Allah Ta’ala telah menunjukkan kepada kita dengan jelas sifat orang munafik agar kita selalu waspada terhadap mereka. Allah Ta’ala juga menjelaskannya dalam kitab-Nya sehingga tidak ada bagian-bagiannya yang tidak jelas bagi kita. Siapa saja bersifat demikian, jelas dia berada dalam kesesatan dan merugi yang sebenar-benarnya.
Di antara sifat orang munafik adalah sebagai berikut:
🟠 Mereka mengaku melakukan perbaikan walaupun perbuatan mereka merusak dan salah.
Allah Ta‘ala berfirman:
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,’ mereka menjawab, ‘Sesungguhnya justru kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.’”
Allah Ta‘ala menyanggah mereka dengan berfirman:
اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ
“Ingatlah! Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS al-Baqarah: 11-12)
🟠 Jika bertemu orang-orang beriman, mereka berkata, “Kami bersama kalian dan kami berada di jalan kalian.” Jika meninggalkan orang-orang beriman, mereka berkata, “Kami mengolok-olok mereka.”
Allah Ta‘ala berfirman:
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Dan apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian. Kami hanya berolok-olok.’”
Allah Ta‘ala menyanggah mereka dengan berfirman:
اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
“Allah akan (membalas) olok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (QS al-Baqarah: 14-15)
🟠 Ucapan mereka lebih manis dari madu. Sebagian dari mereka bersumpah dengan nama Allah Ta’ala bahwa ucapannya jujur. Akan tetapi, jika mereka berpaling, mereka berbuat kerusakan di muka bumi. Perbuatannya membatalkan ucapannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ. وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan kamu, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. Dan apabila dia berpaling (darimu), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS al-Baqarah: 204-205)
Apabila dikatakan kepada mereka, “Bertakwalah kepada Allah”, mereka marah dan mengancam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Bertakwalah kepada Allah,’ maka bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) Neraka Jahanam. Dan sungguh Neraka Jahanam adalah tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS al-Baqarah: 206)
🟠 Mereka senang dengan musibah yang menimpa orang-orang beriman atau dengan menurunnya kondisi Islam, merasa sedih dengan peningkatan kondisi Islam, kemenangan kaum mukminin atau kebahagiaan mereka.
Allah Ta‘ala berfirman:
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
“Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kalian tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali lmran: 120)
Di dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۚ وَاِنْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَآ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ
“Jika kamu mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tetapi jika kamu ditimpa bencana, mereka berkata, ‘Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi berperang).’ Dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.” (QS at-Taubah: 50)
🟠 Mereka bersedih jika diajak untuk bertahkim kepada syariat dan segera mengutamakan aturan-aturan buatan manusia dan norma-norma internasional.
Allah Ta‘ala berfirman:
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًاۚ
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS an-Nisa’: 61)
🟠 Mereka menipu Allah Ta’ala dan menyangka bahwa mereka bisa lari dari Allah Ta’ala. Dalam hal ini mereka memiliki ciri yang sangat berbeda, yaitu mereka berdiri untuk menunaikan salat, namun tidak dengan rasa suka dan semangat. Mereka berdiri sebagai orang-orang yang malas dan orang-orang yang dipaksa kepada sesuatu. Dengan demikian, zikir mereka kepada Rabb mereka sangat sedikit, bahkan lidah mereka jauh dari berzikir.
Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS an-Nisa’: 142)
Mereka juga tidak memberikan nafkah wajib dan sunah atas mereka melainkan dengan sangat terpaksa. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ
“…dan mereka tidak melaksanakan salat melainkan dengan malas. Dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).” (QS at-Taubah: 54)
🟠 Mereka sangat cepat mencintai dan menolong orang-orang kafir yang memiliki kesempatan, kemasyhuran, kekuatan, kekuasaan, dan ketahanan dengan alasan bahwa jika orang-orang kafir berkuasa atas kaum muslimin, maka orang-orang munafik akan banyak berjasa kepada orang-orang kafir sehingga orang-orang munafik akan mendapatkan keamanan dan keselamatan dari orang-orang kafir atas diri dan harta mereka, serta yang lainnya.
Allah Ta’ala menjelaskan tentang mereka dengan berfirman:
فَتَرَى الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يُّسَارِعُوْنَ فِيْهِمْ يَقُوْلُوْنَ نَخْشٰٓى اَنْ تُصِيْبَنَا دَاۤىِٕرَةٌ ۗفَعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَ بِالْفَتْحِ اَوْ اَمْرٍ مِّنْ عِنْدِهٖ فَيُصْبِحُوْا عَلٰى مَآ اَسَرُّوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ نٰدِمِيْنَۗ
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata, ‘Kami takut akan mendapat bencana.’ Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS al-Maidah: 52)
🟠 Di antara sifat orang-orang munafik yang merupakan bagian dari semua sifat yang jelas adalah bahwa mereka menentang orang-orang yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Sebaliknya, mereka memerintahkan kepada kemungkaran dan mencegah dari kebaikan. Mereka juga menahan tangannya untuk melakukan sedekah dan mereka mengeluarkan hartanya untuk selain sedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama). Mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (berbuat) yang makruf. Dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah. Maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah: 67)
🟠 Bahwa mereka mencaci ahli kebaikan yang suka bersegera memenuhi ketaatan kepada Allah Ta’ala dan keridaan-Nya. Jika seseorang bersedekah dengan jumlah yang banyak, mereka berkata, “Dia riya’.” Jika seseorang bersedekah dengan jumlah sedikit, mereka berkata, “Allah tidak butuh sedekah darinya.”
Allah Ta’ala menjelaskan keadaan mereka dalam firman-Nya:
اَلَّذِيْنَ يَلْمِزُوْنَ الْمُطَّوِّعِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى الصَّدَقٰتِ وَالَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ اِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُوْنَ مِنْهُمْ ۗسَخِرَ اللّٰهُ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“(Orang-orang munafik), yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih.” (QS at-Taubah: 79)
Dan seterusnya. Sifat orang-orang munafik adalah sangat banyak. Sifat-sifat yang sudah kami sebutkan di atas, in syaa Allah cukup.
Baca juga: BERGAUL DENGAN ORANG MUNAFIK DAN ORANG FASIK
Baca juga: EMPAT CIRI ORANG MUNAFIK
Baca juga: SIKSA KUBUR BAGI ORANG MUNAFIK, FASIK, DAN KAFIR
(Fuad bin Abdul ‘Aziz asy-Syalhub)