IKHLAS DALAM BERAMAL

IKHLAS DALAM BERAMAL

Ikhlas adalah sengaja beribadah hanya untuk Allah Ta’ala semata, dan bukan untuk yang lain. Ikhlas adalah pemurnian amal dari segala keraguan dan kekeruhan.

Allah Ta’ala berfirman:

فَادْعُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS Ghafir: 14)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَ

Luruskanlah wajah (diri) kalian di setiap salat, dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya, sebagaimana Dia telah menciptakan kalian pada permulaan, (demikian pulalah kalian akan kembali kepada-Nya).” (QS al-A’raf 29)

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS al-Bayyinah: 5)

Syafaat akan diterima oleh orang-orang yang ikhlas dan tidak diterima orang orang-orang yang tidak ikhlas.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ

Orang yang paling berbahagia dengan syafaat dariku adalah orang yang mengucapkan ‘Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah’ dengan ikhlas dari lubuk hatinya atau dari relung jiwanya.” (HR al-Bukhari)

Dari Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang ikut berperang untuk mendapatkan pahala dan kemasyhuran, apa yang menjadi haknya?”

Beliau bersabda,

لَا شَىْءَ لَهُ

Dia tidak akan mendapatkan hak apapun.”

Beliau mengulang ucapan itu tiga kali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

لَا شَىْءَ لَهُ

Dia tidak akan mendapatkan hak apapun.”

Kemudian beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali amal yang ikhlas untuk-Nya dan mengharap Wajah-Nya.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa-i. Syekh al-Albani berkata dalam as-Silsilah ash-Shahihah, “Sanadnya hasan.”)

Para sahabat ridhwanullah ‘alaihim adalah orang-orang yang paling taat dan paling ikhlas kepada Allah Ta’ala daripada orang-orang selain mereka.

Ikrimah pernah lari dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia menyeberangi laut dengan menumpang kapal laut. Ketika kapal terhempas badai, para penumpang berkata, “Ikhlaslah kalian! Sesungguhnya tuhan-tuhan kalian tidak bisa membantu kalian sedikit pun di sini.”

Ikrimah berkata, “Demi Allah, jika Dia menyelamatkanku di laut hanya dengan keikhlasan, maka tidak ada yang menyelamatkanku di darat selain Dia. Ya Allah, aku berjanji kepada-Mu, jika Engkau menyelamatkanku dari apa yang menimpaku saat ini, aku akan mendatangi Muhammad agar aku dapat menjabat tangannya, karena aku tidak melihatnya kecuali sebagai laki-laki pemaaf dan pemurah.”

Maka dia pun datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk Islam. (HR Abu Dawud dan an-Nasa-i)

Makhul berkata, “Tidaklah seorang hamba ikhlas selama empat puluh hari melainkan akan terlihat hikmah dari hati dan lidahnya.”

al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah di dalam tafsirnya tentang firman Allah Ta’ala:

  لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلً

Supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (QS al-Muluk: 2) berkata, “Maksudnya adalah siapa di antara mereka yang paling ikhlas dan paling tepat.”

Mereka berkata, “Wahai Abu Ali, apakah yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling tepat?” Dia menjawab, “Sesungguhnya jika suatu amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak tepat, maka amal itu tidak akan diterima. Begitu juga, jika amal itu dilakukan dengan tepat tetapi tidak ikhlas, maka amal itu juga tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan tepat. Ikhlas adalah bahwa suatu amal ditujukan hanya kepada Allah Ta’ala, dan tepat adalah sesuai dengan sunah. Kemudian dia membaca firman Allah Ta’ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia mengerjakan amal yang salih, dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS al-Kahfi: 110)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Amal tanpa ikhlas dan tidak mengikuti sunah adalah seperti musafir yang memenuhi kantung minumannya dengan pasir yang tidak akan memberikan manfaat baginya.”

Baca juga: MAKNA IKHLAS

Baca juga: BERIBADAH HANYA KEPADA ALLAH

Baca juga: KEJUJURAN MEMBAWA KEPADA KEBAIKAN

(Fuad bin Abdul ‘Aziz asy-Syalhub)

Fikih