JIHAD DAN SABAR

JIHAD DAN SABAR

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتّٰى نَعْلَمَ الْمُجٰهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَالصّٰبِرِيْنَۙ وَنَبْلُوَا۟ اَخْبَارَكُمْ

Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian.” (QS Muhammad: 31)

PENJELASAN

Yakni, Allah Ta’ala menguji hamba-hamba-Nya dengan mewajibkan jihad atas mereka agar Dia mengetahui siapa yang sabar dan siapa yang tidak sabar. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain:

وَلَوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَلَنْ يُّضِلَّ اَعْمَالَهُمْ سَيَهْدِيْهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْۚ وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ

Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka. Tetapi Allah hendak menguji sebahagian kalian dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam Janah yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (QS Muhammad: 4-6)

Firman Allah Ta’ala, (حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ) “agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad.” Orang yang ilmunya dangkal mengira bahwa Allah, berdasarkan ayat ini, tidak mengetahui sesuatu hingga sesuatu itu terjadi. Keyakinan ini tidak benar. Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi, sebagaimana firman-Nya:

اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّ ذٰلِكَ فِيْ كِتٰبٍۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS al-Hajj: 70)

Barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah sesuatu itu terjadi, berarti dia telah mendustakan ayat ini dan ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi.

Namun, pengetahuan yang dimaksud dalam ayat (حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ) ini adalah pengetahuan yang terkait dengan pahala atau hukuman. Pengetahuan Allah tentang sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi tidak berdampak apa pun dari sisi perbuatan hamba, sebab hamba belum diuji dengannya hingga perkara itu menjadi jelas. Maka, ketika hamba diuji dan diselidiki dengannya, barulah kemudian terlihat apakah dia berhak mendapatkan pahala atau hukuman. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan firman-Nya (حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ) adalah pengetahuan yang berakibat pada ganjaran.

Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud firman-Nya (حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ) adalah pengetahuan yang nyata, yaitu sampai sesuatu itu tampak. Pengetahuan Allah tentang sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi adalah pengetahuan bahwa hal itu akan terjadi, sedangkan pengetahuan Allah tentang sesuatu setelah sesuatu itu terjadi adalah pengetahuan bahwa hal itu telah terjadi. Kedua pengetahuan ini berbeda. Perbedaan antara kedua pengetahuan tersebut adalah bahwa pengetahuan yang pertama adalah pengetahuan bahwa hal itu akan terjadi, sedangkan pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan bahwa hal itu telah terjadi.

Perbedaan ini akan menjadi jelas bagimu jika seseorang berkata kepadamu, “Aku akan melakukan ini dan itu besok.” Saat itu, kamu memiliki pengetahuan tentang apa yang dia beritahukan kepadamu. Jika dia benar-benar melakukannya besok, kamu memiliki pengetahuan yang lain, yaitu pengetahuan bahwa hal yang dia katakan akan dia lakukan, telah dia lakukan. Inilah dua pandangan dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala: (حَتَّى نَعْلَمَ).

Pandangan pertama: Yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah pengetahuan yang terkait dengan pahala atau hukuman. Hal ini tidak terjadi kecuali setelah adanya ujian, setelah Allah menguji hamba-Nya dan mengabarkannya.

Pandangan kedua: Yang dimaksud adalah pengetahuan yang tampak; karena pengetahuan Allah tentang sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi adalah pengetahuan bahwa sesuatu itu akan terjadi. Maka ketika sesuatu itu terjadi, pengetahuan-Nya menjadi pengetahuan tentang sesautu yang telah terjadi.

Dan firman-Nya, (الْمُجَاهِدِينَ) “Orang-orang yang berjihad” adalah orang yang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meninggikan kalimat Allah. Ini mencakup orang yang berjihad dengan ilmu dan orang yang berjihad dengan senjata. Keduanya adalah orang yang berjihad di jalan Allah.

Orang yang berjihad dengan ilmu adalah orang yang menuntut ilmu, mengajarkannya dan menyebarkannya di tengah masyarakat. Dia menjadikan ilmu sebagai sarana untuk menerapkan syariat Allah. Orang itu disebut mujahid. Orang yang mengangkat senjata untuk melawan musuh juga adalah mujahid di jalan Allah. Jika yang dimaksud dengan kedua mujahidin ini adalah untuk meninggikan kalimat Allah, maka itulah yang tertinggi.

Dan firman-Nya, (وَالصَّابِرينَ) “dan orang-orang yang bersabar”, yakni orang-orang yang sabar terhadap jihad yang dibebankan Allah atas dirinya, lalu dia mengemban dan melaksanakannya dengan baik.

Dan firman-Nya (وَنَبْلُوَا۟ اَخْبَارَكُمْ), “dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”, yakni Kami menguji mereka hingga jelas bagi Kami mana amal yang mendapatkan pahala dan mana amal yang mendapatkan hukuman.

Baca juga: ZUHUD TERHADAP DUNIA

Baca juga: BERJIHAD MELAWAN DIRI SENDIRI

Baca juga: BERJIHAD MELAWAN ORANG LAIN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati Riyadhush Shalihin