‘…tetapi berhala yang paling besar ituah yang melakukannya.’ Sedangkan yang satu lagi adalah ketika beliau berbicara tentang keadaan Sarah…” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya Ibrahim tidak berbohong. Beliau bertauriyyah atau menyembunyikan maksud baik dengan cara berbohong. Dengan demikian, bertauriyyah dibenarkan.

Berbohong, apapun bentuknya, adalah haram, kecuali dalam tiga hal itu, menurut pendapat mayoritas ulama.

Di antara berbohong yang sangat dilarang adalah berbohong dan bersumpah dalam rangka memakan harta orang lain secara batil.

Contoh: Seseorang berutang kepada orang lain. Ketika ditagih, dia mengingkari, “Demi Allah, aku tidak berutang kepadamu,” padahal dia tahu bahwa dia berutang. Contoh lain: Seseorang menagih kepada orang lain, “Kamu berutang kepadaku sekian,” padahal orang yang ditagih tidak berutang.

Orang-orang pada kedua contoh di atas adalah pembohong. Mereka telah bersumpah palsu. Mereka telah terjerumus ke dalam kebohongan yang membawanya ke Neraka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَلَفَ يَمِينَ صَبْرٍ لِيَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، لَقِيَ اللَّهَ وَهْوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

Barangsiapa bersumpah palsu atas sesuatu yang dengannya ingin merampas harta seorang muslim, maka ia akan berjumpa dengan Allah sementara Dia murka kepadanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kesimpulannya, berbohong adalah haram. Apapun alasannya, seseorang tidak boleh berbohong, kecuali dalam tiga permasalahan yang diperselisihkan di atas.

Baca juga: KEJUJURAN DAN KEBOHONGAN

Baca juga: LARANGAN BERKATA DUSTA DAN BERAKHLAK BURUK SAAT BERPUASA

Baca juga: KEJUJURAN MEMBAWA KEPADA KEBAIKAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Adab