MEWASPADAI ORANG YANG MENYESATKAN DAN TUKANG SIHIR

MEWASPADAI ORANG YANG MENYESATKAN DAN TUKANG SIHIR

Akidah seseorang tidak benar dan lurus kecuali dengan tauhid dan menjauhkan diri dari syirik. Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS an-Nisa’: 36)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ

Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu.”(QS an-Nahl: 36)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala pun berfirman:

فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا

Karena itu, barangsiapa ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS al-Baqarah: 256)

Seorang muslim harus mengetahui hakikat tauhid agar ia dapat berpegang teguh dengannya. Ia juga harus memahami syirik agar ia dapat menjauhkan diri darinya. Tidak ada keselamatan kecuali menjauhkan diri dari syirik. Bagaimana mungkin seseorang mengamalkan tauhid jika ia tidak mengetahuinya. Bagaimana mungkin ia menjauhkan diri dari syirik jika ia tidak memahaminya.

Masalah ini merupakan masalah yang sangat penting dan kewajiban yang sangat besar. Musuh-musuh Islam senantiasa membuat rencana besar untuk menghancurkan akidah tauhid, terutama di zaman sekarang yang langka ulama, walaupun qari (pembaca al-Qur’an) masih banyak. Keadaan ini sesuai dengan yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa perkara yang hak telah bercampur dengan perkara yang batil. Penyeru kesesatan sangat banyak dan penyeru kebaikan sangat sedikit, sehingga penyeru kebaikan menjadi asing di tengah-tengah manusia.

Di zaman sekarang banyak orang mengaku Islam, akan tetapi banyak pula di antara mereka ingin menggabung Islam dengan kekafiran dan menggabung tauhid dengan syirik. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ

Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS Yusuf: 106)

Ada yang berkata, “Dia seorang muslim, tetapi tidak mau berhukum dengan hukum yang diturunkan oleh Allah. Dia hanya mau berhukum dengan hukum positif yang dibuat oleh orang-orang kafir. Menurutnya hukum positif lebih baik daripada hukum yang diturunkan oleh Allah dan lebih cocok dengan keadaan di zaman sekarang.”

Keadaan mereka seperti yang digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ

Apakah kamu tidak memerhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada tagut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari tagut itu.”(QS an-Nisa’: 60)

Allah Ta’ala membantah klaim mereka dalam ayat setelahnya. Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS an-Nisa’: 65)

Golongan lain mengaku Islam dan mengucapkan laa ilaaha illallah, tetapi membantah kalimat itu dengan perbuatan. Mereka berdoa kepada orang yang sudah mati, menyembelih untuk kuburan, bernazar untuk kuburan, meminta pertolongan (istigasah) kepada wali untuk memenuhi kebutuhannya dan menyembuhkan penyakitnya. Mereka meminta bantuan wali dan menyebutnya tawasul kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan perantara mereka, sehingga mereka seperti golongan yang disindir oleh Allah Ta’ala:

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.’ Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi? Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (QS Yunus: 18)

Begitu juga golongan yang disinggung oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (QS az-Zumar: 3)

Ada juga ulama sesat yang menganggap baik perbuatan mereka dan menyerukan bentuk kesyirikan ini serta membenarkannya dengan syubhat-syubhat berupa hadis-hadis palsu, cerita-cerita batil, atau mimpi-mimpi dari setan. Mereka menyusun syubhat-syubhat ini dalam buku-buku, lalu membagi-bagikannya kepada orang-orang. Dengan jalan itu, mereka menyeru kepada kesyirikan, peribadatan kepada makhluk atas nama tawasul, tabaruk kepada Nabi, serta cinta kepada wali dan orang saleh. Mereka mengatakan bahwa pemahaman-pemahaman golongan yang melarang adalah salah dan harus diluruskan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari golongan sesat yang menipu manusia atas nama ilmu dan kebaikan, tetapi hakikatnya adalah penyeru kesesatan dan penyulut fitnah ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِى الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

Sesungguhnya yang aku takutkan pada umatku hanyalah para pemimpin (imam) yang sesat.” (HR al-Barqani dalam Shahih-nya)

Abu ad-Darda’ meriwayatkan, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada umatku hanyalah para pemimpin (imam) yang sesat.” (HR Abu Dawud dan ath-Thayalisi)

Dalam kedua hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam takut jika umatnya terkena fitnah yang dilakukan oleh ulama sesat. Mereka sangat berbahaya bagi umat Islam  karena telah mencampur-adukkan yang hak dan yang batil, serta menipu orang-orang awam. Apalagi kebanyakan manusia lebih mudah menerima kebatilan daripada kebenaran. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mewaspadai dan memberi peringatan kepada umat akan bahaya mereka.

Di antara golongan penyesat ada yang menyebarkan selebaran-selebaran yang mengutip hadis-hadis palsu dicampur dengan hadis-hadis sahih atau ayat-ayat al-Qur’an. Mereka berkata, “Barangsiapa memperbanyak sebanyak sekian dan membagikannya kepada orang-orang, ia akan mendapatkan pahala dan kebaikan begini dan begitu.” Maka, sebagian orang bodoh pun memperbanyak dan membagikannya. Mereka telah tertipu dengan motivasi seperti ini. Mereka bekerja sama dalam dosa dan keburukan.

Ada juga tukang tipu dan tukang sihir yang mempertontonkan halusinasi berupa sihir, tipuan, dan sulap di hadapan masyarakat dan tempat berkumpul para tukang sihir. Di tempat itu mereka mempertontonkan sihir setan mereka, seperti menarik mobil dengan rambut, meletakkan batu besar di perut seseorang sementara di bawahnya paku-paku tajam menusuk punggungnya, lalu dilindas dengan mobil. Matanya ditusuk dengan besi, namun tidak apa-apa. Sebagian lainnya melukai tubuhnya dengan pisau di hadapan banyak orang, atau menceburkan diri ke api, tetapi tidak terbakar. Sebagian lagi berjalan di atas tali.

Para tukang sihir yang pada hakikatnya penipu ini hanya ingin mengambil harta orang-orang, merusak akidah mereka, dan mempromosikan sihir ke tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala telah memperingatkan kita dalam kitab suci al-Qur’an tentang sihir. Allah Ta’ala memberitahukan bahwa sihir adalah kekafiran, ajaran setan, dan perbuatan para perusak.

Ironisnya, di masyarakat kita para tukang sihir dan tukang sulap memiliki penggemar yang banyak. Mereka mendukung tukang sihir dan tukang sulap dan mengeluarkan uang yang banyak untuk pertunjukkan sihir dan kebatilan, padahal hal itu merupakan kemungkaran paling besar yang harus diingkari. Orang yang melakukannya harus dihukum mati.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ

Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa sajakah itu?”

Beliau bersabda,

الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ

Syirik kepada Allah dan sihir.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggolongkan sihir ke dalam syirik, dan memerintahkan manusia untuk menjauhinya. Lantas, layakkah seorang muslim menghadiri, mendukung, dan mengeluarkan uang untuk tukang sihir, padahal mereka harus dibunuh?

Imam Ahmad berkata, “Telah diriwayatkan secara sahih bahwa tiga sahabat Nabi membunuh tukang sihir. Pada suatu ketika, Jundab bin Ka’ab bin Abdullah al-Azdi bertemu dengan seorang tukang sihir yang sedang mengadakan pertunjukan dan menipu pandangan orang-orang di hadapan sejumlah amir (gubernur). Dalam pertunjukannya ia membelah kepala seseorang dan mematikannya, kemudian mengembalikan dan menghidupkannya kembali. Orang-orang yang hadir merasa takjub. Kemudian Jundab datang dan memenggal kepala tukang sihir dengan pedangnya hingga mati. Jundab berkata kepada orang-orang yang hadir, “Kalau ia benar, biarlah ia menghidupkan dirinya sendiri.”

Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim yang bertauhid terhadap tukang sihir. Hendaklah ia berani mengingkari dan menolak kebatilan. Bukan pasrah dan malah mendukung dan memberinya uang.

Sebagian orang yang mengaku mahir mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hasil dari latihan olahraga sehingga lama-kelamaan terlatih. Menurut mereka, itu bukan sihir. Oleh karena itu, tidak mengapa melakukannya, menghadirinya dan memotivasinya.

Kami katakan kepada mereka:

Pertama: Ada perbedaan antara olahraga dan sihir. Olahraga memiliki batasan-batasan, seperti tidak melukai dengan pisau, tidak bermain api, tidak menahan batu besar di dada, tidak dilindas mobil, tidak menarik mobil dengan rambut dan semisalnya. Sedangkan apa yang mereka lakukan jelas berupa tipuan sihir atau disebut juga hipnotis. Mereka menipu orang-orang dengan sesuatu yang berbeda, atau meminta pertolongan jin dan setan untuk melakukan sesuatu dan memperlihatkan kepada orang-orang bahwa merekalah yang melakukan.

Kedua. Bisa jadi dalam praktik itu terdapat olahraga yang bercampur dengan sihir untuk menipu manusia, mencampur-adukkan yang hak dan yang batil, sehingga orang-orang mengira bahwa semuanya murni gerakan tubuh. Akibatnya mereka tidak mengingkarinya.

Ketiga. Jika kita menerima bahwa perbuatan itu adalah murni olahraga, maka hal itu akan membuka pintu untuk melakukan perbuatan sihir, karena pelaku keburukan akan selalu memanfaatkan peluang, sedangkan manusia tidak berdiri pada satu batas, dan kecenderungan mereka untuk melakukan kebatilan lebih besar daripada melakukan yang hak. Oleh karena itu, kita harus tetap waspada terhadap tukang sihir, karena mereka suka membuat kerusakan di muka bumi. Allah Ta’ala tidak akan menganggap baik amal perbuatan orang-orang yang membuat kerusakan.

Sebagian orang pergi ke dukun dan tukang sihir untuk meminta obat atau kesembuhan. Dukun dan tukang sihir menyuruh mereka menyembelih binatang untuk selain Allah. Dukun dan tukang sihir mengklaim mengetahui perkara-perkara gaib, dan orang-orang memercayainya. Dukun dan tukang sihir menyuruh orang-orang melakukan sesuatu yang ia dapatkan dari jin dan setan, dan mereka memercayainya. Akhirnya mereka melakukan apa yang disuruh dukun dan tukang sihir, meskipun suruhan itu mengarah kepada kekafiran dan kemusyrikan. Mereka pura-pura tidak mengetahui sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR Muslim)

Dan juga sabda beliau,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa mendatangi dukun dan membenarkan apa yang diucapkannya, ia telah kafir terhadap al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR Abu Dawud)

Imran bin Hushain meriwayatkan secara marfu’, “Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang yang beranggapan sial, atau mendatangi tukang ramal atau membenarkan ucapannya, yang melakukan sihir dan membenarkannya. Barangsiapa mendatangi tukang ramal dan membenarkan ucapannya, ia telah kafir terhadap al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR al-Bazzar dengan isnad yang jayyid)

Barangsiapa melakukan perkara-perkara seperti itu atau rela diperlakukan seperti itu, berarti ia telah kafir terhadap al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri darinya, karena perbuatan-perbuatan itu merupakan kekafiran dan kesyirikan. Barangsiapa rela dengan perbuatan itu, ia tak ubahnya seperti pelakunya. Ini sangat berbahaya.

Terkadang mereka menamakan diri tabib pengobatan alternatif, padahal sebenarnya tukang sihir. Tukang sihir ini menggunakan jasa jin dan menipu banyak orang atas nama pengobatan alternatif. Para praktisi pengobatan alternatif yang sesungguhnya berlepas diri dari kejahatan-kejahatan seperti ini. Pengobatan alternatif hakikatnya melakukan terapi dengan menggunakan sarana-sarana yang diperbolehkan dan teruji, seperti pengobatan dengan api, hijamah (bekam), dan obat-obat herbal. Sedangkan ramalan dan sihir bukanlah pengobatan alternatif, akan tetapi perbuatan setan dan klaim mengetahui perkara-perkara gaib yang sesungguhnya tidak diketahui kecuali oleh Allah. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita waspada dan selalu memberikan peringatan akan hal ini. Sudah sepantasnya para penguasa menyampaikan hal ini kepada para tukang sihir dan mendidik mereka.

Baca juga: PERANG ANTARA TAUHID DAN SYIRIK

Baca juga: LARANGAN TATHAYYUR, PERDUKUNAN DAN SIHIR

Baca juga: JANGAN BERTEMAN DENGAN ORANG YANG BERAKHLAK BURUK

Baca juga: MENJAGA DIRI DARI PERKARA SYUBHAT

Baca juga: TIDAK SEORANG PUN SELAMAT DARI KAMATIAN

(Syekh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan)

Akidah