Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Belum beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk diri sendiri.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
PENJELASAN
Maksud dari ‘belum beriman’ pada hadis di atas adalah belum sampai kepada hakekat iman. Iman seringkali hilang karena beberapa rukunnya hilang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَحِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Seorang yang berzina tidak akan melakukan zina saat dia dalam keadaan beriman. Seorang yang mencuri tidak akan mencuri saat dia dalam keadaan beriman. Seorang yang meminum khamar tidak akan meminum khamar saat dia dalam keadaan beriman.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, iman yang sempurna adalah apabila seseorang mencintai sesuatu untuk saudaranya sesama mukmin sebagaimana ia mencintai sesuatu itu untuk diri sendiri, dan ia membenci sesuatu untuk saudaranya sesama mukmin sebagaimana ia membenci sesuatu itu untuk diri sendiri. Jika hal itu tidak ada dalam diri orang itu, maka ia kurang beriman.
Hadis dari Anas di atas menunjukkan bahwa orang yang beriman mencintai apa-apa yang baik bagi saudaranya sesama mukmin. Hal itu sudah tentu muncul dari hati yang bersih dari menipu, merampas dan dengki. Pemilik sifat dengki tidak suka melihat orang lain mengunggulinya atau bahkan sekedar menyamainya. Dia ingin tampil beda di kalangan manusia. Adapun sifat iman adalah kebalikannya. Ia menyukai semua orang beriman merasakan nikmat yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Sifat ini dipuji oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۗوَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ
“Negeri akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Qashashash: 83)
Baca juga: ALLAH MENCINTAINYA SEBAGAIMANA IA MENCINTAI SAUDARANYA
Baca juga: MENUNJUKKAN KECINTAAN KEPADA ORANG YANG DICINTAI KARENA ALLAH
Baca juga: TOLERANSI MENURUT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
(Syekh Abu Ubaidah Usamah bin Muhamad al-Jamal)