KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (3/3)

KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (3/3)

Di antara kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa Allah Ta’ala mengutus setiap nabi kepada kaumnya secara khusus, sedangkan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada jin dan manusia. Oleh karena itu, Allah memberi pengandaian dalam firman-Nya:

 وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِيْ كُلِّ قَرْيَةٍ نَّذِيْرًا

Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorang pemberi peringatan pada setiap negeri.” (QS al-Furqan: 51)

Bentuk pengandaian tersebut yaitu sekiranya di setiap daerah diutus seorang pemberi peringatan, niscaya tidak akan terjadi pada Rasulullah melainkan pahala dan peringatan untuk penduduk daerahnya.

Di antara kemuliaan dan keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau adalah pemangku al-wasilah yang merupakan derajat paling tinggi di Surga, yang tidak layak bagi seorang hamba Allah memangkunya selain beliau.

Dalam Shahih Muslim dari Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ. ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ. فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا. ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ. فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ. وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ. فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

Apabila kalian mendengar muazin (mengumandangkan azan), maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan, kemudian berselawatlah untukku. Sesungguhnya barangsiapa berselawat untukku dengan satu selawat, niscaya Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah wasilah untukku. Sesungguhnya wasilah adalah suatu tempat di Surga yang tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap bahwa aku adalah hamba tersebut. Dan barangsiapa memohon wasilah untukku, maka dia akan mendapat syafaat.” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, ad-Darimi, dan al-Baihaqi. Lihat Irwa’ al-Ghalil)

Di antara kemuliaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Allah Ta’ala memberi beliau al-Kautsar, yaitu sungai di Surga dan telaga di mahsyar.

Imam Ahmad dan Muslim serta selain keduanya meriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika berada di tengah-tengah kami di dalam masjid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sebentar, kemudian mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Kami berkata, “Apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda,

أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ

Baru saja turun sebuah surat kepadaku.”

Beliau membaca,

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ}

Bismillahirrahmanirrahim. Sungguh Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Rabbmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh orang-orang yang membencimu, merekalah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS al-Kautsar:1-3)

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ؟

Tahukah kalian apakah al-Kautsar?

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab kami.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ. عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ. هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ. آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ. فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ. فَأَقُولُ: رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: مَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ

Sesungguhnya ia adalah sungai yang dijanjikan Rabbku ‘Azza wa Jalla. Padanya terdapat banyak kebaikan. Ia adalah telaga yang umatku menemuiku pada Hari Kiamat. Bejana-bejananya sebanyak bintang di langit. Lalu seorang hamba dari umatku terhalang darinya. Maka aku katakan, ‘Wahai Rabb, sesungguhnya ia termasuk umatku.’ Dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang terjadi setelahmu.’” (HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa-i, dan Ahmad)

Di antara kemuliaan dan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نَحْنُ الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا. ثُمَّ هَذَا يَوْمُهُمْ الَّذِي فُرِضَ عَلَيْهِمْ، فَاخْتَلَفُوا فِيهِ. فَهَدَانَا اللَّهُ فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ. الْيَهُودُ غَدًا، وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ

Kita adalah umat terakhir (di dunia) yang lebih dahulu (diadili) pada Hari Kiamat. Meskipun demikian, mereka diberi kitab sebelum kita. Kemudian ini (hari Jumat) adalah hari dimana mereka mendapatkan kewajiban, namun mereka berselisih di dalamnya. Maka Allah memberi kita petujuk kepadanya (hari Jumat) sehingga manusia mengikuti kita (hari ini). Kaum Yahudi esok hari (Sabtu) dan kaum Nasrani lusa (Ahad).” (HR al-Bukhari, Muslim, dan an-Nasa-i)

Maksudnya, bahwa umat ini dengan keberkahan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan umat terakhir yang diciptakan, namun yang pertama masuk Surga kelak di Hari Kiamat. Demikian pula dalam hadis disebutkan bahwa Allah Ta’ala telah mewajibkan kepada umat-umat terdahulu satu hari untuk mereka agungkan dan beribadah di dalamnya. Kaum Yahudi memilih hari Sabtu, dan kaum Nasrani memilih hari Ahad. Dan Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memilih hari Jumat.

Di antara keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa dihalalkan baginya harta rampasan perang.

Dalam ash-Shahihain dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي. نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ. وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا. فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ. وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي. وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ. وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

Aku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada orang sebelumku. Aku diberi kemenangan berupa ketakutan di hati para musuhku sejauh satu bulan perjalanan; dijadikan bumi untukku tempat bersujud dan suci, maka dimana saja seorang laki-laki dari umatku mendapati waktu salat, hendaklah ia salat; dihalalkan untukku harta rampasan perang, sedangkan orang sebelumku tidak dihalalkan; aku diberi syafaat; dan para nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Di antara keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa Allah Ta’ala memuji akhlak beliau, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS al-Qalam: 4)

Pengagungan yang dilakukan oleh Zat Yang Mahaagung terhadap sesuatu menunjukkan sangat berharganya sesuatu itu dalam keagungan.

Dan di antara keagungan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa Allah Ta’ala memosisikan umatnya pada kedudukan yang adil di antara para hakim.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُدْعَى نُوحٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ يَا رَبِّ. فَيَقُولُ: هَلْ بَلَّغْتَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ. فَيُقَالُ لِأُمَّتِهِ: هَلْ بَلَّغَكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: مَا أَتَانَا مِنْ نَذِيرٍ. فَيَقُولُ: مَنْ يَشْهَدُ لَكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ. فَتَشْهَدُونَ أَنَّهُ قَدْ بَلَّغَ. {وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا} فَذَلِكَ قَوْلُهُ جَلَّ ذِكْرُهُ

Nuh ‘alaihissalam dipanggil pada Hari Kiamat. Dia menjawab, ‘Baiklah! Dengan senang hati kupenuhi panggilan-Mu, wahai Rabb-ku.’ Allah berfirman, ‘Apakah engkau telah menyampaikan (risalah)?’ Nuh menjawab, ‘Ya.’ Lalu ditanyakan kepada umatnya, ‘Apakah ia telah menyampaikan (risalah) kepada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak seorang pun datang kepada kami memberikan peringatan.’ Allah bertanya, “Siapakah yang menjadi saksimu (wahai Nuh)?” Nuh menjawab, ‘Muhammad beserta umatnya.’ Lantas mereka menjadi saksi bahwa Nuh telah menyampaikan (risalah). Kemudian Rasul (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) akan menjadi saksi untukmu sekalian. Itulah maksud firman Allah Ta’ala:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Demikianlah, Kami menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.’ (QS al-Baqarah: 143)

وَالْوَسَطُ الْعَدْلُ

Dan yang dimaksud pertengahan adalah adil.” (HR al-Bukhari)

Di antara keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penjagaan dan pemeliharaan Allah terhadap al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS al-Hijr: 9)

Mengenai kitab-kitab terdahulu Allah Ta’ala berfirman:

 بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ

Sebab mereka diperintahkan untuk memelihara kitab-kitab Allah.” (QS al-Ma’idah: 44)

Allah Ta’ala menjadikan penjagaan terhadap kitab-kitab mereka kepada diri mereka sendiri (tanpa penjagaan dari-Nya seperti al-Qur’an), maka hilanglah keaslian kitab-kitab tersebut.

Di antara keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa umat beliau terjaga dari berkumpul dalam kesesatan. Allah Ta’ala menjaga segolongan di antara umat beliau yang senantiasa menampakkan kebenaran, sebagaimana hadis dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ. مَا يَضُرُّهُمْ مَنْ كَذَّبَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ

Akan senantiasa ada dari umatku umat yang menegakkan perintah Allah. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang mendustakan mereka, tidak pula orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang kepada mereka keputusan Allah, sedangkan mereka masih dalam keadaan seperti itu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Di antara keutamaan dan kemuliaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa Allah Ta’ala mengaruniakan kepada beliau 70.000 orang dari umatnya yang masuk Surga tanpa hisab dan tanpa azab, sebagaimana hadis dari Sahal bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا -أَوْ سَبْعُ مِائَةِ أَلْفٍ شَكَّ فِي أَحَدِهِمَا- مُتَمَاسِكِينَ آخِذٌ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ حَتَّى يَدْخُلَ أَوَّلُهُمْ وَآخِرُهُمْ الْجَنَّةَ. وَوُجُوهُهُمْ عَلَى ضَوْءِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

Di antara umatku ada tujuh puluh ribu orang -atau tujuh ratus ribu orang (Sahal ragu)– masuk Surga tanpa hisab. Mereka saling berimpitan, saling bergandengan hingga masuk Surga dari yang pertama hingga yang terakhir. Wajah mereka memancarkan cahaya bulan di malam purnama.” (HR al-Bukhari)

Orang yang pertama tidak akan masuk Surga sebelum orang yang terakhir masuk. Ini tidak dikaruniakan kepada seorang nabi pun selain kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kecintaan kepada Nabi pilihan shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana kami beriman dengannya meski tidak melihatnya. Janganlah Engkau pisahkan antara kami dengan beliau sampai Engkau memasukkan kami ke jalan beliau. Ya Allah, berilah kami minum dari telaganya berupa minuman yang lezat dan enak yang setelah itu dengannya tidak merasa haus selamanya.

Baca juga: KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (1/3)

Baca juga: KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (2/3)

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Serba-Serbi