ISTIKAMAH

ISTIKAMAH

Istikamah adalah berpegang teguh kepada syariat Allah Ta’ala sebagaimana yang diperintahkan secara ikhlas karena Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ

Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu.” (QS Hud: 112)

Pembicaraan pada ayat ini ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Suatu pembicaraan dalam ayat yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlaku umum, yaitu bagi beliau dan bagi umatnya, kecuali ada dalil yang menunjukkan bahwa pembicaraan itu khusus bagi beliau. Jika ada dalil yang menunjukkan kekhususannya, maka pembicaraan itu berlaku khusus bagi beliau.

Di antara pembicaraan yang khusus bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah firman Allah Ta’ala:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ؛ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ؛ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu yang memberatkan punggungmu?” (QS asy-Syarh: 1-3)

Begitu juga firman Allah Ta’ala:

وَلَقَدْ اٰتَيْنٰكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْاٰنَ الْعَظِيْمَ

Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (QS al-Hijr: 87)

Jika tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa suatu pembicaraan bersifat khusus, maka pembicaraan itu berlaku bagi beliau dan bagi umatnya.

Berdasarkan kaidah ini, maka firman Allah Ta’ala, “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu,” adalah umum bagi beliau dan bagi umatnya.

Setiap orang wajib beristikamah sebagaimana yang diperintahkan. Ia tidak boleh mengubah agama Allah dengan menambah atau menguranginya. Karenanya Allah Ta’ala berfirman pada ayat yang lain:

وَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَۚ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ

Dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS Syura: 15)

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ؛ نَحْنُ اَوْلِيَاۤؤُكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚوَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْٓ اَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ؛ نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Rabb kami adalah Allah,’ kemudian meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih, dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepada kalian.’ Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (Surga) kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh apa yang kalian minta sebagai hidangan (bagi kalian) dari (Rabb) Yang Mahapengampun, Mahapenyayang.” (QS al-Fushilat: 30-32)

Yaitu orang yang mengatakan, “Rabb kami,” atau Pencipta kami, Raja kami, dan Pengatur urusan kami dengan mengikhlaskan diri kepada-Nya, “kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istikamah)” atas ucapan mereka itu dengan menegakkan syariat-syariat-Nya.

Orang-orang yang disifati dengan dua sifat ini (yang mengatakan “Rabb kami adalah Allah” kemudian beristikamah di atas agama Allah), maka “malaikat-malaikat akan turun kepada mereka” satu per satu dan berkata kepada mereka, “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih.” Yakni malaikat-malaikat akan turun kepada mereka atas perintah Allah Ta’ala di setiap keadaan yang menakutkan, terutama saat kematian. Malaikat-malaikat itu berkata kepada mereka, “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih.” Yakni, janganlah kalian takut dengan perkara-perkara yang akan kalian hadapi (berupa perkara-perkara akhirat) dan janganlah kalian bersedih dengan perkara-perkara yang telah berlalu (berupa anak, istri, harta benda dan agama, sebab Allah akan mengadakan penggantimu untuk mereka).

Para malaikat juga berkata, “Dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepada kalian.

 al-Bushra adalah kabar gembira. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang akan bergembira bila dikatakan kepadanya bahwa ia akan menjadi penduduk Surga. -Aku memohon kepada Allah agar menjadikan aku dan kalian di antara mereka.-

Dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepada kalian,” karena setiap yang berkata, “Rabbku adalah Allah”, kemudian beristikamah di atas agama Allah, maka ia menjadi penghuni Surga.

Para malaikat juga berkata kepada mereka, “Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Para malaikat adalah wali-wali Allah bagi orang-orang yang mengucapkan “Rabb kami adalah Allah” kemudian beristikamah di atas agama Allah dalam kehidupan dunianya. Mereka meluruskan, membimbing dan menjaganya atas perintah Allah. Begitu pula, mereka akan bersamanya di kehidupan akhirat seraya memberi kabar gembira berupa kebaikan dengan berkata, “Inilah hari yang telah dijanjikan kepada kalian.” Mereka akan menenangkannya dari ketakutan di dalam kubur dan ketika ditiupkan sangkakala. Mereka akan menentramkannya pada hari kebangkitan dan pengumpulan. Mereka akan menenangkannya ketika akan dihisab. Mereka akan mendampinginya di ash-Shirath dan akan mengantarkannya menuju Surga, negeri penuh kenikmatan.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “Di dalamnya (Surga) kalian memperoleh apa yang kalian inginkan.” Yakni, di akhirat kalian memperoleh kenikmatan berupa Surga yang kalian inginkan karena di dalam Surga terdapat segala yang dibutuhkan jiwa dan dipandang indah oleh mata.

Dan memperoleh apa yang kalian minta.” Bahkan lebih dari itu. “Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS Qaaf: 35) Yakni, mereka mendapatkan tambahan dari apa yang mereka minta, mereka cari, dan mereka angan-angankan.

Sebagai hidangan (bagi kalian) dari (Rabb) Yang Mahapengampun, Mahapenyayang.”

Yakni sebagai jamuan, karunia dan anugerah dari Zat yang Mahamengampuni dosa-dosa kalian, Zat yang Mahamenyayangi kalian.

Surga menjadi tempat tinggal mereka dan tempat tetap mereka dari Allah yang Mahapengampun dan Mahapenyayang. “al-Ghafur,” yakni mengampuni dosa-dosa, mengasihi dan mengangkat derajat. Inilah balasan bagi orang-orang yang mengatakan “Rabb kami adalah Allah” kemudian beristikamah.

Dalam hal ini terdapat dalil tentang pentingnya istikamah di atas agama Allah Ta’ala agar manusia kokoh, tidak mengurangi, tidak menambah, tidak mengubah atau tidak mengganti agama Allah. Adapun orang yang berlebihan dalam agama Allah, atau mengganti atau mengubahnya, maka dia bukan orang yang istikamah pada syariat Allah karena istikamah harus disertai keadilan di segala sisi.

Baca juga: ISTIKAMAH ADALAH KUNCI SUKSES DALAM AGAMA ISLAM

Baca juga: AL-GHURABA’ (ORANG-ORANG YANG ASING)

Baca juga: KIAT-KIAT BERPEGANG TEGUH DENGAN AGAMA ALLAH

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati