KISAH NABI ADAM – PERJANJIAN ADAM

KISAH NABI ADAM – PERJANJIAN ADAM

Setelah Adam mendengar Rabbnya berfirman kepadanya, “Dan salam penghormatan keturunanmu,” ia bertanya, “Ya Rabb, apa keturunanku?”

Allah Ta’ala berfirman, “Pilihlah salah satu Tangan-Ku, wahai Adam!

Adam berkata, “Aku memilih Tangan kanan Rabbku, dan kedua tangan Rabbku adalah kanan.”

Allah kemudian membuka telapak Tangan-Nya. Ternyata semua keturunan Adam ada di telapak Tangan ar-Rahman. Di antara mereka ada yang mulutnya bercahaya. Seseorang di antaranya mengeluarkan cahaya yang membuat Adam kagum.

Adam bertanya, “Ya Rabb, siapa dia?”

Allah menjawab, “Dia anakmu, Dawud.”

Adam bertanya, “Ya Rabb, berapa usia yang Kau berikan kepadanya?”

Allah menjawab, “Aku memberikan kepadanya usia enam puluh tahun.”

Adam berkata, “Ya Rabb, genapkan usianya menjadi seratus tahun yang diambil dari usiaku.”

Allah mengabulkan permintaan Adam.

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setelah menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka dari punggungnya berjatuhan seluruh jiwa keturunan Adam yang Allah ciptakan hingga Hari Kiamat. Allah memberikan kilauan cahaya di antara kedua mata setiap manusia. Setelah itu Allah memperlihatkan mereka kepada Adam. Adam bertanya, ‘Ya Rabb, siapakah mereka?’ Allah menjawab, ‘Mereka keturunanmu.’ Adam melihat seseorang. Ia kagum pada kilauan cahaya di antara kedua matanya. Adam bertanya, ‘Ya Rabb, siapakah dia?’ Allah menjawab, ‘Seseorang yang berasal dari salah satu umat terakhir keturunanmu. Namanya Dawud.’ Adam bertanya, ‘Ya Rabb, berapa usia yang Engkau berikan kepadanya?’ Allah menjawab, ‘Enam puluh tahun.’ Adam berkata, ‘Ya Rabb, tambahkanlah empat puluh tahun kepadanya yang diambil dari usiaku.’ Ketika usia Adam habis, Malaikat Maut mendatangi Adam. Adam berkata, ‘Bukankah usiaku masih tersisa empat puluh tahun lagi?’ Malaikat Maut menimpali, ‘Bukankah (usiamu itu) sudah kamu berikan kepada anakmu, Dawud?’ Adam mengingkari hal itu hingga keturunannya pun (memiliki watak) mengingkari. Adam lupa hingga keturunannya pun (memiliki watak) lupa. Adam keliru, hingga keturunannya pun (memiliki watak) keliru.”

Kisah ini disepakati oleh para mufasir sebagai penafsiran firman Allah Ta’ala:

Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami). Kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kalian tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,’ atau agar kalian tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?’” (QS al-A’raf: 172-173)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan hal ini dalam sabdanya, “Sungguh Allah mengambil perjanjian dari punggung Adam di Nu’man pada Hari Arafah. Dia kemudian mengeluarkan dari tulang belakang (Adam) seluruh keturunan yang (Allah) ciptakan. Allah kemudian menyebarkan (seluruh keturunan Adam yang Allah ciptakan) di hadapannya. Setelah itu Allah berbicara kepada mereka secara langsung, ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’”

Inilah perjanjian yang diambil Allah dari Adam dan keturunannya: perjanjian untuk beriman kepada-Nya, beriman kepada rububiah, uluhiah, dan keesaan-Nya, agar dosa-dosa tidak ditimpakan kepada para pendahulu yang berbuat kesyirikan, karena seorang yang berdosa tidaklah memikul dosa orang lain. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dikatakan kepada penghuni Neraka yang paling ringan siksanya pada Hari Kiamat, ‘Andai kamu memiliki segala sesuatu di bumi, apakah kamu akan menebus (siksa) dengannya?’ ‘Ya,’ jawabnya. Lalu Allah berfirman, ‘Aku menginginkan yang lebih ringan dari itu saat kau masih berada di tulang punggung Adam agar kamu tidak menyekutukan-Ku dengan apa pun, tetapi kamu enggan selain menyekutukan-Ku.’”

Baca sebelumnya: KISAH PENCIPTAAN NABI ADAM ‘ALAIHISSALAM

Baca setelahnya: KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN ADAM ‘ALAIHISSALAM

(Dr Hamid Ahmad ath-Thahir)

Kisah