WUDHU YANG SEMPURNA

WUDHU YANG SEMPURNA

37. Dari Humran, bahwa Utsman radhiyallahu ‘anhu meminta air wudhu, lalu beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur, memasukkan air ke hidung, dan mengeluarkannya, lalu mencuci wajahnya tiga kali, kemudian mencuci tangan kanannya hingga siku tiga kali, kemudian tangan kirinya seperti itu, lalu mengusap kepalanya, kemudian mencuci kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu, lalu beliau berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini.” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Penulis rahimahullah berkata dalam kitabnya Bulughul Maram, Bab Wudhu, dari Humran, bahwa Utsman radhiyallahu ‘anhu meminta air wudhu.

Humran adalah seorang budak yang dimerdekakan oleh Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Utsman, sebagaimana yang tidak tersembunyi, adalah khalifah ketiga dari para khalifah rasyidin umat ini setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khalifah pertama adalah Abu Bakar, kemudian Umar, lalu Utsman, kemudian Ali, berdasarkan ijma’ kaum muslimin. Tidak ada yang menyelisihi hal ini kecuali kaum Rafidhah, yang secara dusta dan palsu mengklaim bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan adalah Ali bin Abi Thalib. Mereka berdusta atas nama Ali bin Abi Thalib dan berdusta atas kaum muslimin seluruhnya. Para sahabat telah membaiat Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, lalu Ali. Barang siapa berkata bahwa Ali lebih berhak atas kekhalifahan, maka ia telah merendahkan para Muhajirin dan Anshar serta mencela mereka. Akan tetapi, kaum Rafidhah tidak peduli dengan hal itu. Semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita.

Pada dasarnya, Utsman radhiyallahu ‘anhu adalah khalifah ketiga umat ini, dan beliau termasuk di antara para sahabat yang faqih radhiyallahu ‘anhum. Beliau, seperti para khalifah lainnya, ingin menyebarkan agama Allah melalui ucapan dan perbuatan. Beliau ingin menunjukkan kepada kaum muslimin bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu. Beliau meminta air wudhu, yakni air yang digunakan untuk berwudhu, karena wudhu (dengan fathah pada huruf waw) adalah air yang digunakan untuk berwudhu, sedangkan wudhu (dengan dhammah pada huruf waw) adalah tindakan berwudhu. Beliau meminta air ini untuk berwudhu di depan orang-orang agar mereka mengetahui bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu.

Pengajaran melalui perbuatan lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran melalui ucapan, karena pengajaran melalui perbuatan melibatkan penglihatan dan hati dalam memahaminya sehingga seseorang akan terus mengingat gambaran yang dilihatnya. Oleh karena itu, pengajaran melalui perbuatan adalah salah satu bentuk pengajaran yang paling efektif. Bahkan, seseorang yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk belajar bagaimana shalat dan kapan melakukannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan berkata kepadanya, “Shalatlah bersama kami,” lalu beliau mengajarkan shalat melalui perbuatan.

Utsman radhiyallahu ‘anhu ingin mengajarkan kepada orang-orang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu melalui perbuatan. Ia meminta air untuk berwudhu, lalu mencuci kedua telapak tangannya tiga kali.

Mencuci telapak tangan sebelum mencuci wajah adalah sunah, bukan kewajiban, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyebutkannya dalam kitab-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan shalat, basuhlah wajah kalian.” (QS al-Ma’idah: 6)

Maka mencuci telapak tangan tiga kali sebelum mencuci wajah adalah sunah. Jika seseorang melakukannya, itu lebih sempurna. Jika tidak melakukannya, wudhunya tetap sah.

“Kemudian beliau berkumur, memasukkan air ke hidung, dan mengeluarkannya.” Berkumur berarti memasukkan air ke dalam mulut dan menggerakkannya di dalamnya. Memasukkan air ke hidung berarti menghirup air dengan kedua lubang hidung, lalu mengeluarkannya kembali. Dengan demikian, hal ini mencakup mencuci mulut dan mencuci hidung, karena keduanya termasuk bagian dari wajah.

“Kemudian beliau mencuci wajahnya tiga kali.” Batas wajah secara lebar adalah dari telinga ke telinga, dan secara panjang dari lekukan dahi hingga bagian bawah janggut. Adapun rambut yang menjulur dari janggut, maka itu termasuk dalam bagian wajah.

“Kemudian beliau mencuci tangan kanannya hingga siku tiga kali.” Utsman memulai dengan tangan kanan sebelum tangan kiri, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memulai dengan yang kanan dalam setiap urusannya (Diriwayatkan oleh al-Bukhari). Utsman mencuci tangan kanannya hingga siku tiga kali. Siku adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah, dan wajib dicuci sebagaimana wajib mencuci telapak tangan dari ujung jari. Banyak orang, terutama yang mencuci tangannya di bawah kran, hanya mencuci lengan tanpa mencuci telapak tangan, dan ini adalah kesalahan. Setelah mencuci wajah, wajib mencuci tangan dari ujung jari hingga siku, dan siku termasuk dalam bagian yang harus dicuci saat berwudhu.

“Kemudian tangan kirinya seperti itu,” yaitu mencucinya tiga kali.

“Kemudian beliau mengusap kepalanya,” begitu juga kedua telinganya, karena telinga termasuk bagian dari kepala (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah) Seseorang mengusap kepalanya dari bagian depan hingga tengkuk, kemudian mengembalikan tangannya ke depan, lalu mengusap kedua telinganya dengan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam lubang telinga dan mengusap bagian luarnya dengan kedua ibu jarinya.

“Kemudian beliau mencuci kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali, lalu kaki kirinya seperti itu. Setelah itu, beliau berkata, ‘Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini.’”

Inilah wudhu yang sempurna yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala telah berfirman kepada kita:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS al-Ahzab: 21)

Aku memohon kepada Allah Ta’ala agar menganugerahkan kepadaku dan kalian keikhlasan kepada Allah Ta’ala dan mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Faedah Hadis

Di antara faedah hadis ini adalah:

1️⃣ Istinja, yaitu membersihkan kemaluan dan dubur dari apa yang keluar seperti air kencing atau kotoran, sama sekali tidak berkaitan dengan wudhu. Istinja hanya merupakan penghilangan najis. Jika najis telah dihilangkan dan tidak kembali, maka tidak perlu istinja saat berwudhu, karena tidak ada hubungannya dengan wudhu.

2️⃣ Kerendahan hati para sahabat radhiyallahu ‘anhum, di mana khalifah yang lurus, Utsman, menunjukkan kerendahan hati dengan meminta air dan berwudhu di hadapan orang-orang, agar mereka dapat melihat penerapan wudhu secara langsung.

3️⃣ Pengajaran melalui perbuatan lebih efektif daripada pengajaran melalui ucapan, karena melihat secara langsung memiliki dua manfaat:

Manfaat pertama: Mengetahui sesuatu secara langsung.

Manfaat kedua: Ketika seseorang melihat sesuatu, itu akan tertanam dalam pikirannya, selalu terbayang, dan tidak mudah dilupakan.

Baca juga: MAKNA DAN KEUTAMAAN BERWUDHU

Baca juga:  ADAB DI KAMAR MANDI

Baca juga: TIGA WASIAT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Bulughul Maram Fikih