ANJURAN UNTUK SEGERA BERBUAT BAIK

ANJURAN UNTUK SEGERA BERBUAT BAIK


Allah Ta’ala memerintahkan kita segera dan berlomba-lomba menuju kebaikan sebelum kebaikan itu terlewatkan.

Allah Ta’ala berfirman:

 وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ

Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orangorang yang bertakwa.” (QS Ali Imran: 133)

Allah Ta’ala juga berfirman:

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb kalian dan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS al-Hadid: 21)

Makna berlomba-lomba adalah bersegera memperoleh sesuatu yang apabila seseorang terlambat mencarinya, maka sesuatu itu akan terlewatkan, dan apabila sesuatu itu terlewatkan, maka ia akan menyesal, apalagi sesuatu itu sangat berharga bagi seseorang. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga daripada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Jika seseorang terlewatkan mendapatkan Surga, maka ia tidak akan mendapatkan gantinya kecuali Neraka. Jika demikian, sungguh besar kerugiannya.

Allah Ta’ala menggambarkan para rasul dan manusia-manusia pilihan serta para pengikutnya sebagai orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan.

Allah Ta’ala berfirman:

 اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS al-Anbiya’: 90)

Allah Ta’ala juga berfirman:

اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ

Mereka bersegera medapatkan kebaikankebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS al-Mu’minun: 61)

Mereka merupakan panutan. Akal mereka cemerlang dan basirah mereka mampu mengetahui akibat kesudahan serta memahami kemaslahatan dan bahaya. Hal itu disebabkan cahaya iman dan pemahaman terhadap al-Qur’an yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada mereka. Ketika mereka mengetahui nilai Surga dan sangat cepatnya waktu bergulir, mereka pun bersegera mencarinya sebelum kesempatan itu hilang dari mereka. Allah Ta’ala memuji dan menyanjung mereka dalam al-Qur’an agar mereka menjadi panutan yang baik bagi umat manusia.

Manusia diberikan sarana untuk bersegera melakukan kebaikan. Mereka diberi tubuh yang sehat, waktu untuk bekerja dan waktu untuk beristirahat. Semua sarana itu memiliki kebalikan yang dapat membinasakannya jika tidak digunakan untuk mencari kebaikan. Kesehatan terhalangi oleh penyakit. Waktu habis berlalu. Waktu luang untuk sesuatu digunakan untuk sesuatu yang lain. Oleh karena itu, manusia wajib menggunakan kemampuannya untuk melakukan kebaikan-kebaikan sebelum datang hal-hal yang menghalangi kebaikan.

Setan sangat ingin menghalangi manusia dari berbuat baik. Seandainya mampu menghalangi manusia dari seluruh kebaikan, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Jika mereka tidak mampu menghalangi manusia dari seluruh kebaikan, maka mereka menjadikan manusia malas melakukan kebaikan atau mengalihkan perhatian manusia dari kebaikan sehingga kebaikan itu terlewatkan darinya.

Contoh kebaikan yang setan menjadikan manusia malas melakukannya adalah pergi ke masjid untuk Salat Jumat. Setan menjadikan manusia malas datang lebih awal untuk Salat Jumat. Sebagian manusia datang setelah khatib naik ke mimbar. Yang lain datang setelah ikamah dikumandangkan. Yang lain lagi datang di akhir salat. Dengan begitu pahala bersegera datang ke Salat Jumat gagal mereka raih.

Dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

Barangsiapa mandi pada hari Jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah-olah berkurban seekor unta. Barangiapa datang pada kesempatan (saat) kedua, maka dia seolah-olah berkurban seekor sapi. Barangiapa datang pada kesempatan (saat) ketiga, maka dia seolah-olah berkurban seekor kambing yang bertanduk. Barangiapa datang pada kesempatan (saat) keempat maka dia seolah berkurban seekor ayam. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) kelima, maka dia seolah-olah berkurban sebutir telur. Apabila imam sudah keluar (untuk berkhothbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khothbah tersebut).” (Muttafaq ‘alaihi)

Ada juga manusia yang semua pahala itu terlewatkan karena terlewatkan mendengar khotbah. Ia tidak hadir pada Salat Jumat, kecuali pada saat ikamah dikumandangkan atau di akhir salat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mendengarkan khotbah Jumat. Beliau melarang berbicara saat khotbah, karena dapat mengalihkan perhatian dari khotbah.

Ali bin Abu Thalib melanjutkan, “Aku mendengarnya dari nabi kalian.” (HR Ahmad dan Abu Dawud dengan redaksi yang berbeda)

Apabila datang hari Jumat, setan-setan keluar ke pasar-pasar sambil membawa bendera untuk mengikat manusia, sementara para malaikat duduk di pintu-pintu masjid sambil mencacat manusia berdasarkan tingkatan mereka sampai imam keluar. Barangsiapa mendekat kepada imam, kemudian diam atau mendengarkan khotbah dan tidak lalai, maka baginya dua bagian pahala. Barangsiapa menjauh dari imam, kemudian diam atau mendengarkan khotbah dan tidak lalai, maka baginya satu bagian pahala. Barangsiapa mendekat kepada imam, kemudian lalai, tidak diam, dan tidak mendengarkan khotbah, maka baginya dua bagian dosa. Barangsiapa menjauh dari imam, kemudian lalai, tidak, dan tidak mendengarkan khotbah, maka baginya satu bagian dosa. Barangsiapa berkata, ‘Diam,’ berarti dia telah berbicara. Oleh karena itu, barangsiapa berbicara, berarti Salat Jumatnya batal.

Kemudian Ali berkata, “Demikian aku mendengar dari Nabi kalian shallallahu alaihi wa sallam.” (HR Ahmad dan Abu Dawud dengan redaksi yang berbeda)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ

Barangsiapa berwudu dan menyempurnakan wudunya, kemudian menghadiri Salat Jumat, lalu diam dan mendengarkan khotbah, maka dosanya antara Jumat ini dengan Jumat berikutnya akan diampuni, ditambah lagi tiga hari.” (HR Muslim dan lainnya)

Makna ‘diampuni’ adalah diampuni dosa-dosa kecilnya dengan syarat menjauhi dosa-dosa besar.

Kedua hadis ini menyatakan bahwa mendengarkan khotbah merupakan perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Ia akan diberikan pahala apabila ia melakukannya dan ditimpakan dosa apabila ia meninggalkannya. Ia akan terlewatkan manfaat dari petuah, peringatan, arahan, kebaikan, dan peringatan akan kesalahan-kesalahan yang kadang dilakukan dalam keadaan tidak tahu.

Sebagian orang meremehkan khotbah. Mereka menganggapnya hal biasa. Ia tidak mendapatkan manfaat dan pahala dari mendengarkan khotbah. Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman untuk menghadiri dan mendengarkan khotbah dalam firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan Salat Jumat, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah (dzikrullah).” (QS al-Jumu’ah: 9)

Menurut banyak ahli tafsir, dzikrullah dalam ayat tersebut ditafsirkan dengan khotbah. Hal itu menunjukkan pentingnya khotbah dan tegasnya perintah untuk menghadiri dan mendengarkan khotbah.

Di antara akibat terlambat menghadiri Salat Jumat adalah tidak mendapatkan saf pertama, tidak melakukan salat sunah, dan tidak membaca al-Qur’an sebelum khotbah. Tentu hal ini merupakan kerugian yang sangat besar.

Dari Aus bin Aus at-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَسَّلَ وَاغْتَسَلَ وَابْتَكَرَ وَغَدَا وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ وَأَنْصَتَ ثُمَّ لَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ كَأَجْرِ سَنَةٍ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا

Barangsiapa mandi di hari Jumat dengan mengguyur sekujur tubuhnya, lalu pergi untuk Salat Jumat pada awal waktu dan sampai mendapatkan awal khotbah dengan berjalan kaki dan tidak berkendaraan, lalu duduk mendekat kepada imam (untuk mendengarkan khotbah) dan tidak melakukan hal yang sia-sia, maka setiap langkahnya dicatat sebagai pahala puasa dan ibadah malam selama satu tahun.” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan at-Tirmidzi berkata, “Hadis hasan”, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban)

Wahai hamba-hamba Allah, janganlah kalian melewatkan kebaikan-kebaikan ini. Kalian hanya perlu sedikit waktu pada hari Jumat untuk memperoleh kebaikan-kebaikan yang besar dan janji yang mulia itu. Jika kalian mendengar keuntungan duniawi meskipun hanya sedikit kalian pasti bergegas mendapatkannya, bersabar menghadapi kesusahannya, dan tidak terlambat memperolehnya, mengapa kalian tidak bergegas mendapatkan kebaikan-kebaikan yang besar dan janji yang mulia itu? Apakah kalian termasuk orang yang mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat? Apakah kalian rela dengan jual-beli yang mendatangkan kerugian?

Bertakwalah kepada Allah Ta’ala, dan laksanakanlah firman Allah Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan Salat Jumat, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah (dzikrillah), dan tinggalkanlah jual beli.” (QS al-Jumu’ah: 9)

Evaluasilah diri kalian dari ketergelinciran, keterjerumusan, dan ketertenggelaman dalam syahwat. Orang berakal adalah orang yang mengevaluasi, merendahkan dan memaksa dirinya untuk menjadi taat dan beramal sebagai persiapan untuk kehidupan setelah kematian. Orang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan banyak berharap kepada Allah Ta’ala.

Baca juga: BERSEGERA MELAKUKAN KEBAIKAN

Baca juga: BERSEGERA KEPADA AMPUNAN

Baca juga: BERSEGERA MERAIH SURGA

(Syekh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan)

Kelembutan Hati