ISI BAIAT AQABAH KEDUA

ISI BAIAT AQABAH KEDUA

Kaum muslimin Anshar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, untuk apa kami membaiatmu?”

Beliau menjawab, “Untuk mendengarkan dan menaati, baik dalam keadaan bersemangat maupun malas; untuk menginfakkan harta, baik dalam keadaan senang maupun susah; untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; untuk berdakwah karena Allah dan tidak takut celaan siapa pun karena Allah; untuk membelaku ketika aku datang kepada kalian, melindungiku sebagaimana kalian melindungi istri dan anak-anak kalian, dan kalian akan mendapatkan Surga.”

Seusai baiat dan mereka hendak meninggalkan tempat pertemuan, setan yang mengetahui pertemuan itu berteriak keras dari atas Aqabah, “Wahai penduduk Mina, apakah kalian menginginkan orang yang tercela dan orang-orang yang bersamanya? Sungguh mereka telah berkumpul untuk memerangi kalian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kaum muslimin Anshar, “Dia adalah Azabbu (nama setan tersebut) Aqabah, putra Azyab.” Lalu beliau berseru kepada setan, “Dengarlah, wahai musuh Allah, sungguh demi Allah aku akan memerangimu.”

Kemudian Rasulullah berpaling kepada kaum muslimin Anshar dan berkata, “Kembalilah kalian ke tempat peristirahatan kalian!”

Mendengar teriakan setan, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau mau, kami akan serang penduduk Mina dengan pedang esok hari.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kita belum diperintahkan untuk melakukan hal itu. Kembalilah kalian ke tempat peristirahatan kalian.”

Mereka pun kembali ke tempat peristirahatan mereka dan tidur hingga pagi.

Esok paginya sejumlah pemuka Quraisy mendatangi kaum muslimin Anshar di tempat peristirahatan mereka.

Para pemuka Quraisy berkata, “Wahai orang-orang Khazraj, kami dengar kalian telah mendatangi teman kami (maksudnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan akan mengeluarkannya dari kami serta membaiatnya untuk memerangi kami. Demi Allah, tidak satu perkampungan pun di Arab ini yang paling kami benci terjadi peperangan antara kami dan mereka selain dari kalian.”

Orang-orang musyrik Anshar keluar dan bersumpah dengan nama Allah bahwa apa yang didengar oleh pemuka Quraisy sama sekali tidak benar. Mereka mengaku bahwa mereka tidak mengetahui apa pun tentang hal itu.

Para pemuka Quraisy memercayai orang-orang musyrik Anshar. Mereka sesungguhnya tidak mengetahui kebenarannya. Sedangkan kaum muslimin Anshar hanya saling memandang.

Orang-orang pun meninggalkan Mina.

Selanjutnya, kaum Quraisy melakukan investigasi yang lebih mendalam. Mereka menemukan bahwa peristiwa yang mereka tuduhkan benar-benar terjadi. Mereka pun mengejar kaum muslimin Madinah. Mereka hanya berhasil menangkap Sa’ad bin Ubadah dan al-Mundzir bin Amru. Akan tetapi, al-Mundzir berhasil melarikan diri. Mereka membawa Sa’ad ke Makkah dengan kedua tangan terikat di lehernya. Mereka menarik rambut Sa’ad dan memukulinya. Allah Ta’ala menyelamatkan Sa’ad melalui Jubair bin Muth’im bin al-Harits bin Harb. Kebetulan Sa’ad dan Jubair memiliki kafilah dagang bersama yang selalu melewati Madinah al-Munawwarah dalam perjalanan ke dan dari Syam.

Baca sebelumnya: BAIAT AQABAH KEDUA

Baca sesudahnya: MUHAJIRIN PERTAMA KE MADINAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah