KISAH ORANG YANG BERPENYAKIT KULIT, ORANG BOTAK, DAN ORANG BUTA

KISAH ORANG YANG BERPENYAKIT KULIT, ORANG BOTAK, DAN ORANG BUTA

Allah Ta’ala menguji manusia dengan nikmat. Apakah mereka bersyukur ataukah mengingkari.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ ثَلاثَةً مِنْ بَني إِسْرَائِيلَ: أبْرَصَ، وَأَقْرَعَ، وَأَعْمَى، أَرَادَ اللهُ أنْ يَبْتَلِيَهُمْ فَبَعَثَ إِلَيْهمْ مَلَكاً، فَأَتَى الْأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ؛ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ وَأُعْطِيَ لَونًا حَسَنًا. فَقَالَ: فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيكَ؟ قَالَ: الْإِبْلُ – أَوْ قالَ: البَقَرُ — شَكَّ الرَّاوِي – فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، فَقَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا. فَأَتَى الْأَقْرَعَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيءٍ أَحَبُّ إلَيْكَ؟ قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا الَّذِي قَذِرَنِي النَّاسُ؛ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ وأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا. قالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِليْكَ؟ قَالَ : الْبَقَرُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، وَقالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيهَا. فَأَتَى الْأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ :أَنْ يَرُدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرُ النَّاسَ؛ فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرهُ. قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِليْكَ؟ قَالَ: الْغَنَمُ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَاِلدًا، فَأَنْتَجَ هذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الْإِبْلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ. ثُمَّ إنَّهُ أَتَى الْأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجلٌ مِسْكِينٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ في سَفَرِي فَلا بَلَاغَ لِيَ الْيَوْمَ إلَّا باللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ، والْجِلْدَ الْحَسَنَ، وَالْمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ: الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ. فَقَالَ: كأنِّي اَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيرًا فَأعْطَاكَ اللهُ! فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ: إنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. وَأَتَى الْأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيهِ مِثْلَ مَا رَدَّ هَذَا، فَقَالَ: إنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. وَأَتَى الْأَعْمَى فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلَا بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إلَّا بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي؟ فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ مَا أجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيءٍ أخَذْتَهُ للهِ عَزَّوَجَلَّ. فَقَالَ: أمْسِكْ مَالَكَ فِإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيكَ

Sesungguhnya ada tiga orang Bani Israil yang masing-masing berpenyakit kulit, botak, dan buta. Allah menguji mereka. Allah mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat mendatangi orang yang berpenyakit kulit dan bertanya, ‘Apa yang paling kamu inginkan?’ Ia menjawab, ‘Warna yang bagus, kulit yang indah, dan hilangnya penyakit dariku yang membuat orang-orang jijik kepadaku.’ Malaikat mengusap orang itu sehingga penyakit itu hilang darinya. Ia juga diberi warna yang bagus dan kulit yang indah. Malaikat bertanya, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Ia menjawab, ‘Unta,’ atau ia berkata, ‘Sapi.’ Perawi ragu. Kemudian ia diberi seekor unta yang sedang hamil tua. Malaikat berkata, ‘Semoga Allah memberkahimu atas rahmat yang kamu terima ini.’

Kemudian malaikat mendatangi orang botak dan bertanya ‘Apa yang paling kamu inginkan?’ Ia menjawab, ‘Rambut yang indah dan hilangnya dariku apa yang membuat orang-orang menghinaku.’ Malaikat mengusap orang botak itu sehingga apa yang membuat orang-orang menghinanya hilang. Ia diberi rambut yang indah. Malaikat bertanya, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Ia menjawab, ‘Sapi.’ Kemudian ia diberi seekor sapi yang sedang hamil tua. Malaikat berkata, ‘Semoga Allah memberkahimu atas rahmat yang kamu terima ini.’

Kemudian malaikat mendatangi orang buta dan bertanya, ‘Apa yang paling kamu inginkan?’ Ia menjawab, ‘Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang.’ Malaikat mengusap orang buta itu sehingga Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat bertanya, ‘Harta apa yang paling kamu sukai?’ Ia menjawab, ‘Kambing.’ Kemudian ia diberi seekor kambing yang sedang hamil tua. Malaikat berkata, ‘Semoga Allah memberkahimu atas rahmat yang kamu terima ini.’

Unta, sapi, dan kambing itu beranak pinak sehingga unta-unta memenuhi satu lembah, sapi-sapi memenuhi satu lembah, dan kambing-kambing memenuhi satu lembah.

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu berpenyakit kulit dalam penampilan seperti orang yang berpenyakit kulit itu dahulu. Ia berkata, ‘Sesungguhnya aku orang yang miskin. Aku kehabisan bekal di tengah perjalananku. Tidak seorang pun kuharap pertolongannya kecuali Allah, kemudian kamu. Aku meminta kepadamu seekor unta dengan menyebut Zat yang telah memberimu warna yang bagus, kulit yang indah, dan harta berupa unta, sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku.’ Orang itu berkata, ‘Hak-hak (yang harus kuberikan) sangat banyak (sehingga aku tidak dapat memberimu bekal).’ Malaikat berkata, ‘Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit kulit sehingga orang-orang jijik kepadamu? Kamu dahulu miskin, lalu Allah memberimu rahmat.’ Orang itu menyanggah, ‘Sesungguhnya aku mewarisi harta itu dari nenek moyangku.’ Malaikat berkata, ‘Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti semula.’

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu botak dalam penampilan seperti orang botak itu dahulu. Malaikat mengucapkan perkataan yang serupa dengan yang ia ucapkan kepada orang yang berpenyakit kulit. Orang yang dahulu botak itu menanggapi dengan tanggapan yang mirip dengan tanggapan orang yang berpenyakit kulit. Malaikat berkata, ‘Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti semula.’

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu buta dalam penampilan seperti orang buta itu dahulu. Malaikat berkata, ‘Sesungguhnya aku orang yang miskin. Aku kehabisan bekal di tengah perjalananku. Tidak seorang pun kuharap pertolongannya kecuali Allah, kemudian kamu. Aku meminta kepadamu seekor kambing dengan menyebut Zat yang telah mengembalikan penglihatanmu sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku.’ Orang itu berkata, ‘Dahulu aku orang yang buta. Kemudian Allah mengembalikan penglihatanku. Oleh karena itu, ambillah apa yang kamu suka dan tinggalkanlah apa yang kamu mau. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu (meminta ganti) atas sesuatu yang kamu ambil karena Allah.’ Malaikat berkata, ‘Peliharalah hartamu! Sesungguhnya aku hanya menguji kalian. Allah meridaimu dan memurkai kedua temanmu.’” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tiga orang Bani Israil yang masing-masing berpenyakit kulit, botak, dan buta.”

Israil adalah Ishak bin Ibrahim ‘alaihissalam. Di antara keturunan Israil adalah Musa, Harun, dan Isa. Semua Bani Israil adalah keturunan Ishak ‘alaihissalam. Ishak adalah saudara Ismail. Maka ketiga orang itu dengan orang-orang Arab adalah anak paman (sepupu).

Riwayat tentang Bani Israil

Riwayat yang menjelaskan Bani Israil sangat banyak dan terbagi dalam tiga kelompok:

Pertama. Riwayat yang disebutkan dalam al-Qur’an.

Kedua. Riwayat yang disebutkan dalam as-Sunnah yang sahih.

Ketiga. Riwayat yang disebutkan oleh para pendeta dan ulama mereka.

Adapun riwayat yang pertama dan kedua, tidak diragukan lagi bahwa riwayat-riwayat itu benar dan diterima.

Riwayat yang disebutkan di dalam al-Qur’an adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 اَلَمْ تَرَ اِلَى الْمَلَاِ مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ مِنْۢ بَعْدِ مُوْسٰىۘ اِذْ قَالُوْا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوْا ۗ قَالُوْا وَمَا لَنَآ اَلَّا نُقَاتِلَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَدْاُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَاَبْنَاۤىِٕنَا ۗ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالظّٰلِمِيْنَ

Apakah kamu tidak memerhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, ‘Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.’ Nabi mereka menjawab, ‘Sangat mungkin ketika kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mau berperang.’ Mereka menjawab, ‘Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.’ Maka, ketika perang diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Mahamengetahui orang-orang yang zalim.” (QS al-Baqarah: 246)

Riwayat yang disebutkan di dalam as-Sunnah adalah sebagaimana hadis di atas yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun riwayat dari para pendeta dan ulama mereka terbagi menjadi tiga bagian.

Pertama: Riwayat yang dinyatakan kebatilannya oleh syariat, maka riwayat itu batil. Kita wajib menolaknya. Riwayat ini banyak dinukil dari israiliat. Di dalam sejumlah tafsir al-Qur’an, penafsir menukilnya dari riwayat-riwayat israiliat yang dinyatakan batil oleh syariat.

Kedua: Riwayat yang dibenarkan oleh syariat. Riwayat semacam ini diterima. Penerimaannya bukan karena ia kabar dari Bani Israil, melainkan karena syariat membenarkannya.

Ketiga: Riwayat yang tidak dibenarkan dan tidak dibatalkan oleh syariat. Riwayat semacam ini didiamkan saja, tidak dibenarkan dan tidak pula didustakan. Jika kita membenarkannya bisa jadi riwayat itu batil sehingga kita termasuk orang yang membenarkan kebatilan. Jika kita mendustakannya, bisa jadi riwayat itu benar sehingga kita mendustakan kebenaran. Oleh karena itu, kita mendiamkan saja. Dan tidak apa-apa kita menceritakannya jika kisah itu bermanfaat, seperti sekadar untuk memotivasi dan menakut-nakuti.

Kisah Tiga Orang Bani Israil

Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam menjelaskan dalam hadis ini bahwa ada tiga orang Bani Israil yang diuji oleh Allah Ta’ala dengan penyakit di tubuhnya. Orang pertama berpenyakit kulit, orang kedua berkepala botak, dan orang ketiga bermata buta. Allah Ta’ala menguji mereka karena Allah berhak menguji hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang Dia sukai. Allah menguji mereka untuk mengetahui apakah mereka bersabar atau mengeluh dengan ujian kesusahan, dan apakah bersyukur dan peduli dengan ujian kemudahan.

Untuk itu Allah Ta’ala mengutus malaikat kepada mereka dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu yang mereka paling inginkan.

Dimulai dari orang yang berpenyakit kulit, malaikat bertanya, “Apa yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Warna yang bagus, kulit yang indah, dan hilangnya penyakit dariku yang membuat orang-orang jijik melihatku.” Ia menjawab demikian karena sesuatu yang paling penting bagi seseorang adalah sembuh dari penyakit, apalagi penyakit yang paling dibenci manusia.

Malaikat mengusapnya sehingga penyakit itu hilang darinya dengan izin Allah Ta’ala. Ia juga diberi warna yang bagus dan kulit yang indah. Kemudian malaikat bertanya, “Harta apa yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Unta,” atau ia menjawab, “Sapi.” Perawi ragu. Yang mendekati kebenaran adalah, ia menjawab unta sebab pada kisah tentang orang botak malaikat memberinya sapi. Maka ia diberi seekor unta yang sedang hamil tua. Malaikat mendoakannya agar Allah memberkahinya atas rahmat yang telah ia terima berupa unta.

Kemudian malaikat mendatangi orang botak dan bertanya, “Apa yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rambut yang indah dan hilangnya dariku apa yang membuat orang-orang menghinaku.” Malaikat mengusap orang botak itu sehingga apa yang membuat orang-orang menghinanya hilang. Ia diberi rambut yang indah. Kemudian malaikat bertanya, “Harta apa yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Sapi.” Maka ia diberi seekor sapi yang sedang hamil tua. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahimu atas rahmat yang telah kamu terima ini.”

Kemudian malaikat mendatangi orang buta dan bertanya kepadanya, “Apa yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat manusia.”

Renungkanlah ucapan orang buta ini. Sesungguhnya ia tidak meminta kecuali bisa melihat manusia. Adapun orang yang berpenyakit kulit dan orang botak, mereka menginginkan sesuatu yang lebih besar dari kebutuhannya. Orang yang berpenyakit kulit berkata, “Warna yang bagus, kulit yang indah.” Orang botak berkata “Rambut yang indah.” Mereka tidak meminta sekadar kulit atau rambut, melainkan sesuatu yang lebih dari itu. Adapun orang ketiga, ia memiliki kezuhudan. Ia tidak meminta kecuali ia bisa melihat manusia saja.

Kemudian malaikat bertanya kepadanya, “Harta apa yang paling kamu sukai?” Ia menjawab, “Kambing.” Dengan kezuhudannya ia tidak meminta unta atau sapi, tetapi kambing. Dibandingkan unta dan sapi, nilai kambing paling rendah. Orang itu diberi kambing yang hampir melahirkan. Malaikat berkata, “Semoga Allah memberkahimu atas rahmat yang telah kamu terima ini.”

Maka Allah memberi keberkahan pada orang pertama dengan untanya, orang kedua dengan sapinya, dan orang ketiga dengan kambingnya sehingga ketiganya memiliki lembah-lembah yang penuh dengan ternak masing-masing.

Kemudian malaikat mendatangi lagi orang yang berpenyakit kulit dalam bentuk dan keadaan seperti orang yang berpenyakit kulit dahulu, yakni bentuk badan dan penampilan yang menyedihkan, memakai pakaian kefakiran. Malaikat berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku orang yang miskin. Aku kehabisan bekal di tengah perjalananku. Tidak seorang pun kuharap memberiku pertolongan kecuali Allah, kemudian kamu.” Malaikat bertawasul dengan menyebutkan keadaannya yang fakir dan dalam perjalanan. Ia kehabisan bekal untuk bisa sampai kembali kepada keluarganya. Tidak seorang pun bisa menyampaikannya kepada keluarganya kecuali Allah, kemudian orang itu.

Malaikat berkata “Aku meminta kepadamu seekor unta dengan menyebut Zat yang telah memberimu warna yang bagus, kulit yang indah, dan harta berupa unta sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku.” Orang itu berkata, “Hak-hak (yang harus aku berikan) sangat banyak (sehingga aku tidak dapat memberimu bekal).” Ia bakhil dengan permintaan itu, padahal ia memiliki unta yang memenuhi lembah. Akan tetapi, ia berkata bahwa hak-hak (yang harus ia berikan) sangat banyak, padahal –wallahu’alam– ia tidak sedikit pun menunaikan hak-hak itu. Dilihat dari keadaannya, malaikat yang menyamar merupakan orang yang paling berhak mendapatkan sedekah dibandingkan orang lain ketika itu karena ia seorang musafir, fakir, dan kehabisan bekal. Siapa lagi yang lebih berhak daripada orang seperti itu? Meskipun begitu, orang itu tetap beralasan atas keengganannya untuk memberikan ternaknya.

Malaikat mengingatkan orang itu akan peristiwa yang pernah ia alami. Malaikat berkata kepada orang itu, “Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit kulit sehingga orang-orang jijik kepadamu? Kemudian Allah memberimu harta, warna yang bagus, kulit yang indah.” Akan tetapi ia berkata, “Sesungguhnya aku mewarisi harta itu dari nenek moyangku.” Dia mengingkari nikmat ini. Maka malaikat berkata kepadanya, “Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti semula.” Yakni, jika kamu berdusta dalam apa yang kamu ucapkan, maka Allah akan menjadikanmu seperti keadaanmu sebelumnya, yaitu kefakiran dan penyakit kulit.

Dari hadis ini jelas bahwa Allah mengabulkan doa malaikat, walaupun doa itu merupakan doa yang bersyarat, karena orang itu telah berdusta. Tanpa sedikit pun keraguan bahwa jika syarat telah terpenuhi, maka terpenuhi pula apa yang disyaratkan.

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu botak dalam penampilan seperti orang botak itu dahulu. Malaikat mengucapkan perkataan seperti yang ia ucapkan kepada orang yang berpenyakit kulit. Orang botak menanggapi dengan tanggapan yang mirip dengan tanggapan orang yang berpenyakit kulit. Malaikat berkata, “Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikanmu seperti semula.”

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulu buta dalam penampilan seperti orang buta itu dahulu dan menyebutkan nikmat Allah kepadanya. Orang itu berkata, “Dahulu aku seorang yang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatanku. Dahulu aku orang yang fakir, kemudian Allah memberiku harta.” Ia mengakui nikmat-nikmat Allah. “Oleh karena itu, ambillah apa yang kamu suka dan tinggalkanlah apa yang kamu mau dari kambing-kambing ini. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu (meminta ganti) atas sesuatu yang kamu ambil karena Allah.”

Perhatikanlah kebersyukuran orang ini dan pengakuannya atas nikmat Allah.

Malaikat berkata, “Peliharalah hartamu! Sesungguhnya aku hanya menguji kalian. Allah meridai kamu dan memurkai kedua temanmu.”

Hadis ini menunjukkan bahwa kisah ini sangat terkenal di kalangan mereka. Itu ditunjukkan oleh ucapan malaikat, “Allah memurkai kedua temanmu.”

Ia pun tetap memelihara hartanya dan Allah terus memberinya nikmat penglihatan. Adapun kedua orang yang lain, Allah Ta’ala mengembalikan keduanya ke keadaan semula, yaitu fakir dan berpenyakit.

Di dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mensyukuri nikmat Allah merupakan sebab kelanggengan dan bertambahnya nikmat, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah juga), ketika Rabb kalian memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)

Manfaat Hadis

Pada hadis ini terdapat sejumlah manfaat dan tanda kebesaran Allah, yaitu:

1️⃣ Penegasan tentang adanya malaikat

Malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya. Allah memberi mereka kekuatan untuk melaksanakan perintah Allah dan keinginan untuk menaati-Nya. Mereka tidak pernah menentang apa yang diperintahkan kepadanya.

2️⃣ Malaikat dapat berubah wujud

Tanda kekuasaan Allah yang lain adalah bahwa malaikat dapat berubah wujud ke wujud Bani Adam.

3️⃣ Malaikat dapat berganti-ganti bentuk

Dalam kisah ini malaikat mendatangi ketiga orang itu dalam bentuk yang berbeda-beda, yaitu bentuk orang yang berpenyakit kulit, orang botak, dan orang buta di kesempatan yang berbeda.

4️⃣ Bolehnya menguji seseorang dalam keadaan tertentu

Di antara manfaat dari kisah ini adalah bolehnya menguji seseorang dengan mendatanginya dalam keadaan tertentu. Malaikat pada kisah ini datang dalam bentuk manusia yang sangat fakir dan tertimpa penyakit agar mereka berbelas kasih kepada malaikat, padahal kenyataannya -dan ilmu itu ada di sisi Allah- malaikat tidak akan tertimpa penyakit sedikit pun. Akan tetapi, Allah menjadikan mereka mendatangi orang-orang itu dalam bentuk itu untuk menguji mereka.

5️⃣ Malaikat dapat menghilangkan penyakit

Sesungguhnya pada kisah ini malaikat memegang orang yang berpenyakit kulit, orang botak, dan orang buta dengan satu usapan, kemudian Allah Ta’ala menghilangkan penyakit pada mereka dengan usapan itu. Jika Allah menginginkan sesuatu, Dia cukup mengatakan, “Kun (jadilah),” maka jadilah ia. Jika Allah berkehendak, Dia dapat menghilangkan penyakit dari mereka. Akan tetapi, Allah menjadikan penyakit itu sebagai sebab untuk menguji mereka.

6️⃣ Allah memberikan berkah kepada manusia dengan harta

Di antara manfaat hadis ini adalah Allah Ta’ala memberikan berkah kepada manusia dengan harta sehingga hartanya berkembang-biak menjadi banyak. Setiap orang pada kisah ini memiliki lembah yang dipenuhi dengan unta, sapi, dan kambing. Semua itu merupakan berkah dari Allah Ta’ala. Malaikat telah mendoakan mereka agar mereka diberi berkah oleh Allah.

7️⃣ Manusia berbeda-beda dalam mensyukuri nikmat

Hadis ini menunjukkan perbedaan manusia dalam mensyukuri nikmat Allah dan perbedaan dalam memanfaatkannya. Orang yang berpenyakit kulit dan orang botak diberikan Allah harta yang lebih banyak dan lebih besar dibandingkan orang buta. Akan tetapi, keduanya mengingkari nikmat Allah. Mereka berkata, “Sesungguhnya aku mewarisi harta itu dari nenek moyangku.” Mereka telah berdusta sebab mereka dahulu orang fakir yang telah diberi harta oleh Allah. Adapun orang buta, ia bersyukur atas nikmat Allah dan mengakui bahwa karunia itu milik Allah. Oleh karena itu, Allah memberikan kepadanya taufik dan hidayah-Nya sehingga ia mampu berkata kepada malaikat, “Ambillah apa yang kamu suka dan tinggalkanlah apa yang kamu mau.”

8️⃣ Penetapan sifat rida dan murka bagi Allah

Di antara manfaat hadis ini adalah penetapan sifat rida dan murka bagi Allah Ta’ala. Keduanya merupakan sifat yang wajib ditetapkan pada Rabb karena Dia telah menyifati diri-Nya dengan sifat-sifat tersebut.

Dalam al-Qur’an sifat rida disebutkan pada ayat berikut:

رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ

Allah rida kepada mereka dan mereka rida kepada-Nya.” (QS at-Taubah: 100)

Sifat murka terdapat pada firman Allah Ta’ala berikut:

اَنْ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَفِى الْعَذَابِ هُمْ خٰلِدُوْنَ

“…yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS al-Maidah: 80)

dan ayat berikut:

وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهٗ

“…dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya…” (QS an-Nisa’: 93)

Sifat-sifat ini dan sifat-sifat lain diimani oleh ahli sunah waljamaah. Sifat-sifat itu tetap bagi Allah dari segi hakikatnya, akan tetapi tidak serupa dengan sifat-sifat makhluknya. Sebagaimana Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, demikian juga sifat-sifat-Nya.

9️⃣ Dalam diri Bani Israil terdapat kisah-kisah yang menakjubkan

Di antaa manfaat hadis ini adalah bahwa di dalam diri Bani Israil terdapat kisah-kisah yang menakjubkan dan tanda-tanda kebesaran sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakannya kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran. Kisah yang menakjubkan lainnya tentang Bani Israil adalah kisah tiga orang yang beristirahat di dalam gua. Kemudian sebuah batu besar jatuh dari atas sehinga menutupi mulut gua. Mereka tidak bisa keluar darinya. Maka masing-masing bertawasul kepada Allah dengan amal-amal saleh yang pernah mereka lakukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepada kita kisah-kisah Bani Israil agar kita mengambil nasehat dan pelajaran yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kita harus mengambil pelajaran dari hadis ini bahwa jika manusia mensyukuri nikmat Allah, mengakui keutamaan-keutamaan Allah, dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya dalam harta, maka hal itu menjadi sebab langgeng dan berkahnya hartanya.

Hanya Allah-lah pemberi taufik.

Baca juga: KISAH SAPI DAN SERIGALA BERBICARA

Baca juga: BAYI YANG DAPAT BERBICARA DAN BERDOA

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kisah