Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ
“Aku diberi pertolongan dengan rasa takut sejauh perjalanan sebulan.”
Maksudnya, jika beliau memiliki musuh dari kalangan orang kafir, maka musuh itu pasti ketakutan kepadanya, meskipun jarak antara mereka sejauh perjalanan satu bulan.
Telah diketahui bahwa jika rasa takut menimpa musuh, mereka tidak akan mampu bertahan sama sekali, tidak akan kuat menghadapi orang yang memerangi mereka, dan hati mereka tidak akan kokoh. Mereka pasti kalah dan melarikan diri meskipun mereka membawa senjata. Kadang senjata mereka jatuh dari tangan mereka karena sangat takut, lalu mereka berpaling ke belakang. Maka jika Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuh, mereka akan kabur dan melarikan diri. Mereka tidak akan teguh di hadapan orang yang memerangi mereka. Ini termasuk pertolongan dan kemenangan terbesar.
Sabdanya, “Aku diberi pertolongan dengan rasa takut sejauh perjalanan satu bulan,” bukanlah sesuatu yang khusus bagi diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam secara pribadi, melainkan bersifat umum, mencakup beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam secara pribadi dan juga orang-orang yang bersama beliau dari tentara Allah, demikian pula orang-orang setelahnya dari tentara Allah ‘Azza wa Jalla yang mengikuti syariat beliau dan menerapkannya dalam akidah, ucapan, dan perbuatan.
Jika umat ini menerapkan syariat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam akidah, akhlak, perbuatan, ucapan, dan manhaj mereka secara lahir dan batin, termasuk di antaranya berjihad sebagaimana jihad Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, bukan karena fanatisme, semangat kesukuan, ke-Araban, atau hal-hal semisal itu, maka musuh mereka akan merasa takut terhadap mereka sejauh perjalanan sebulan. Dan yang menanamkan rasa takut ke dalam hati-hati itu adalah Allah ‘Azza wa Jalla.
Jika kaum muslimin benar-benar berperang karena Allah, dengan pertolongan Allah, dan di jalan Allah, mereka pasti akan mendapatkan kemenangan dengan rasa takut (yang menimpa musuh mereka) sejauh perjalanan sebulan.
Adapun orang-orang yang berperang demi tanah air —apakah mereka membela (tanah air itu) demi agama Allah atau tidak membela agama, tetapi semata-mata demi tanah air— maka mereka bukan orang-orang yang berperang di jalan Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberanian, karena fanatisme, atau karena ingin pamer; manakah di antara itu yang termasuk di jalan Allah? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Barang siapa berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi, dia di jalan Allah.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
Tidak selain itu.
Maka orang yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi dan agar agama Allah tegak di bumi Allah, dialah orang yang berperang di jalan Allah.
Jika kamu melihat keadaan umat Islam hari ini, dan bahwa merekalah yang ketakutan terhadap musuh mereka, maka akan tampak bagimu kerusakan besar yang menimpa umat ini dalam urusan agama dan akhlaknya. Umat ini sangat jauh dari agama Allah ‘Azza wa Jalla. Seandainya mereka berpegang teguh dengan agama ini, niscaya mereka tidak akan berada dalam kehinaan, aib, dan kerendahan seperti sekarang.
Segelintir dari kalangan Yahudi dan Nasrani membuat mereka takut dan gentar, mengguncang pijakan mereka, dan merusak akidah serta agama mereka. Seandainya mereka benar-benar termasuk umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjalankan syariat beliau dalam segala hal, demi Allah, musuh-musuh mereka tidak akan mampu berdiri kokoh di hadapan mereka, dan sungguh mereka (musuh-musuh itu) akan sangat ketakutan terhadap mereka.
Ketahuilah bahwa musuh-musuh kaum muslimin hari ini sangat ketakutan akan kembalinya Islam kepada kejayaan sejatinya. Kamu mendapati mereka mendukung setiap pelaku bid’ah serta setiap orang yang membawa pemikiran sesat dan atheis. Bahkan meskipun hal itu dinamai dengan nama Islam, mereka tetap mendukungnya. Mereka mendukung siapa pun yang memusuhi ahlus sunnah wal jama’ah dalam hal akidah atau manhaj demi menghancurkan agama yang hakiki, yakni agama yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, yang benar-benar membuat mereka takut hanyalah kembalinya kejayaan umat Islam seperti pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifah yang mendapat petunjuk.
Maka kita harus membangkitkan kembali umat ini, terutama para pemuda. Kita harus waspada dan harus mengembalikan kejayaan umat ini dengan cara berpegang teguh kepada agama Allah ‘Azza wa Jalla sesuai dengan apa yang datang dalam Kitab Allah dan sunah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menyebarkan kesadaran Islam di tengah-tengah kaum muslimin.
Ketahuilah dengan penuh keyakinan bahwa agama Islam adalah agama fitrah. Setiap fitrah yang masih lurus, maka begitu ditawarkan kepadanya agama Islam dengan akidah, akhlak, adab, dan amalnya, ia pasti akan menerimanya tanpa beban atau kesulitan. Namun kenyataannya, sebagian kita justru lebih cenderung pada kemalasan dan tidak menyebarkan Islam. Manusia hanya ingin kenyang, merasa puas, dan menikmati kesenangan, tanpa peduli apakah Islam dalam keadaan mulia atau terhina. Inilah keadaan banyak kaum muslimin hari ini.
Maka hal yang aku ajak kepada diriku dan kalian adalah agar kita bersungguh-sungguh dengan penuh semangat menjelaskan hakikat Islam kepada manusia dan mengajak mereka kepadanya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak manusia kepada Islam.
Hendaklah kita mengetahui bahwa agama kita ini —alhamdulillah— adalah agama yang diterima. Jiwa-jiwa yang sehat tidak akan pernah merasa benci terhadapnya. Bahkan jiwa-jiwa yang jahat sekalipun, jika pun mereka membenci agama ini, mengejek para penyeru kepada Allah, atau memusuhinya, maka pada akhirnya mereka pasti akan kembali, baik secara terpaksa maupun sukarela. Sebab, Allah Ta’ala berfirman:
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ
“Bahkan Kami timpakan kebenaran atas kebatilan, maka ia menghancurkannya, lalu lenyaplah ia; dan celakalah kalian karena apa yang kalian sifatkan.” (QS al-Anbiya: 18)
Baca juga: SABAR DALAM MENGHADAPI MUSUH
Baca juga: KEDUDUKAN KHAUF (RASA TAKUT)
Baca juga: PERSAUDARAAN DALAM ISLAM
(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

