SIFAT SHALAT NABI – UCAPAN SAAT SUJUD

SIFAT SHALAT NABI – UCAPAN SAAT SUJUD

Beberapa bacaan saat sujud dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah:

1️⃣ Subhana rabbiyal a’la

Ucapan saat sujud yang pertama adalah

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

Mahasuci Rabb-ku yang Mahatinggi.”

Subhana rabbiyal a’la diucapkan sebanyak tiga kali atau lebih sesuai keinginan, kecuali bagi imam. Imam tidak boleh mengucapkannya lebih dari sepuluh kali.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengucapkan saat rukuk  ‘Subhana rabbiyal ‘azhim’ dan saat sujud,

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

Mahasuci Rabb-ku yang Mahatinggi.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

2️⃣ Menambahkan pada bacaan pertama dengan dzikir lain

Ucapan ‘Subhana rabbiyal a’la‘ saat sujud boleh ditambahkan dengan

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang yang akhir, yang tampak maupun yang tersembunyi.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan dalam sujudnya,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang yang akhir, yang tampak maupun yang tersembunyi.” (HR Muslim)

Faedah: 

Ucapan tasbih saat rukuk adalah ‘Subhana rabbiyal ‘azhim’, sedangkan ucapan tasbih saat sujud adalah ‘Subbana rabbiyal a’la’.

Hikmah perbedaan antara keduanya sangat jelas.

Pertama: Rukuk adalah menunduk kepada Allah Ta’ala sebagai pengagungan kepada-Nya, dan itu adalah perbuatan. Ketika kamu mengucapkan “Subhana rabbiyal ‘azhim,” itu adalah ucapan. Dengan demikian, kamu mengagungkan Allah dengan ucapan dan perbuatan sekaligus, dan ini merupakan kesesuaian yang agung.

Sujud adalah merendah diri kepada Allah Ta’ala. Kamu meletakkan bagian tubuhmu yang paling mulia, yaitu wajah di tempat pijakan kaki di atas tanah. Ini adalah bentuk kerendahan dan penurunan. Oleh karena itu, sangat tepat jika kamu memuji Allah Ta’ala dengan menyebut ketinggian-Nya “Subbana rabbiyal a’la,” seakan-akan kamu berkata, “Aku adalah seorang hamba yang rendah, sementara Engkau, wahai Rabb-ku, adalah Rabb yang Mahatinggi.”

Kami mengetahui bahwa ketinggian Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ketinggian Dzat dan ketinggian sifat. Adapun ketinggian Dzat, maka sesungguhnya Allah Ta’ala berada di atas segala sesuatu dengan Dzat-Nya.

Kedua: Ketinggian sifat, yakni bahwa sifat-Nya ‘Azza wa Jalla mencakup sifat-sifat yang paling tinggi, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَلِلّٰهِ الْمَثَلُ الْاَعْلٰىۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi, dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS an-Nahl: 60)

Masalah: Seseorang sedang sujud, dan masih tersisa dua ayat dari hizb-nya, lalu ia membacanya saat sujud. Apa hukumnya?

Kami katakan: Hal ini tidak diperbolehkan, karena membaca al-Qur’an saat sujud tidak diperbolehkan, sebagaimana shalat di waktu-waktu tertentu juga tidak diperbolehkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 وَإِنِّى نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا، فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ، فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca al-Qur’an saat rukuk atau sujud. Adapun saat rukuk, maka agungkanlah Rabb ‘Azza wa Jalla di dalamnya. Adapun saat sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena (doa kalian) sangat layak dikabulkan bagi kalian.” (HR Muslim)

Yaitu, doa kalian sangat mungkin dikabulkan karena keadaan yang paling dekat bagi seorang hamba dari Rabb-nya adalah saat sujud, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

Keadaan paling dekat bagi seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika ia sedang sujud.” (HR Muslim)

3️⃣ Doa-doa lain

Oleh karena itu, hendaklah seseorang memperbanyak doa dalam sujud —untuk dirinya sendiri, kedua orang tuanya, dan siapa saja yang ia kehendaki dari kalangan kaum muslimin— karena itu sangat layak untuk dikabulkan. Sebab, ia meletakkan dahinya di atas tanah yang diinjak-injak kaki, padahal dahi itu adalah bagian tubuh yang paling tinggi dan paling mulia. Di situlah letak kesempurnaan kerendahan diri kepada Allah, dan karena itulah disebutkan dalam hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

Keadaan paling dekat bagi seorang hamba dari Rabb-nya adalah ketika ia sedang sujud.” (HR Muslim)

Subhanallah. Orang yang berdiri secara posisi lebih tinggi daripada orang yang sujud, tetapi ketika orang yang sujud itu merendahkan dirinya kepada Allah, maka Allah meninggikannya dan menjadikannya lebih dekat kepada-Nya ‘Azza wa Jalla.

Maka seharusnya kamu memperbanyak doa dalam sujud ini, baik dalam shalat fardhu maupun dalam shalat sunah, kecuali jika kamu menjadi makmum, karena kamu terikat untuk mengikuti imam dan tidak boleh tertinggal darinya.

Hendaklah kamu berdoa dengan apa pun yang kamu kehendaki, selama bukan doa untuk melakukan dosa atau memutus tali silaturahmi.

Seorang pemuda, misalnya, berdoa meminta jodoh dengan berkata,

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي زَوْجَةً

“Ya Allah, karuniakanlah aku seorang istri,” saat ia sedang sujud.

Seorang penuntut ilmu berdoa,

اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِي فَهْمًا، وَارْزُقْنِي حِفْظًا

“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu, karuniakanlah aku pemahaman, dan karuniakanlah aku hafalan.”

Seseorang yang sedang membangun rumahnya berdoa,

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى إِتْمَامِهِ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk menyelesaikannya.”

Ya Allah! Berdoalah kepada Allah dengan apa pun yang kamu kehendaki, karena sekadar berdoa itu sendiri sudah merupakan ibadah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Dan Rabb kalian berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.’” (QS Ghafir: 60)

Doa dalam sujud ini dan juga pada tempat-tempat lain yang disyariatkan dalam shalat seharusnya dijaga oleh seorang muslim dengan mengikuti doa-doa yang bersumber dari Nabi. Setelah membaca doa-doa yang bersumber dari Nabi, ia boleh menambahkan doa lain yang ia sukai.

Baca sebelumnya: SIFAT SHALAT NABI – SUJUD

Baca setelahnya: SIFAT SHALAT NABI – DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Fikih Sifat Shalat Nabi